X

89 16 5
                                    

Baca yang teliti ya, clue bertebaran di mana-mana.

♠♠♠

"Siapa Yav?"

Vila itu kini bersuara.

"Pacar baru lo?" Zale--laki-laki modis itu mendorong lidah ke rahang. Tatapan sinisnya menilai cepat.

Sosok yang dimaksud hanya tersenyum kecil. Bukan. Bukan kepada Zale. Melainkan pada pepaya yang baru selesai dikupasnya.

Yavin melirik sekilas. "Peliharaan."

"Zeezhan, mau?" Aitan dan Zale takjub pada burung hantu yang memutar kepalanya hingga 270 derajat.

Xierra sibuk melahap pepaya yang telah ditatanya dengan rapi.

"Pepayanya lebih manis dari aku ya? Sampe nggak ngelirik ke sini." Itu suara Aitan. Senyum pengundang balasan senyum terukir. Sayang, Xierra tak semurah itu membalas senyum orang asing.

Butuh waktu, setidaknya sampai Xierra tau berapa banyak buah-buahan yang dimiliki laki-laki itu.

"Cantik. Cantik banget." Zale tertawa angkuh. "Tapi, kok nggak tau model pakaian ya?" Zale berasal dari keluarga yang memiliki brand fashion terkenal. Dia sangat tidak menyukai seseorang yang berpakaian asal-asalan.

Yavin hanya mendengarkan. Dia kembali fokus pada review vilanya.

"Retro. Style tahun 70-an, 80-an, 90-an, tren lagi di era globalisasi, kalo lo lupa, Zel." Aitan masih saja mempertahankan senyum. Senyum sendiri, huh? Kan Xierra tidak sudi membalas senyum ketan, santan, setan atau mantan ini.

"Ya, nggak warna dan motif gini juga." Zale tak henti menilai pakaian Xierra yang terlihat ... norak!

"Zee ... denger orang-orang aneh ini?" Xierra tidak menatap Aitan dan Zale. Namun, kedua manusia itu jelas mendengar. "Oh, nggak ya." Xierra menepuk puncak kepala Zeezhan. "Yang pake kalung, mirip rapper gagal. Yang pake kemeja belah ketupat, mirip om-om."

Zale jelas tersinggung. First impression Xierra dinilainya -0. Sangat buruk! Sudah norak, mulutnya rongsokan.

Aitan mendekat pada Xierra. "Hai, gue Aitan."

"Hmm ... gue Yavin," balas Xierra diakhiri kekehan.

Yavin berusaha tetap fokus, meski sudut bibirnya menahan kedutan.

"Nama lo, Norak! Bukan majikan lo!" Zale bersidekap. Dia kesal dengan penampilan Xierra. Namun, pandangannya enggan beralih dari Xierra.

"Oh, emang gue peliharaan ya, Yav?"

Xierra melangkah lebar. Duduk di sebelah Yavin. Tertawa sejenak karena ada sedikit goresan di wajah laki-laki itu yang baru saja mengering.

Yavin mengakhiri aktivitasnya pada tab berwallpaper strigiformes. Kemudian menatap kedua teman lamanya yang baru saja pindah ke sekolah khusus laki-laki.

"Tan, influencer yang lo rekomendasiin itu?"

"Oh, belum dibales Yav."

Zale tidak fokus pada pembicaraan itu. Dia menatap ke arah Xierra dengan mulut ingin berkata kasar. Ya, Xierra seperti kucing. Menoleh pada Yavin lalu Aitan ketika salah satunya bersuara.

Niat Zale dan Aitan ke vila milik Yavin, hanya untuk berteduh. Setengah jam berlalu. Rintik hujan masih menguasai langit malam.

"Kenapa lo, senyum-senyum sendiri?" Zale mengernyit tajam. Duduk di balik kemudi, sekilas melirik pada Aitan yang tak hentinya tersenyum setelah Yavin menutup pintu vila, walau tidak benar-benar rapat.

"Hadiah dari gue berhasil move on."

♥♥♥

Mata Xierra terkantuk-kantuk. Dia tak tahu kini jam berapa. Yang dia tahu hanya ketika matahari akan terbit berarti waktunya tidur.

"Dua jam lagi vila ini harus kosong." Yavin berbicara dari jarak tiga langkah.

Xierra tidak tahu. Apa kalimat itu nyata atau hanya ilusi dirinya yang sudah setengah sadar.

"Lo bisa keluar sekarang." Nada suaranya datar. Namun, syarat akan usiran.

"Ehm ...." Jemari gadis itu yang menepuk-nepuk pipinya lembut terjatuh. Tak kuat akan rasa kantuk.

Tak ada suara. Xierra yakin dia hanya berhalusinasi. Zeezhan memutar kepalanya. Menyaksikan sahabat kecilnya itu masuk dalam nyanyian merdu suara kicau burung pagi hari.

Yavin kembali pada Xierra. Jangan harap akan ada selimut, digendong, atau dirapikan helaian rambut panjang menjuntai tak terurus.

Jendela dapur sengaja di buka. Memberi sensasi dingin pagi favorit Yavin. Dia memandang ke luar. Sejenak lagi ... vila ini harus dikosongkan. Tidak ada yang boleh tinggal, tanpa dirinya di dalam. Namun, gadis itu ... tertidur. Di bawah meja makan. Meringkuk, mendekap tubuh seorang diri.

Yavin menarik lengan Xierra. Bukan membungkusnya dari dingin udara pagi. Melainkan menyeretnya keluar. Tepat di sisi vila itu Xierra dibiarkan tidur.

Dan Zeezhan diletakkan tak jauh dari sahabatnya. Burung hantu itu menoleh sinis pada Yavin. Seolah berkata, hei, kau apakan temanku? Biarkan saja dia tidur di dalam.

♥♥♥

Cuaca cerah langsung menjadi sorot utama Xierra ketika membuka matanya. Awalnya biasa saja. Sedikit silau. Pandangannya bertepatan dengan arah matahari. Namun, ketika tubuhnya merespons hal lain, gadis itu menggapai ruangan manapun. Yang terdekat. Yang tanpa cahaya matahari.

Dia memandang kulitnya lekat-lekat. Napasnya memburu. Seharusnya dia merasakan keringat.

Bukan keringat, kulitnya terasa benar-benar sakit.

"Ya-yavin ... kenapa lo biarin gue kena cahaya matahari?" Xierra mengusap matanya pelan.

Update seminggu 2× yaaa🐲

SWARTHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang