Cuilan-cuilan kisah yang terasa seperti remah roti yang hendak terhempas di kala bombardir peluru menghujani tanah air itu. Dia pergi meninggalkan apa yang ia punya--juga apa yang telah tidak ia punya untuk menemukan sesuatu yang tanpa wujud, tapi mungkin berarti selama peperangan ini. Entah ada yang mengingatnya atau tidak, bahkan entah ada yang tahu tentangnya atau tidak. Tapi, dia akan terus berjalan dengan kedua kakinya, menulis dengan kedua tangan apa yang kedua matanya lihat. Itulah dia, Adam Everlast...