Prolog Tengah malam. Jakarta diguyur hujan. Sesekali petir menggelegar. Kilatannya mencuri jalan melalui tirai sebuah kamar. menyelinap seperti penjahat, cahayanya yang terang sesaat, menerangi sesaat sepasang tubuh yang sedang bergumul dalam sebuah kamar. Sang pria terus mengayuh mengimbangi sepasang kaki jenjang yang terus melakukan perjalanan panjang. Gelegar petir dan gemeretap hujan seolah requiem pengantar hasrat sesat. Sepasang makhluk berlainan jenis itu terus berpacu bertukar napas. Tubuh pun meluruh, menyatu dalam getar getar nafsu yang menggebu-gebu. Sementara di luar hujan semakin deras. Jalanan mulai tergenang. Senyap. Hanya sesekali saja kendaraan melintas dengan cepat. Sebagaimana cepatnya napas dua Makhluk dalam kamar itu saling memburu, memacu hasrat. Namun... Dug..dug..dug.. Tiba tiba pintu di gedor dengan sangat keras. Lelaki muda bertato naga di dada dan bergambar burung elang di punggungnya bergegas bangkit melepaskan dekapan pada sang dara. Segera diraihnya celana jeans yang teronggok dilantai. Dengan sangat cepat dikenakannya. Rambutnya yang ikal sebahu nampak kelimis oleh keringat. Matanya yang tajam menatap sang dara yang sedang terduduk menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut abu-abu. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang sangat. "Ini amplop simpanlah baik-baik. Bila lama tak ada kabar dariku, tenggoklah aku di rumahku: kembarasangelang.bloggspot. Terima kasih untuk malam ini." Katanya. Dengan tangan masih gemeta r, sang dara menerima Amplop putih itu. sangat jelas tersirat ketakutan pada sorot matanya yang sayu. Wajah tirus dengan dagu terbelah pun nampak pucat. Sementara gedoran di pintu kamar semakin keras, seolah bersaing dengan gelegar petir.
10 parts