PETRICHOR [COMPLETED]

By niniesbania_

225K 22.7K 1.4K

(Sequel of EPOCH) Hari itu menjadi sangat kaku, Ketika sepasang mata ini bertemu lagi denganmu.. Terpaku mena... More

"P E T R I C H O R"
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
E I G H T E E N [END]
QUERENCIA

S E V E N T E E N

8.7K 985 77
By niniesbania_

Elea

Aku baru saja hendak berbicara, namun ucapanku terpotong begitu saja.

"Sorry ya El. Kamu pasti marah banget ya? Ini bukan salah Ale kok, aku yang terus-terusan minta bantuan dia. Aku yang selalu hubungin dia buat bantu aku dan Kamael. Sorry El, aku cuma punya Ale, dan cuma Ale yang bisa aku hubungin." Ucapnya.

"Ra, kamu lupa ya kalo aku yang bener-bener cuma punya Ale. 2 bulan lalu aku kehilangan Schalea, kalo kamu ambil Ale juga, aku harus bergantung sama siapa?!" Ucapku bergetar.

Kiara terdiam..

"Aku bener-bener nggak tau harus minta tolong sama siapa lagi selain sama Ale, El. Maaf kalo aku terkesan egois. Tapi aku bener-bener butuh dia. Aku minta maaf, aku sadar aku salah selama ini. aku cuma pengen cerita ke Ale, karena aku nggak tau siapa lagi yang bisa aku ajak cerita masalah ini."

Aku terdiam sesaat dan mengangguk.

"Ra, aku juga mohon maaf kalo aku terkesan untuk menghalangi pertemanan kalian. Maaf kalo aku terkesan meminta kamu jauhin Ale. Tapi aku nggak mau hubungan kamu sama Ale jadi masalah buat hubungan aku dan Ale." Ucapku.

"Aku minta tolong sama kamu, jangan libatin Ale dalam hal apapun. Mau itu urusan kamu atau Kamael." Ucapku sambil beranjak dari sofa. "Aku pamit" tambahku.

Baru saja aku berjalan ke arah pintu, aku mendengar Kamael menangis kencang diikuti oleh Kiara yang berlari menuju Kamael. Aku yang tak tega mendengarnya, ikut menghampiri mereka dan melihat keadaan Kamael.

Kiara menggendongnya namun ia tetap tak berhenti menangis.

"Badannya panas." Ucapku sesaat memegang dahinya.

Kiara mengangguk, aku tau ia panik bukan main.

"Kamael baru imunisasi tadi pagi, tapi aku nggak tau kenapa panasnya nggak turun-turun." Ucapnya.

Aku mengambil handphone di tasku dan menelfon Ibu.

"Iya bu, Lea coba. Nanti Lea telfon Ibu lagi ya." Ucapku sebelum mematikan telfonku.

"Kamu gantiin bajunya kamael sama yang lebih tipis, abis itu AC-nya sejuk aja jangan terlalu dingin. Aku ambil air hangat sama dingin dulu buat ngompres." Ucapku.

Aku mengompes dahi Kamael dengan air hangat, dan air dingin untuk bekas suntikannya saat tiba-tiba bel pintu unit Kiara berbunyi.

Setelah itu, aku mengendong kamael. Kamael mulai tenang dan memejamkan matanya perlahan. Menatapnya tertidur membuatku paham, mengapa Ale tak menolak membantu Kiara jika itu berurusan dengan Kamael.

Aku menghampiri Kiara sambil tetap menggendong Kamael.

"Ra, Kamael tidu.." ucapku terhenti saat melihat Ale di ujung pintu.

***

Alreyshad

Hari ini aku selesai lebih cepat dan memutuskan untuk kembali ke rumah dan menjelaskan se-detail mungkin kepada El. Aku tak ingin kesalahpahaman ini berlarut dan memperburuk hubunganku dengannya.

Aku langsung menuju kamar, namun tak ku temukan sosok El disana.

"Mbak Sari!" Panggilku.

"Iya mas?" Jawab mbak Sari.

"El belum pulang ya?" Tanyaku.

