Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

685K 88.7K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

48. Menara Zafreng

7.2K 1K 64
By desphrodite

"Yang berada di sampingmu tidak akan selamanya di sampingmu. Namun berusahalah agar kamu tetap di sampingnya"

_흫彡Princess of Rainbow Element彡흫_

-
-


Ini adalah hari yang paling membingungkan bagi para remaja peringkat satu sampai empat. Hari dimana mereka ragu harus memilih dan menentukan bagaimana masa depan mereka selanjutnya. Bimbang memilih antara akademi mana yang akan menjadi dunia baru bagi mereka.

Asoka,

Atau

Sakura?

Keduanya memiliki potensi yang sangat menggiurkan. Asoka mengutamakan keanggunan seorang pemimpin di masa depan yang dikenal jenius dan bijaksana. Biasanya lulusan Asoka selalu berhasil menjadi orang-orang yang hebat dan berkualitas. Sementara akademi Sakura lebih mementingkan kehidupan, makna, filosofi, dan hal-hal magis lainnya. Biasanya lulusan Sakura selalu menjadi orang-orang pintar yang terpercaya, menjadi panutan, bahkan mereka bersejarah.

Ini tergantung. Saat ini Niura berada di peringkat pertama, Xinxin berada di peringkat kedua, Yi Jian berada di peringkat ketiga, dan yang terakhir adalah An Bao di peringkat keempat.

Sementara Liwei dan Yihua berada di peringkat tujuh dan delapan. Sudah jelas mereka telah resmi menjadi murid Sakura.

Ini sangat menghebohkan. Seluruh rakyat bahkan kaisar sendiri sangat bangga kepada kekaisaran Quon karena telah melahirkan banyak sekali kultivator berkualitas walaupun mayoritasnya adalah wanita. Jika dilihat sendiri, dari peringkat satu sampai empat itu mereka berasal dari kekaisaran yang sama dengan status yang berbeda.

"Ketua, kira-kira ... kau dan Yi Jian akan memilih akademi yang mana?" Yihua mulai bertanya setelah melihat Niura kembali sehabis mencari angin untuk menenangkan diri.

Ya, Niura memang butuh ketenangan untuk berpikir secara matang karena ini adalah keputusan yang berlaku untuk beberapa tahun ke depan.

Niura yang awalnya gelisah mulai mendekati Yihua dan yang lainnya di hadapan panggung. Yang pertama ia lakukan adalah mengambil posisi nyaman untuk duduk, menghela, lalu balik menatap Yihua dengan lembut. Sebenarnya ia pun ragu. Kedua akademi itu sangat ia butuhkan, tapi mengingat ia sangat menyukai Akademi Sakura karena mitos-mitosnya, maka ada kemungkinan ia memilinya.

Yi Jian yang tengah melahap segenggam bakpao bersama dengan Liwei pun ikut terdiam setelah mendengar pertanyaan dari mulut Yihua. Ia tidak bisa menjelaskan.

Mengetahui respon keduanya yang hanya diam saja membuat Yihua terdiam. Mungkin ini berat untuk mereka, apalagi jika mereka memilih Asoka, pasti akan berpisah. Namun, itu tidak akan membuat Yihua dan Liwei bersedih karena itu adalah kebahagiaan mereka.

Kini mereka semua masih berada di Kastil. Bersama dengan Jendral yang masih setia berdiri di atas panggung kecil menunggu keputusan empat murid yang dikenal akan kehebatannya masing-masing.

Di tempat yang paling ujung, Xinxin dan An Bao sedang saling berbisik pelan. Kelihatannya mereka sangat fokus. An Bao adalah salah satu kelompok Hijau yang dipimpin oleh Xinxin. Ia mendapat peringkat empat setelah melawan Yi Jian tempo hari.

"Apa kau akan masuk Asoka?" tanya An Bao penasaran. Sesekali ia meregangkan otot lehernya yang terasa kaku. Menghasilkan suara gretakkan antara tulang-tulang.

Xinxin memainkan rambut pinknya sejenak. "Tentu saja. Aku akan menjadi yang paling dihormati di sana." Senyuman yang membangga-banggakan diri terukir di sana. "Jangan sampai si sampah itu memasukinya juga," lanjutnya dengan seringai.

An Bao mengangguk membuat rambut hijaunya sedikit berantakkan. Ia dan Xinxin kembali memusatkan perhatian mereka ke arah panggung. Memerhatikan instrumen yang dilontarkan oleh sang Jendral.

Jendral itu tidak berbicara menggunakan pengeras suara karena hanya ada 10 remaja di Kastil ini. "Baiklah, untuk Xinxin dan An Bao, akademi mana yang kalian pilih?" tanyanya dengan sopan.

Xinxin dan An Bao yang mendengar nama mereka disebutkan segera berdiri dan memberikan hormat. "Kami memutuskan untuk memasuki Asoka, Jendral." Mereka berdua menjawabnya secara bersamaan.

Di tempat lain, Niura dan ketiga temannya berdecih mendengar jawaban itu.

'Sudah kuduga' batin Niura yang sudah menduga-duga bahwa si 'licik' itu pasti akan memilih Asoka. Bukan karena kualitasnya, melainkan karena ketenarannya. Bagus, lah.

Terlihat Jenderal itu mencatat sesuatu di lembaran kertas setelah mendengar jawaban dari Xinxin dan An Bao. Kini, matanya beralih dan pandangannya tertuju pada Niura dan Yi Jian yang tak jauh berada di dekatnya. "Bagaimana dengan kalian berdua?" tanyanya menatap kedua gadis itu dengan perlahan.

Niura menatap mata Yi Jian penuh keyakinan. Mereka berdua saling bertelepati dengan apa keputusan mereka. Apakah ingin bersama, atau memilih berpisah sesuai keinginan mereka. Sebenarnya Niura tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, mengingat Yi Jian adalah satu-satunya teman setia di awal hingga akhir, maka ia akan berpikir ulang.

"Pilihlah sesuai kemauan hatimu," saran Niura meyakinkan.

Yi Jian sebenarnya agak ragu, namun ia mengangguk dengan senyuman yang merekah. "Baiklah!" putusnya antusias lalu mengalihkan pandangannya dari arah Niura ke arah sang Jenderal. "A-aku ... memilih Asoka," putusnya agak terbata-bata karena kurang yakin. Tetapi hatinya menginginkan Asoka, maka ia akan memilihnya.

"Baiklah."

Jendral itu mengangguk. Mencatat, lalu kembali menatap Niura. "Dan kau?" tunjuknya agak sinis. Memandang Niura dengan rasa penuh kebencian walaupun tidak sepenuhnya. Ia membenci Niura bukan karena kehebatannya, namun karena kesopanannya yang menurutnya kurang. Beberapa hari ini gadis itu selalu mengerjainya. Memangnya apa salahnya?

Dan Niura pun masih mengingat kalau jendral itu sudah masuk daftar musuhnya. Niura sedikit berdeham sementara Xinxin sedang mati-matian berdoa agar Niura tidak memilih Asoka.

"Aku memilih ..."

Xinxin menggigit bibirnya gemetar menunggu lanjutan kata itu. Mengapa lama sekali? Pikirnya.

"... Sakura!"

Xinxin melebarkan matanya tak percaya. Bagaimana mungkin Niura memilih Sakura? "Dasar sampah sombong! Sudah diberi pilihan tetapi malah merendahkan!"  protesnya egois membuat yang lainnya ikut menyetujui.

Tak banyak juga yang kembali mencibir Xinxin akan keegoisannya. Jika memasuki salah satu dari kedua akademi itu salah, maka apa yang harus Niura lakukan?

Sebenarnya apa kemauan Xinxin? Niura merasa serba salah.

