Suasana malam hari yang dingin karena hujan deras diluar sana telah membuat Fania merasa nyaman dengan indahnya malam hari. Tak lupa untuk mendengarkan musik di Ipod miliknya hanya untuk mendengarkan beberapa lagu yang ia anggap mampu membuat ia nyaman dengan suasana yang bagaimanapun. Tak pernah Fania pikirkan bahwa ia bisa mendengar suara suara samar yang menembus keheningan malam disaat sang Ipod miliknya asik memutar lagu lagu favorit Fania, tak berhenti sampai disitu sang pemilik suara berusaha untuk menampakkan dirinya yang sedari tadi hanya mampu memanggil manggil nama "Fannnnn...." Saja namun sekarang ia berusaha membuat bayangan agar nampak jelas dimata Fania. Fania tak pernah bercerita kepada siapapun selain sang Abang yang selalu setia mendengarkan kisah kisah sang adik yang dianggapnya hanya gangguan psikis Fania yang dulu berulah lagi namun jauh dibalik itu, sebenarnya Fania benar benar mendengar dan merasakan bahwa sang bayangan benar benar menyentuhnya hingga ia merasa nyaman untuk terus merindukan kegelapan malam nan hening tanpa adanya obrolan obrolan kecil yang dibuat oleh sang ayah yang kini tak memperulikannya lagi. Hingga pada saatnya, Fania merasa bahwa rumah yang ia inginkan adalah sebuah tujuan ketika mencapai penat dan lelah lalu mendapatkan sedikit dorongan dan motivasi agar terus melangkah bebas tanpa ada rasa Anti-Sosial sama sekali dalam dirinya, namun sayang yang ia rasakan hanya rumah yang sama sekali bukan dari tujuan ia melepaskan penat dan beban yang seharian ia dapatkan.