The Secret Wife || COMPLETED...

By aristaptr

1.1M 68K 719

Laura Florance harus bekerja keras untuk membayar seluruh pengobatan adiknya, Lisa Florance. Adiknya harus te... More

Opening!
TSW - 1
TSW - 2
TSW - 3
TSW - 4
TSW - 5
TSW - 6
TSW - 7
TSW - 8
TSW - 9
TSW - 10
TSW - 11
TSW - 12
TSW - 13
TSW - 14
TSW - 15
TSW - 16
TSW - 17
TSW - 18
TSW - 20
TSW - 21
TSW - 22
TSW - 23
TSW - 24
TSW - 25
TSW - 26
TSW - 27
TSW - 28
TSW - 29
TSW - 30
TSW - 31
TSW - 32
TSW - 33
TSW - 34
TSW - 35
TSW - 36
TSW - 37
TSW - 38
TSW- 39
TSW - 40
TSW - 41
TSW - 42
TSW - 43
TSW - 44
Extra Part

TSW - 19

22.6K 1.3K 3
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget for follow, vote and comment this story!
******

Hari ini merupakan hari persidangan Natalie atas tindakan percobaan pembunuhan terhadap Laura. Oliver telah membawa pengacara terbaik di kota New York yang akan membantunya untuk mengurus kasus tersebut. Hingga akhirnya Natalie telah dijatuhkan hukuman penjara dengan cukup lama. Laura yang mengetahui itu merasa iba, namun ia juga tidak bisa melakukan apapun karena itu sudah merupakan keputusan hakim.

Saat ini Laura tengah duduk di bangku taman belakang mansion. Ia sangat bosan terus berdiam diri di dalam mansion sendirian karena Oliver saat ini sedang bekerja. Laura menatap langit biru yang terlihat sangat cerah sambil menikmati secangkir coffee latte.

Tak lama kemudian, seorang maid datang menghampiri Laura membuat wanita itu menaruh cangkir tersebut disebelahnya.

"Permisi nyonya, ada tamu yang datang." ujar maid tersebut.

"Baiklah, aku akan segera ke sana." ujar Laura dan beranjak dari tempat duduknya.

Laura berjalan dengan cukup pelan karena ia tidak lagi menggunakan alat bantu berjalan. Ia mulai membiasakan untuk menggerakkan pergelangan kakinya agar tidak semakin kaku. Lagipula ia sudah tidak merasakan sakit pada kakinya.

Beberapa menit kemudian Laura telah sampai di ruang tengah. Di sana ia melihat Kate datang bersama dengan seorang wanita yang tidak ia kenal.

"Hai Kate, apa kau sudah lama menunggu?" Sapa Laura sambil tersenyum ke arah Kate dan wanita di sebelahnya.

"Tidak juga, bagaimana pergelangan kakimu? Apa masih sakit?" Tanya Kate sambil menatap ke arah pergelangan kaki Laura.

"Sudah mulai membaik, ini semua berkatmu." ujar Laura sambil terkekeh pelan.

"Itu karena efek obat dan juga semangat dari dalam dirimu untuk bisa berjalan lagi, aku hanya membantu mengawasi. Ah ya aku datang untuk menemui Oliver tapi sepertinya dia tidak ada di rumah." ujar Kate.

"Jam segini dia masih berada di kantornya, apa ada hal penting?" Tanya Laura.

"Bukan hal penting, kalau begitu aku pamit dulu. Aku masih memiliki jadwal sore ini."

"Baiklah, hati-hati dijalan." ujar Laura sambil melambaikan tangannya.

Laura menatap kepergian Kate bersama temannya dengan raut wajah bingung. Ia penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Kate pada suaminya. Bahkan wanita itu tidak mau mengatakan padanya. Ditambah lagi ia melihat wanita disamping Kate seperti menatap tidak suka padanya membuat rasa penasaran Laura semakin besar.

"Lebih baik aku tanyakan pada Oliver." gumam Laura sambil beranjak dari tempat duduknya menuju kamar. Laura yang sedikit bosan dengan aktivitas di rumah mulai merasakan kantuk menyerangnya.

Setelah sampai di kamar, Laura langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai memejamkan matanya. Tak lama kemudian, terdengar deru nafas teratur menandakan wanita itu sudah tertidur lelap.

