Bonchap +1

957 73 4
                                    

Puas terakhir hari ini, semangat!!

Jeongwoo baru saja pulang dari kantornya dan sekarang ia tengah menunggu di dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongwoo baru saja pulang dari kantornya dan sekarang ia tengah menunggu di dalam kamar. Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dengan wajah penasarannya ia bertanya kepada sang istri.

"Gimana?"

Dan Yena membalas dengan gelengan.

Jujur hal itu memang sedikit mengecewakan namun sebisa mungkin Jeongwoo tersenyum untuk menyemangati istrinya.

"Maafin aku, Jeongwoo," ujar Yena dengan menundukkan kepalanya.

Jeongwoo menghampiri istrinya lalu membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. "Gak apa-apa kok, mungkin belum waktunya."

Pernikahan mereka sudah berjalan dua tahun namun Yena belum juga bisa hamil, padahal kedua orang tua Jeongwoo sangat mengharapkan cucu dari Jeongwoo sebab Jeongwoo anak satu-satunya Hanbin.

Yena mendongak menatap suaminya, "Jeongwoo, mendingan kamu cari wa--"

"Stt...." Jeongwoo menempelkan telunjuknya tepat di bibir Yena, "Gak akan pernah aku cari wanita lain, lagi pula kita masih bisa berusaha lagi. Mungkin Tuhan belum percaya dengan kita yang bisa menjadi orang tua makanya belum dikasih anak. Kamu jangan sedih, yah."

Yena mengangguk, "Udah sana kamu mandi, bau tau."

Jeongwoo mengangguk menuruti perintah istrinya.

Laki-laki itu lebih memilih mengurus perusahaan Ayahnya yang berada di Indonesia dan yang ada di Jerman Win yang mengurusnya. Sementara Ayahnya tinggal duduk di rumah tapi uang lancar masuk ke dalam rekeningnya.

Sedangkan Yena lebih memilih untuk mengundurkan diri dari rumah sakit, karena ia ingin menjadi istri dan ibu yang baik kelak.


•••

Keesokan harinya Yena dan Jeongwoo tangah di perjalanan menuju rumah Haruto dan Wonyoung, anak pertama sahabat mereka itu mengadakan ulang tahun yang kedua tahun.

Jeongwoo juga ingin menanyakan tips kepada laki-laki jangkuk itu, sebab tak lama Haruto menikahi Wonyoung langsung ada kabar bahwa Wonyoung tengah berbadan dua.

"Wih, bapak CEO akhirnya datang juga," sambut Yedam yang tengah sibuk bermain dengan anak Haruto dan Wonyoung.

Di dalam sana sudah ada banyak orang, hanya ada beberapa orang terdekat saja. Lagipula hanya acara kecil-kecilan, tidak dirayakan besar-besaran.

"Gercep amat kalian datang, pasti cuma mau numpang makan," balas Haruto dan Dohyun yang tengah mencomoti hidangan itu nyengir.

"Makan apaan, gue malah jadi baby sitter dadakan,"celetuk Yedam yang menatap ke arah Haruto dengan sinis.

Anaknya malah dititipkan kepada Yedam tapi emak sama bapaknya sibuk bermesraan sambil manggang daging.

"Udahlah, itung-itung belajar jadi Ayah yang baik, iya kagak?" sahut Junkyu lalu ikut duduk di samping Yedam dengan segelas jus mangga di tangannya.

Jeongwoo ikutan duduk di samping Yedam yang satu sisinya lagi, sementara istrinya pergi untuk menemui tuan rumah.

"Hallo, Hayoung! Sini Paman gendong," sapa Jeongwoo kepada anak Haruto dan Wonyoung. Ia membawa anak perempuan itu ke dalam gendongannya lalu bermain-main sampai Hayoung tertawa dengan mengeluarkan air mata.

Yena yang melihat hal itu sangat merasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa memberikan Jeongwoo keturunan. Meskipun masih ada kemungkinan besar dia hamil dan dokter kandungan sudah mengatakan kalau dirinya dan Jeongwoo tidak ada yang bermasalah, ini hanya soal waktu saja.

"HALLO EPRIBADEH!"

Jangan tanyakan lagi itu siapa, sudah pasti itu adalah Jihoon beserta anak dan istrinya. Aduh Minju malu punya suami seperti Jihoon yang tingkahnya sangat random, tapi meski begitu Minju tetep cinta kok.

"Lah, kok lo bisa dateng, sih? Katanya sibuk, banyak pasien di rumah sakit," sindir Haruto dan Jihoon malah nyengir.

"Kabur gue dari rumah sakit."

"Astaghfirullah," kaget Junkyu sambil memegangi dadanya, "Gak tanggung jawab banget lo."

"Canda gblk! Gue minta izin cuti buat dua hari, lagian dokter di rumah sakit kagak gue aja 'kan? Heran aja apa-apa 'dokter Jihoon, dokter Jihoon' cape aku tuh."

Junkyu memutar bola matanya malas, temannya yang satu ini memang sangat banyak drama.

Acara terus saja berjalan dan Yuna, adik tiri Jihoon pun datang. Gadis itu pula datang bersama dengan kekasihnya, Jaemin Denandra.

Setelah acara makan-makan tadi, Minju lebih memilih untuk mencari ketenangan di balkon rumah Haruto-Wonyoung dan membiarkan anaknya di urus oleh para teman-temannya. Lagi pula Minhoo sudah besar sekarang.

Lalu tiba-tiba sebuah tangan kekar datang dan melingkar manis di perutnya, siapa lagi jika bukan Jihoon.

"Kamu kenapa malah di sini?" tanyanya tepat di telinga istrinya.

"Engga, aku cuma... kepikiran, maksudnya aku...kangen sama Doyoung," jawabnya dengan menundukkan kepala.

Jihoon mengulum bibirnya, semakin mengeratkan pelukannya. "Besok kita ke pemakamannya, kamu mau?"

Dengan antusias Minju mengangguk, "Makasih, Hoon."

"It's ok, memangnya ada yang salah dengan itu? Engga 'kan? Aku mau berterima kasih sama Doyoung, berkat dia, selama aku gak ada dia selalu jagain kamu dan bisa bikin kamu tertawa."

Jihoon membalikkan tubuh istrinya, ia berniat untuk mencium bibir Minju tapi sebuah suara teriakan membuat aksinya itu gagak total.

"YENA!"




___

Kemarin katanya ada yang ngira bakal ada konflik antara Junkyu, Yena, dan Jeongwoo. Tadinya sih mau gitu dan sebelum Jeongwoo berangkat ke Jerman masih ada satu konflik, tapi konflik itu aku simpen baik-baik dan bakal aku publikasikan kali insyaallah book ini bisa terbit. Aamiin yah
Kira-kira kalau terbit ada yang mau beli novelnya gak? 🤧

PELAMPIASAN ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang