Bab 44

61.2K 2.7K 40
                                    

Selamat malam (again)
Hallo readers yang masih melek,, jangan lupa vote lebih dulu dan setelah baca silahkan commentnya..

Ayo dukung cerita aku ini, supaya aku pun lebih semangat buat nge-next ceritanya..

44.

Chelsea sudah memasuki kelasnya, saat ini dirinya sedang terduduk terengah-engah dibangkunya, Phrisilla belum kembali.

Sesekali telapak tangannya mengelus-elus pinggulnya, rasa sakitnya tidak begitu terasa, namun malu nya lebih berkali-kali lipat dari rasa sakit.

Dirinya tak habis pikir mengapa Bagas tidak membantunya berdiri dengan benar setelah menahannya. Berakting ? Namun tetap saja membuat Chelsea harus menanggung rasa sakit dan malu yang begitu besar, apalagi dilihat oleh beberapa pasang mata siswa.

Walau Chelsea merasakan rasa sakit dan malu, ada sesuatu yang sangat bahagia di hatinya saat Bagas terlihat sangat khawatir ketika dirinya dijatuhkan oleh Bagas.

" Gila lo Chels, senyum-senyum sendiri " sindir seorang murid yang melihat tingkah Chelsea yang melamun sambil sesekali tersenyum malu.

Chelsea yang merasa terpanggil langsung menoleh ke sumber suara dengan mata yang menatap tajam.

" Apaan hah ? Berani ? " Tantang Chelsea.

Dengan cepat murid tersebut menggelengkan kepala dengan ketakutan.

Chelsea kembali ke posisi awalnya, namun ia langsung mengepalkan kedua tangannya, teringat urusan dirinya dengan Phrisilla belum selesai.

••••

" Lo hanya punya waktu 5 menit lagi sebelum bel masuk bunyi. " Ujar Edo yang kini dirinya sedang berada di dalam perpustakaan yang sepi.

Ayla tersenyum sinis menatap Edo yang dengan kedua tangannya memegang pinggangnya.

" Lo emang ketua MPK yang teladan yah, tapi sayang jasa lo terlupakan oleh keberadaan Bagas. " Ucap Ayla dengan nada seperti merendahkan jabatan Edo, dirinya bersandar pada rak buku dengan kedua tangan dilipat tepat didepan dadanya.

" Gue mengabdi buat sekolah, bukan numpang pansos ! " Tekan Edo

" It's Okay, no problem . "

" Kalau lo cuman mau ngomong gitu mending gue masuk kelas.

" Eits, itu bukanlah tujuan gue mau ngomong sama lo . "

" Cepet !"

" Gimana perasaan lo ke Chelsea ? Apa masih sama atau semakin nambah ? "

Edo terdiam mencerna semua perkataan Ayla yang baru saja terlontar.

Edo menatap dalam Ayla. Mengapa Ayla bisa mengatakan hal seperti itu. Jika boleh diakui, Edo memang memendam rasa kepada Chelsea semenjak dirinya satu Classter pada acara MOS.

Dirinya pun tidak menyangka bahwa Chelsea adalah kekasih Bagas sejak SMP. Namun semenjak dirinya tahu hal tersebut, Edo sudah tidak begitu memikirkannya perihal perasaan dirinya kepada Chelsea. Bisa dikatakan Edo sudah move on.

Backstreet [ TELAH TERBIT ]Where stories live. Discover now