Aku tidak tau apa tujuan suamiku. Dengan seenaknya ia menuduh dan memaki ku berselingkuh dengan pria lain. Dan akhirnya ia menceraikanku. Tanpa bisa membantah. Akupun menuruti permintaanya. Walaupun dengan hati hancur. Aku memilih pergi menjauh dari kehidupanya. Aku takut rasa sesak yang teramat itu menghujamku. Membuat hatiku berdarah-darah hanya melihatnya menjalin hubungan dengan wanita yang jauh lebih baik dariku. Beberapa bulan bercerai dari suamiku. Aku baru tau kalau aku mengandung anaknya. Dan aku memutuskan untuk menyembunyikan itu dari mantan suamiku. Aku takut.. takut mengganggu kehidupanya yang sudah bahagia. Beberapa tahun belakangan ini. Mantan suamiku sering berkunjung dengan dalih anak pertamaku merindukanku. Tetapi lambat laun. Ia tau bahwa aku mengandung anaknya. Dan hubungan kami menjadi sangat baik. Mantan suamiku mulai berani menjalani skinship. Dan tidak lagi menjaga jarak. Bahkan ia dengan terang-terangan menatapku dan memunculkan senyum bahagianya setiap berada di dekatku. Tapi malam setelah ia memintaku kembali. Malam itu pula ia meninggalkanku. Memberikan luka yang tidak bisa ditutup bahkan dalam jangka waktu yang lama. Satu tahun lamanya aku menunggu. Dan aku mulai membenci sosok dirinya. Benci bercampur rasa rindu yang teramat sangat. [Kinanda Ageng Kuncoro]