Carissa hanya meminta bahagia, lalu rangkaian takdir menyapa. Anehnya selalu ada suka dalam duka dan tangis dalam tawa. Asumsi bahwa kebahagiaan adalah tentang tawa yang terus mengudara dikalahkan realita akan banyaknya nyawa yang tak bertahan hingga akhir cerita. Pada akhir kisah, Carissa sadar bahagia adalah waktu kebersamaan bersama orang-orang kepercayaan. Walaupun penuh luka, selagi bisa saling menggenggam, mereka akan selalu bisa. Hal inipun dirasakan oleh rekan-rekannya. Datang sekedar mencari informasi, lalu kembali dengan saudara yang siap mereka bela sampai mati. Mereka lupa, bahwa sejatinya mereka hanya anak-anak istimewa yang harus hidup di luar garis, berlari mencari akhir jalan yang merekapun tidak tahu arahnya kemana. Muda-muda yang penuh keberanian dengan hasrat berjuang hingga titik darah penghabisan.