Liwei yang mendengar itu langsung menjatuhkan rahangnya tak percaya. Niura ini sedang merendah atau meroket? "Kau ... tidak salah pilih?" tanyanya memastikan. Sesekali ia menepuk pipinya membuat Niura berpikir bahwa itu berlebihan. Dan sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.

"Tidak," tekad Niura singkat. Sebenarnya ia sendiri bingung, untuk apa diberi pilihan, jika akhirnya harus menuruti kemauan? Memasuki akademi Asoka memang suatu kehormatan yang besar. Namun memasuki akademi Sakura bukanlah hal yang buruk. Ia akan mempelajari dan memperdalam makna hidup. Lagi pula kemampuan bela dirinya sudah di luar batas. Ini saatnya untuk menikmati hidup.

Raut wajah Liwei berubah menjadi sangat antusias. Bahkan Yihua pun ikut senang. Keduanya sangat senang bisa kembali bersama dengan ketuanya, namun disayangkan karena Yi Jian memasuki akademi yang lain.

"Sepertinya aku akan sendiri," desis Yi Jian sedih. Ia menundukkan kepalanya, memainkan kesepuluh jari-jemarinya. Ia merasa sedih. Seharusnya ia memilih Sakura, apa bisa keputusannya ia rubah?

Niura menghela napasnya gusar, mencoba menenangkan Yi Jian dengan sepenuh hati. "Yi'er, tidak perlu sedih. Seharusnya kau senang bisa merasakan hasil jerih payahmu. Kau berhasil memasuki akademi incaranmu. Walaupun ... kita akan berpisah. namun, itu tak akan selamanya, kan? Aku dan yang lainnya akan menunggu hari itu, di mana kau berhasil dalam misimu, dan aku juga."

Mereka berempat saling berpelukkan. Antara sedih dan senang. Namun, mereka harus berserah diri pada kenyataan. Inilah takdir. Tidak selamanya yang ada akan tetap ada, kecuali jika kita mau mengejarnya.

"Baiklah ... semua mariam, apakah kalian tau letak akademi tersebut?" tanya jendral itu dengan menggunakan kata 'mariam' sebagai gelar kepada seorang gadis yang berhasil menaklukkan Servia di generasi ini.

Kesembilan mariam itu menggeleng secara bersamaan. Kedua akademi itu memang dirahasiakan, kecuali akademi teratai karena murid-muridnya adalah calon prajurit yang tangguh. Entahlah, apa sangkutannya. Tetapi itu semua tidak penting.

Jenderal itu menghela napasnya pasrah. "Huft, baiklah ... enam mariam Sakura dan tiga mariam Asoka. Kalian akan mulai berangkat ke akademi besok. Hari ini kalian semua harus pergi ke Menara Zafreng untuk membeli segala macam keperluan di akademi beberapa waktu seterusnya, mengerti?" jelasnya perlahan agar para mariam itu dapat mengerti apa maksudnya.

"Mengerti!"

***

Kini kesembilan mariam telah berada di Menara Zafreng. Tempat di mana semuanya ada. Terlihat tempat ini mirip sebuah mal di zaman modern, namun terkesan lebih tradisional yang penuh dengan segala macam keperluan para murid. Letaknya yang tak terlalu jauh dari istana membuat mereka semua cepat sampai di tujuan.

Mereka semua sampai di Menara Zafreng dengan menggunakan tandu kerajaan yang dipimpin oleh Jenderal sendiri. Jenderal dan pihak keamanan lain menunggu di depan Menara Zafreng saja sementara kesembilan mariam tengah berlalu lalang di dalam Menara untuk membeli banyak barang yang diperlukan.

"Ayo kita ke utara dulu, jubah yang paling penting!" ajak Yihua antusias.

"Ayo!" saut Niura dan Liwei bersamaan. Mereka berdua berlari mengejar Yihua yang telah mendahului.

