Prolog

324 37 10
                                    

🔥SIAP MAIN TEKA-TEKI?🔥

♠♠♠

Xierra mengeluarkan semua isi ranselnya. Kemudian menyusunnya di atas meja. Rapi. Jarak perbenda itu pun seolah telah diukur. Pandangannya yang berawal fokus pada meja, kini berubah senyum kecil.

"Selesai."

"Apanya?" Yavin memandang Xierra tanpa ekspresi.

Xierra berdiri di balik meja. Sudah seperti pedagang yang menawarkan barangan dagangannya pada sang calon pembeli. "Pilih yang mana?"

"Yang ini," Xierra menunjuk obat-obatan. "Membunuh gue tanpa darah."

"Kalo yang ini," Xierra membuka pisau dari sarungnya. "Sakit. Berdarah. Dan--"

Yavin mengalihkan pandangannya. Serentak dengan kalimat Xierra yang terputus.

"Dan?"

"Berjejak."

Xierra meletakkan kembali pisau itu. Raganya berpindah menjadi di depan meja. Saling berhadapan dengan Yavin.

"Ada lagi?" Yavin masih tanpa ekspresi.

Xierra mengerjapkan matanya. Mulutnya terkatup rapat. Dia selalu membawa ransel berisi pisau dan obat-obatan. Atau ... maksud Yavin?

"Tali?" Dulu, Xierra sempat menonton adegan pembunuhan. Dari yang memakai benda biasa hingga beda tajam untuk melenyapkan nyawa seseorang.

"Mainstream."

Yavin melangkah ke luar ruangan. Xierra menunduk lemah. Tangannya gemetar. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat. Matanya yang tadi menatap cerah berubah mendung.

"Lo ngelupain ini?" Yavin menunjuk sesuatu yang dibawanya.

Xierra menggeleng. Dia tak lagi dapat fokus pada sesuatu yang dibawa Yavin. Langkah beratnya mendekati Yavin. Mengambil alih sesuatu di tangan Yavin, kemudian menaruhnya beberapa langkah. Xierra sengaja berjinjit, ingin menyamai pandangannya dengan bola mata Yavin. Mata tergenang itu mencari ruang. Namun, bayangan dirinya saja tak lagi nampak.

"Uh, pegel." Masih sempatnya Xierra berujar tak penting. Lalu berusaha berjinjit lagi.

Yavin masih tanpa ekspresi. Matanya meneliti gadis itu dari ujung kaki hingga kepala.

"Jangan nangis di depan gue, Xierra," desis Yavin tanpa merasa iba atas sinyal pedih itu.

Xierra tak lagi berjinjit, dia membalikkan tubuhnya. Menangis membelakangi Yavin.

"Xierra,"

"UDAH NIH! NGGAK DI DEPAN LO!"

Yavin tersentak. Masih di depannya, kan? Ah, salah bicara.

Yavin memutar arah. Berdiri di depan Xierra. Membelakangi Xierra.

"Orang nangis jangan di belakangin!" Xierra berbicara sambil terisak.

Yavin membalikkan tubuhnya. Tak ada Xierra. Ke mana perginya gadis itu?

Xierra berdiri di belakang pintu, matanya terurai air mata. Isakannya masih terdengar. Satu jarinya mencari satu jari kelingking Yavin yang bersembunyi dibalik jaket. Lalu meraih satu jari itu. "Yavin ...," Xierra tersenyum manis. Begitu manis hingga terasa mengerikan. "Bunuh gue atau gue bunuh diri!"

♠♠♠

Cerita ini akan di update seminggu 2 kali. Mau hari apa aja?

1. Senin - Kamis

2. Selasa - Jum'at

3. Rabu - Sabtu

4. Minggu (double update)

Ramein pake vote + comment dari kalian ya.

Karna cerita ini sedang diikutsertakan dalam event yang diselenggarakan oleh MomentousPublisher

Sampai jumpa di part selanjutnya💘

SWARTHYWhere stories live. Discover now