7: KawaSumi (End)

423 34 1
                                    


Selamat membaca!

Enjoy!

*******


"Eng?"

Seorang perempuan membelenggu. Ia mengejapkan matanya menatap atap bernuansa putih tulang.

"Sshh." ringisan kecil terdengar kala merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Hai pelan-pelan,"

Mata perempuan itu menatap netra abu-abu sang pemilik tangan yang sudah membantunya bangun.

"Haus," mendengar penuturan perempuannya itu, lelaki itu langsung mengambil gelas berisi penuh air putih dan menyodorkannya kepada perempuannya.

Setelah sudah lelaki itu menaruh gelasnya kembali. Matanya menatap lekat perempuan didepannya itu.

"Kenapa Sumire? Ingin ku panggilkan dokter?" lelaki itu mengusap kepala si perempuan lembut. Walau ia bicara dengan nada datarnya.

Perempuan yang dipanggil Sumire itu menggeleng pelan. "Kawaki, ta-tapi kakiku? Aku tak bisa menggerakkannya. Itu berat. Dan... Kenapa aku di gips?" Mendengar penuturan Sumire Kawaki menunduk.

"Em, kau bisa sembuh dengan terapi tenang saja." Sumire merasa janggal.

Ia kenapa? Ia tau ia telah bangun dari pingsannya yang mungkin lama karena kecelakaan. "Kakiku... Kenapa?"

"Aku akan panggil dokter. Sebentar."

Kawaki meninggalkan istrinya itu cepat membuat kening Sumire mengerut tipis.

***

"Makan dulu, aku suapi," Sumire menggeleng kala suaminya itu menyodorkan sesendok bubur rumah sakit.

Kawaki menghela nafas. Ia meletakkan mangkuk bubur itu kenakas. Ia membawa tubuhnya ikut duduk dikasur rawat Sumire memandang istrinya yang menatap lurus dengan tatapan kosong.

"Sumire... Kau bisa sembuh. Jangan bersedih." Sumire bergeming.

Ia beralih menatap Kawaki. "Apa kau akan meninggalkanku?"

Kawaki menggeleng kuat langsung membawa Sumire kedalam dekapannya.

"Tak akan! Aku tak akan meninggalkanmu. Mengerti?" Sumire hanya menangis dalam diam. Ia tak berani memeluk suaminya.

"Peluk saja, aku tak akan marah." Kawaki seakan tau apa yang dibutuhkan oleh Sumire.

Ia mengambil dua tangan Sumire untuk memeluknya. Ia pun kembali menenggelamkan kepala Sumire di dadanya.

Sumire tambah menangis. Ia tak tau harus apa, kakinya patah tulang, ia di gips, tak bisa jalan, dan-- ya ia takut Kawaki akan meninggalkannya karena kondisi fisiknya sekarang. Ia tak tau lagi.

Dalam hati Sumire menyumpah serapahi teman bajingan-nya itu yang mendorongnya kejalan. Sumpah demi apapun ingin rasanya Sumire berteriak memberi tau Kawaki atas apa yang dilakukan oleh-- ya sudahlah Sumire mungkin bisa bicara namun ia, takut.

"K-kawaki?" Mendengar panggilan lirih itu, Pria bertubuh atletis itu melepaskan pelukannya. Netra abu-abunya bergulir menatap wajah basah Sumire. Tangannya terangkat untuk mengusap pipi basah itu.

"Kenapa hm?" Suara dingin dan datar Kawaki seakan hilang tertiup angin begitu saja, berganti suara lembut penuh khawatir yang menyapa pendengaran Sumire. Sumire tertegun.

Seulas senyum tipis juga terlihat dari wajah tampan suaminya itu. "Ingin memberi tau sesuatu? Katakan saja."

Seakan paham dengan semua ini, Kawaki bertanya demikian yang semakin membuat Sumire bimbang untuk memberi tau, ia tak yakin Kawaki akan percaya. Tak semudah itu, Namida dan Wasabi adalah sepupu Kawaki.

Oneshoot [Boruto Dkk]Where stories live. Discover now