Kini mereka hanya bertiga saja karena Yi Jian pergi ikut dengan sesama murid Asoka ke Menara Zafreng barat. Sementara calon murid Sakura berada di Menara Zafreng selatan.

Setibanya di tempat penjual jubah dan topi, sang pemilik toko membungkukkan badannya sebagai tanda hormat lalu tersenyum dan mempersilahkan mereka untuk masuk. "Selamat malam," sapanya lemah-lembut.

"Selamat malam, Nyonya." Ketiganya membalas secara bersamaan dan mulai memasuki toko tersebut yang dipenuhi oleh jubah-jubah pesanan dan topi-topi kerucut yang biasanya dipakai oleh para penyihir atau alkemis.

Liwei yang terpesona segera memusatkan perhatiannya pada seluruh jubah-jubah sekolah yang digantung dengan rasa penuh haru. "Ahh ... tak terasa. Anakmu ini akan memasuki tahun pertama di Sakura, ibu ..." gumamnya membayangkan ada sosok ibu di hadapannya. Ia merindukannya.

Yihua yang memang dekat dengan Liwei dan mengetahui bahwa Liwei dan ibunya itu sangat akrab langsung merangkul bahunya dengan cengengesan.

"Aku juga tidak menyangka bahwa waktu akan berputar secepat ini. Ingat sekali waktu itu aku dan Liwei bertemu dengan dua orang gadis pemberani di kapal saat akan memulai perjalanan ke Kekaisaran Zhen," tutur Yihua seraya melirik Niura yang mengingatkannya di hari itu. "Apalagi saat Ketua Xiao Li memanggil belasan hiu dan paus. Uh! Aku sangat takjub!"

Tanpa Yihua sadari, keantusiasannya membuat lengannya yang bertengger di bahu Liwei tanpa sengaja mencekik leher Liwei lumayan keras. Namun, tak lama ia langsung menyadarinya dan segera meminta maaf.

Niura menggelengkankan kepalanya, lalu kembali menghadap Nyonya pemilik toko jubah ini. "Tolong ukur mereka dulu," pintanya seraya melirik Yihua dan Liwei yang masih sibuk memandangi jejeran jubah-jubah milik murid lain.

Yihua dan Liwei memang kekanak-kanakkan. Jadi, Niura harus menjadi yang lebih dewasa atau ia akan ikut gila. "Silahkan-silahkan." Niura menarik tangan Yihua dan Liwei agar diukur terlebih dahulu.

"Baiklah." Nyonya itu mengangguk dan mulai mengukur bahu Yihua dan Liwei secara bergantian. Sembari menunggu, Niura memutuskan untuk membeli sekantong manisan ringan dan duduk di dekat jendela menara yang memperlihatkan langsung keadaan kekaisaran Zhen yang sangat padat.

"Di mana tempat sampahnya, Nyonya?" tanya Niura setelah menghabiskan manisannya dan kebingungan saat mencari letak tempat sampah.

"Di sana, Cantik ..." jawab Nyonya itu seraya menunjuk tempat sampah di dekat bunga-bunga yang terbuat dari alumunium.

"Terimakasih, Nyonya ... kau juga cantik." Niura terkekeh karena dirinya yang tidak mengetahui keberadaan tempat sampah yang padahal berada di dekatnya.

"Kau bisa saja," kata Nyonya itu sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Niura untuk kembali mengukur jubah.

Kring ... kring ... kring ....

Suara lonceng yang digantung di depan pintu toko jubah ini membuat Niura menoleh ke sumber suara.

Tak lama setelahnya, pintu toko itu terbuka dan menampakkan seorang gadis berjubah merah dengan rambut gradasi tiga warna termasuk orange panjang sebaya dengan Niura memasuki toko dengan senyuman yang merekah.

"Xiao'er!" panggil gadis berjubah merah tersebut kepada Niura.