*****

Di sisi lain, Oliver yang berada di kantornya sibuk mengurus beberapa berkas yang harus ia tanda tangani. Sesekali pria itu mengusap wajahnya kasar saat merasa pekerjaannya tidak kunjung terselesaikan. Padahal ia sangat ingin menemani istrinya di rumah, namun berkas-berkas ini sangat mengganggunya.

Tok tok...

"Masuk." perintah Oliver tanpa mengalihkan pandangannya dari lembar kertas dihadapannya.

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan menampilkan Clara yang masuk dengan membawa beberapa berkas ditangannya.

"Permisi Mr. Winston, saya telah menghubungi investor yang kita miliki dan ini daftar yang akan memberikan investasi pada perusahaan Mons Corp." ujar Clara sambil menyerahkan berkas itu pada Oliver.

"Baiklah, terima kasih Clara kau bisa keluar." Clara pun melangkah mundur meninggalkan ruangan itu setelah Oliver memberikan izin padanya.

Oliver membuka daftar investor yang diberikan oleh Clara. Saat itu juga keningnya mengerut saat melihat sebuah nama yang tidak asing tertulis di sana. Oliver kembali mengingat siapa pemilik nama yang bahkan sangat familiar itu. Oliver yang terlalu banyak memiliki investor membuatnya sedikit lupa dengan siapa saja yang telah ia ajak untuk bekerja sama.

'Vienneta Allison' batin Oliver menyebut nama itu.

Oliver yang tidak ingin memikirkan masalah itu kembali mengerjakan pekerjaannya agar ia bisa cepat pulang dan bertemu istrinya.

Namun beberapa menit kemudian, Oliver menatap layar ponselnya yang berdering dan terlihat nama Kate di sana. Tanpa pikir panjang Oliver langsung mengambil ponselnya dan menerima panggilan dari Kate.

"Hallo"

"Ada apa?" Tanya Oliver dengan sedikit malas.

"Apa kau sibuk? Aku ingin.." belum selesai Kate berbicara di seberang sana, Oliver telah lebih dulu memotongnya.

"Aku sedang meeting, jangan menghubungiku lagi." ujar Oliver berbohong. Saat itu juga Oliver langsung memutuskan panggilan telponnya tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Ia terpaksa berbohong karena ia sedang tidak ingin di ganggu, apalagi oleh Kate.

Kate, sepupunya itu baru saja kembali ke New York setelah bertugas di salah satu rumah sakit di Kanada. Oliver sangat tidak menyukai Kate karena wanita itu selalu ikut mengurusi kehidupan pribadinya. Ia tidak ingin jika Laura sampai salah paham dengan sikap Kate terhadapnya.

Beberapa jam kemudian, Oliver menatap jam di atas meja yang telah menunjukkan pukul 16.45 PM. Namun pekerjaannya tak kunjung terselesaikan. Oliver beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela kaca besar yang ada di ruangannya. Sesekali pria itu meregangkan lehernya yang terasa sedikit pegal.

"Lebih baik aku pulang saja." gumam Oliver dan berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponsel dan juga kunci mobilnya.

Namun saat Oliver telah sampai di loby perusahaannya, ia mengerutkan keningnya saat melihat seorang pria berdiri di dekat mobilnya. Tanpa pikir panjang Oliver langsung menghampiri pria tersebut.

"Siapa kau?" Tanya Oliver dengan nada dingin. Pria itu yang mendengar suara Oliver langsung membalikkan badannya.

"Akhirnya kita bertemu." Oliver menatap dingin pria yang ada dihadapannya. Pria yang sangat ia benci di dunia ini. Pria yang telah merebut seseorang dari sisinya.

"Untuk apa kau kemari?!" Tanya Oliver dengan nada dingin.

"Hei dude santailah, aku hanya merindukan dirimu. Ah ya, aku dengar kau telah menikah dengan wanita cantik?" Rahang Oliver seketika mengeras saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria itu. "Bagaimana kalau aku merebutnya darimu? Lagi.." lanjutnya dengan menunjukkan senyum seringai.

Oliver dengan cepat menarik kerah pria itu dan menatap penuh kebencian. Oliver kini telah diselimuti amarah yang membuat siapapun akan tertunduk takut, namun tidak dengan pria yang ada dihadapannya.

"Jika kau menyentuh istriku seujung jari saja, aku pastikan kepalamu terpisah dari tubuhmu." ujar Oliver dengan penuh penekanan dan mendorong pria itu menjauh dari mobilnya. Pria itu terkekeh pelan saat mendengar ucapan Oliver.

"Jangan panggil aku Zean Danzell jika aku takut padamu dan lihat saja nanti Oliver, aku akan memberikanmu kejutan yang sangat indah." ujar Zean sebelum pergi dengan tersenyum meremehkan.

Oliver mengepal tangannya kuat saat melihat kepergian Zean. Ingatan masa lalu kini kembali hadir dikepalanya. Tidak, Oliver tidak ingin itu kembali terjadi. Laura hanya miliknya dan selamanya akan menjadi miliknya. Ia akan menghancurkan semuanya jika ada yang berani merebut Laura darinya.

Oliver mengambil ponsel yang ada di sakunya dan segera menghubungi Hans.

"Cari tahu apa tujuan Zean kembali ke New York." perintah Oliver dengan nada dingin dan langsung memutuskan panggilan sepihak.

Oliver kembali menaruh ponsel di sakunya dan berjalan masuk ke dalam mobil. Dengan cepat Oliver menyalakan mesin mobil menuju mansion miliknya. Saat ini ia hanya ingin bersama dengan Laura. Hanya wanita itu yang bisa menghilangkan amarahnya saat ini.

Selama diperjalanan, Oliver memikirkan cara agar Zean tidak bisa mendekati istrinya. Ia juga tidak ingin Laura tahu tentang masa lalunya. Oliver mengacak rambutnya frustasi saat masalah kembali datang ke kehidupannya. Baru saja masalah Natalie terselesaikan, namun masalah lain kembali muncul.

"Shit!" Umpat Oliver sambil memukul setir mobil yang dikendarainya. Di dalam hatinya, ia akan membalas semua apa yang telah Zean lakukan padanya di masa lalu. Namun saat ini ia hanya perlu menjauhkan Laura dari Zean. Ya, Oliver harus melakukan itu untuk melindungi Laura.

Oliver mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya dan segera menghubungi Hans. Tidak butuh waktu lama ia mendengar Hans telah menerima panggilannya.

"Siapkan pesawat pribadiku, aku akan pergi bersama Laura ke Swiss lebih dulu." ujar Oliver.

"Baik tuan, saya akan menyiapkan pesawat untuk anda."

Oliver memutuskan panggilannya dengan Hans dan kembali mencari nama ibunya di layar ponselnya. Setelah ketemu, Oliver langsung menghubungi ibunya.

"Hallo sayang, ada apa?"

"Hari ini aku akan lebih dulu pergi ke Swiss bersama Laura. Apa mom tidak masalah jika kita bertemu di sana?"

"Tentu saja, kau pasti ingin berduaan dengan Laura bukan?" Oliver yang mendengar ucapan ibunya langsung terkekeh pelan.

"Aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamanya mom."

"Baiklah, kalau begitu mom dan yang lainnya akan menyusulmu dua hari lagi. Daddymu masih harus mengurus beberapa pekerjaan besok."

"Baiklah, sampai jumpa mom."

Oliver segera memutuskan panggilannya setelah menyelesaikan percakapannya bersama ibunya. Tidak lama kemudian, ia telah sampai di pelataran mansion. Tanpa pikir panjang Oliver langsung turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam mansion.

Saat Oliver membuka pintu kamarnya, ia melihat Laura duduk di balkon kamar sambil membaca buku yang ada ditangannya. Oliver tersenyum dan berjalan menghampiri istrinya. Sedangkan Laura yang mendengar suara langkah kaki langsung mendongakkan kepalanya. Saat itu juga ia tersenyum saat melihat kedatangan suaminya.

"Kenapa kau datang lebih awal?" Oliver yang mendengar pertanyaan Laura hanya terdiam dan menurunkan tubuhnya untuk mengecup lembut puncak kepala istrinya.

"Aku sangat merindukanmu." jawab Oliver membuat Laura terkekeh pelan.

"Belum genap seharian kita berpisah tapi kau sudah merindukanku?"

"Tentu saja, aku sangat merindukan istriku yang sangat cantik ini." ujar Oliver sambil mencubit gemas pipi Laura. Laura memanyunkan bibirnya saat Oliver mencubit pipinya.