"Sudah mas tadi, tapi berangkat lagi. Tadi minta cariin taksi" Ucapnya.

Aku menatapnya heran, "kemana?" Tanyaku.

"Mbak El nggak bilang mas." Jawabnya.

Aku berpikir sejenak sampai akhirnya menelfon Tere. Mungkin saja ia bertemu Tere untuk Hang-out atau semacamnya.

"Ter, lagi sama El nggak?" Tanyaku sesaat setelah Tere mengangkat telfonku.

"Gue aja baru sampe Apartment. Kenapa?" Tanyanya.

"Nggak apa-apa. Gue kira El sama lo." Jawabku.

"Eh mas, jangan-jangan..." ucapnya cepat.

"Why Ter?!" Tanyaku.

"Nggak mas, tadi siang dia sih cerita ada rencana buat nyamperin Kiara. Tapi nggak tau deh hari ap..." ucapnya yang terpotong karena aku langsung mematikan handphone-ku dan mengambil kunci mobilku.

Sepanjang perjalanan aku benar-benar tak bisa berpikir. Aku tak tau apa yang akan El lakukan dan aku juga tak tau apa yang akan Kiara katakan.

Aku langsung berlari menuju unit Kiara sesaat setelah mendapatkan kartu akses lalu menekan Bel unitnya berulang kali.

"El mana?!" Tanyaku pada Kiara dengan suara lantang dan sedikit terengah.

Seraya dengan itu, aku melihat sosok El muncul sambil menggendong Kamael yang sedang tertidur.

"Ale cari kamu, El." Ucap Kiara pada El.

Kiara menghampiri El dan mengambil Kamael dari gendongannya.

"Aku tarok di box-nya dulu. Kalian ngobrol aja." Ucap Kiara.

"Aku pamit." Ucap El tiba-tiba yang membuat Kiara terhenti.

Aku menahan tangan El.

"Nomornya Kael udah gue WA. Semalem dia nelfon gue. Gue udah bilang kalo dia harus ketemu dan ngobrol sama lo." Ucapku pada Kiara.

Kiara terdiam. "Thanks ya Al." Ucapnya.

El masih dalam genggamanku saat aku pamit pada Kiara. "Gue pamit ya, Ra." Ucapku. "Pulang sama aku ya." Ucapku pada El setelahnya.

***

Elea

Sepanjang perjalan menuju rumah, Ale tetap menggengam tanganku.

"Makan dulu yuk." Ucap Ale.

Aku hanya diam menatapnya. Bagaimana bisa Ale setenang ini.

"Aku khawatir." Ucapnya sambil menatapku singkat.

Ale melajukan mobilnya menuju warung tenda favorit kami. Ya, Kwetiau Sapi Pontianak 555.

"Disini aja ya?" Ucapnya yang aku iyakan.

Setelah makan, kami menuju rumah. Ale benar-benar tak membahas apapun. Ia hanya tetap menggenggam tanganku dan sesekali menciumnya.

Setelah sampai, Aku terkejut dengan pelukan Ale yang tiba-tiba. Ia memelukku erat dan sesekali mencium kepalaku.

"Sorry." Ucapnya.

Aku membeku.

Ale memutarkan badanku dan menenggelamkan wajahnya di bahuku.

"Aku nunda buat bilang kamu karena kondisi kita lagi nggak baik-baik aja kemarin, tapi malah buat aku bohong ke kamu. Maafin aku, Le. Aku udah coba buat nggak terlibat, tapi aku nggak bisa kalo inget kamael. Dia nggak salah apa-apa, aku nggak tega kalo harus ikutan nggak peduli sama Kamael." Ucapnya.

Aku hanya diam mendengarnya berbicara. Aku mencoba meredam egoku, namun rasanya sulit sekali untuk tidak kecewa.

"Aku tau kamu kecewa sama aku. Kamu punya hak buat diemin aku, tapi please Le, maafin aku." Ucapnya kemudian.