Niura membelakkan matanya terkejut mengetahui gadis itu tak lain adalah Yi Jian. Niura bangkit dan memeluknya. "Ahh rasanya kita baru bertemu setelah sepuluh tahun berpisah," candanya dengan kekehan.

Yi Jian terkekeh. Ia merentangkan kedua tangannya dan berputar memperlihatkan jubah dan tongkat Asokanya kepada Niura.  "Bagaimana penampilanku? Keren 'kan?" tanyanya meminta pendapat. Niura mengangguk menyetujui. "Sepertinya kau telah membeli semuanya," gumam Niura memperhatikan banyaknya barang yang dibawa Yi Jian.

Yi Jian menggeleng tak membenarkan. "Tidak. Aku masih harus membeli topi di toko ini. Setelah itu, aku akan langsung pergi ke akademi! Aku sungguh tidak sabar ... bagaimana denganmu?"

"Aku bahkan belum membeli apa-ap———"

"Ketua Xiao Li! Sekarang giliranmu ...!"

Teriakkan Yihua dari ruang pengukuran membuat Niura terdiam. Ia memandang Yi Jian dengan senyuman. "Sepertinya aku harus pergi, aku akan diukur untuk jubah Sakura. Sampai jumpa nanti!" pamitnya seraya berlari dan melambaikan tangan. Yi Jian ikut melmbaikan tangannya dan mulai memilih topi-topi kerucut.

***

Ketiganya telah selesai membeli jubah, topi dan tongkat. Akademi Sakura memiliki warna ungu sebagai warna jubah-jubah muridnya. Sementara merah untuk Asoka.

Kini Niura memimpin Yihua dan Liwei keluar dari kedai yang menjual berbagai macam peralatan sihir untuk kelas nanti. Sekarang saatnya mereka keluar Menara Zafreng dan melanjutkan perjalanan ke akademi walaupun telah larut malam. Ketua akademi ingin melihat dan memperkenalkan murid-murid barunya secara langsung.

"Huft ... berat sekali!" adu Liwei yang kesulitan saat meletakkan barang-barang ke dalam tandu yang siap mengantarkan mereka ke akademi.

Selama perjalanan, ketiganya hening dan tidak ada yang membuka percakapan. Itu semua karena hari yang sudah sangat malam membuat mereka sangat mengantuk dan malas. Sesekali mereka menguap lebar dan terganggu saat merasakan ada hambatan di jalan yang membuat jalannya tandu ini sedikit tak nyaman.

"Berapa lama lagi kita akan seperti ini ...?" tanya Yihua dengan mata terpejam. Niura yang masih belum mengantuk segera menggulung kertas yang ia pegang untuk dijadikan sebuah teropong lalu ia gunakan untuk melihat jalan.

"Tidak jauh lagi!" jawab Niura saat melihat ada bangunan besar yang tak jauh dari hadapannya. Walaupun samar, tetapi ia yakin bahwa itu adalah Akademi Sakura.

-TBC-

Hai, adakah yang selalu nunggu Pore update?

Sebenernya niat awal bikin cerita ini tuh pengen namatin sampe chapter 20, eh keterusan haha tapi tak apa😻

흫_흫DESINTA흫_흫

Continue Reading

You'll Also Like

138K 14K 54
[Follow sebelum baca dong brok ;v] Anastasia gadis berumur 18 tahun, yang masuk ke zaman kerajaan. Zaman yang sama sekali tidak iya ketahui, Dimana d...
285K 19K 200
NOVEL TERJEMAHAN Dia, Xue Fanxin, seorang jenius medis terkenal di abad ke-21, telah bertransmigrasi ke dalam tubuh putri Adipati Agung yang bodoh. S...
1.7M 163K 81
[Karya original/bukan hasil plagiat atau copy paste] ~ ~ ~ Zhu Xiao Nian adalah seorang agen mata-mata pemerintah dengan code name Aris. Dia melakuka...
387K 6.2K 16
suka suka saya.