Cup..

"Jangan memanyunkan bibirmu seperti itu atau aku.." belum sebelum Oliver berbicara, Namun Laura lebih dulu membungkam mulut Oliver dengan bibirnya.

Oliver yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu langsung menarik tengkuk Laura dan memperdalam ciuman mereka. Perlahan ciuman Oliver mulai turun ke leher Laura membuat wanita itu menggeliat merasakan sensasi yang tidak bisa ia jelaskan. Namun wanita itu sangat menikmatinya.

"Jangan lakukan itu di sini Oliver." bisik Laura membuat Oliver menghentikan aktivitasnya.

"Baiklah, ayo kita lanjutkan di kamar sweetheart." bisik Oliver membuat Laura bersemu merah dan menganggukkan kepalanya.

Oliver mengangkat tubuh Laura dan membawa wanita itu ke dalam kamar. Akhirnya mereka kembali melanjutkan aktivitas yang tertunda hingga mereka mencapai kenikmatan bersama.

*****

Laura menggeliat dalam tidurnya saat merasakan tempat tidurnya sedikit bergerak. Perlahan Laura mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Saat pandangannya telah terfokuskan, ia membulatkan matanya saat melihat ia terbangun di dalam pesawat.

"Oliver!" Teriak Laura dengan sangat kencang.

Saat itu juga pintu ruangan tersebut terbuka dan memperlihatkan Oliver yang masuk dengan raut wajah khawatir.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" Tanya Oliver dengan nada khawatir. Namun Laura yang mendengar pertanyaan Oliver hanya terdiam dan menatap tajam ke arah pria itu.

"Ada apa sayang? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau ingin membawaku kemana?" Tanya Laura dengan nada sedikit kesal.

"Swiss, bukankah kita akan berlibur ke sana?" Laura membulatkan matanya. Ia tidak tahu mereka akan berangkat hari ini. Ia bahkan tidak menyiapkan perlengkapan selama mereka berlibur di sana.

"Ada apa sayang?" Tanya Oliver saat melihat Laura hanya berdiam diri di atas ranjang tanpa melihat ke arahnya.

"Tidak." jawab Laura singkat. Oliver yang mendengar itu hanya mampu menghela nafas berat. Ia tahu jika saat ini Laura sedang marah padanya karena tidak memberitahunya tentang keberangkatan mereka.

Oliver melangkah naik ke atas ranjang dan menarik Laura ke dalam pelukannya. Sesekali Oliver mengecup kening istrinya dengan lembut dan memainkan rambut panjang istrinya.

"Kenapa kau tidak mengatakan terlebih dahulu? Bahkan aku belum mempersiapkan perlengkapan kita." ujar Laura sambil memainkan kancing kemeja yang dikenakan oleh Oliver.

"Tidak perlu, semua perlengkapan kita sudah ada di sana." ujar Oliver dengan santai membuat Laura menghela nafas berat. "Tidurlah, perjalanan kita masih beberapa jam lagi." lanjutnya. Laura yang berada di pelukan Oliver mengeratkan pelukannya dan kembali memejamkan matanya.

"Aku sangat mencintaimu Laura, aku tidak akan membiarkan dia merebutmu dariku." bisik Oliver.

Laura yang mulai terlelap samar-samar mendengar apa yang diucapkan oleh Oliver. Laura ingin menanyakan hal itu namun matanya yang sangat berat membuatnya tidak kuat untuk membuka matanya. Hingga akhirnya Laura terlelap dan masuk ke dalam mimpi.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 287K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.4M 66.4K 32
#30 DALAM ROMANCE (27/12/16) #25 DALAM ROMANCE (29/01/17) #21 DALAM ROMANCE (03/02/17) Alexa Prasetya seorang cewe gemuk yang dikucilkan disekolah ha...
39.1K 2K 53
Pemilik perusahaan penambang emas terbesar (TR Group) tengah dihantui dengan persaingain bisnis yang mengancam nyawa. Matinya pewaris besar perusahaa...
75.9K 2.3K 71
Richardo Collingwood, putra dari pemilik Perusahaan Anggur terbesar di spanyol. Dia bergabung disalah satu kelompok mafia di spanyol Nara Holmes, Put...