Ale menatapku dalam, "Le, kamu tau kan aku sulit memilih kata? Aku nggak tau kata apa yang harus aku ucap buat menjelaskan apa yang aku maksud. Tapi kamu juga tau, nggak ada sekalipun niat aku buat nyakitin kamu dalam bentuk apapun. I just want to do everything with you. That's it. And I hope you want that too." Ucapnya.

***

Tiga bulan kemudian..

Pagi ini aku bangun lebih dulu dari Ale dengan koper yang sudah siap di hadapanku. Aku melakukan perjalanan dinas kali ini. Hanya ke luar kota untuk 3 hari. Namun aku membutuskan menetap lebih lama 2 hari dari jadwal seharusnya, tentu dengan izin Ale.

"Take your time, Le. Aku harap dua hari itu bisa buat kamu lebih tenang." Ucapnya.

"Aku berangkat ya." Ucapku padanya.

Aku mengunjungi Jogja. Untuk mengisi seminar sekaligus mengunjungi beberapa kerabatku disana.

"Kabarin aku kalo udah sampe ya." Ucap Ale kemudian memelukku.

***

Dua hari ini aku disibukkan dengan jadwal yang sudah diatur oleh pihak panitia, malam ini jadwalku agak sedikit senggang yang akan ku pakai untuk mengunjungi rumah budeku dan bertemu sepupuku, Zya dan Ega.

"Elea!!!" Ucapnya setelah aku turun dari taksi online.

Aku memeluk bude, pakde dan kedua sepupuku itu.

"Masuk masuk, bude udah masak krecek kesukaan Lea." Ucap Bude.

"Makasih bude." Jawabku sambil tersenyum.

"Ale nggak ikut?" Tanya pakde.

Aku menggeleng, "nggak, pakde. Ale nggak bisa ninggalin kerjaannya." Jawabku.

"Lagian kan Lea juga bukan jalan-jalan, pak. Kerja dia." Timpal Bude.

Aku selalu senang disini. Di rumah ini. Diantara banyak sepupuku, aku paling dekat dengan Zya dan Ega. Karena umurku dan mereka hanya terpaut jarak 3 tahun.

Setelah makan, aku duduk di kamar Zya. Mengobrol dengan Zya dan Ega ditemani dengan secangkir wedang uwuh buatan bude yang rasanya sudah tak diragukan lagi enaknya.

"Sorry ya Le, kita nggak sempet ke Jakarta waktu kejadian Schalea." Ucap Ega.

Aku tersenyum, "nggak apa-apa. Aku kan bilang yang penting doanya." Jawabku.

Jujur, aku memang masih sedih jika mengingat hal itu. Namun, kondisiku kali ini sudah jauh lebih baik jika membahas putri kecilku itu.

"InshaAllah, nanti dikasih lagi kok." Ucap Zya.

Aku tersenyum, "Aamiin." Ucapku setelahnya.

Malam itu aku memutuskan bermalam di rumah bude dan pulang ke hotel pagi-pagi sekali untuk mengisi seminar di hari terakhir.

***

Ale-El belum baikan nih. Kira-kira akhirnya gimana ya?

h-1 final chapter nih, kira-kira akhirnya udah ada yang bisa tebak belum?

Teman-teman terimakasih banyak ya, aku udah nggak tau mau ngomong apa lagi. Makasih selalu buat aku semangat nulis. Makasih selalu bantu koreksiin tulisanku. Makasih banget udah ikut masuk kedalam ceritaku sampe ikut kesel, sedih dan seneng dalam waktu yang berbarengan.

Salam cinta dari Ale-El ❤❤
Sampai bertemu di final chapter :)

Continue Reading

You'll Also Like

1M 120K 31
FLAWSOME "Your flaws are perfect for the heart that is meant to love you." -- Zhao Walker, adalah contoh pria langka masa kini. Bungsu keluarga Walke...
490K 41.8K 43
#81 in Romance 31/03/2018 #88 in Romance 28/03/2018 #96 in Romance 25/03/2018 Luna. Wanita berusia 29 tahun, telah gagal menikah. Pernikahannya bera...
3.6M 67.7K 43
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
187K 15.6K 27
Siapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran...