JUST ONE NIGHT

By ndaquilla

712K 31.1K 993

Sebuah kesalahan yang berujung pada sesuatu yang panjang. keduanya membenci pernikahan. tak ingin terlibat da... More

JUST ONE NIGHT
Just One Night Part2
Just One Night Part 3
Just One Night Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
part 12
Part 13
Bagian tanpa judul 15
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17 (Ending?? Maybe...)
Part 18
Part 19
Just One Night Part 20
Part 21
Part 22 : Ending

Part 7

29.7K 1.4K 23
By ndaquilla

***

Mobil mewah berwarna hitam itu tampak melaju dengan  tenang membelah hawa sejuk yang tersaji di lereng gunung megah dan indah Mt. Bukhan Pyeongchang-dong. Pyeongchang-dong Art District, merupakan salah satu area perumahan terbaik di Seoul. Sebuah perumahan kawasan elite yang sering di sebut dengan Beverly Hills Amerika versi Korea. Dihuni oleh para politisi, pengusaha, seniman, para duta asing termasuk para diplomat dan juga para eksekutif bisnis. Membuat kawasan ini di lindungi oleh tingkat keamanan yang tinggi. Hawa yang sejuk, jauh dari polusi dan juga panorama bukit yang indah, serasa sangat memanjakan para penghuninya. Pemukiman paling ideal untuk komunitas kota karena lokasinya hanya berjarak 15 menit dari Seoul City Hall dengan mengendarai mobil.

Kyuhyun menarik nafasnya ketika gerbang menjulang itu perlahan terbuka. Melirik pada Nomor yang tertera di dinding pagar sebelah kanan, Kyuhyun mengeratkan cengkraman pada stir kemudinya. Sudah lebih seminggu, ia tidak kembali kerumah ini. Halaman luas itu tertata rapi, bersih, dengan berbagai jenis tanaman tampak tumbuh dengan subur di halaman luas ini. Mobilnya tampak berjalan pelan, menikmati setiap sudut taman rumah yang tertata rapi ini. Mengikuti jalan bebatuan yang akan membawanya tepat di depan bangunan utama yang ia cari, Kyuhyun menguatkan tekatnya. Dua pilar besar menyambutnya di teras rumah, pintu besar yang beberapa saat yang lalu masih tertutup kini sudah terbuka sepenuhnya. Berbondong-bondong pelayanan keluar dari dalam rumah itu. Dengan pakaian seragam, mereka berdiri berjajar di depan pintu.

Menghela nafas sekali lagi, Kyuhyun mematikan mesin mobilnya. Dengan sigap seorang pria paruh baya menghampiri sisi kemudinya, membuka pintu mobil dari luar. “Anda yang terbaik paman Han.”

Senyuman lembut menghiasi wajah tua pria itu. “Selamat datang kembali kerumah Tuan muda.”

Kyuhyun tersenyum, menyerahkan kunci mobilnya pada supir yang sudah bertahun-tahun bekerja bersama keluarga mereka. “Apa bibi Han membuat sesuatu yang enak untukku paman?”

“Kau akan mendapatkan daging kalkun-mu Tuan muda. Cepatlah masuk dan habiskan semua yang di masaknya.” Keduanya tertawa renyah. Kyuhyun begitu menyukai pria tua ini. Paman Han –begitu Kyuhyun biasa memanggilnya. Sudah bekerja lebih dari tiga puluh tahun di rumahnya. Bersama dengan istrinya, sepasang suami-istri itu mengabdikan diri mereka untuk melayani keluarganya.

Berawal menjadi supir kantor untuk perusahaan, Han Seul Hong muda sudah menjadi kesayangan kakeknya. Bahkan hingga detik ini, pria yang hampir berusia lima puluh tahun itu tetap menjadi orang kepercayaan kakeknya. Mengantar pria tua itu kemanapun yang ia kehendakki. Dan istri dari Seul Hong, juga bekerja disini. Sebagai kepala pelayan yang merangkap sebagai juru masak utama bagi keluarganya. Wanita itu sudah seperti ibu bagi Kyuhyun.

“Tuan besar, sudah menunggu anda Tuan muda.” Seorang wanita yang tak kalah tua dari pria sebelumnya berjalan dengan cepat menghampiri Kyuhyun. “Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya wanita itu dengan nada khawatir.

Seulas senyuman kembali terbit dari bibir Kyuhyun. “Aku masih muda bibi Han, kurasa aku belum menderita osteoforosis dan itu artinya aku baik-baik saja.” Canda Kyuhyun pada Han Hyo Hee, istri dari Seul Hong.

“Dasar anak nakal. Kau berbakat menyindir kami yang tua-tua ini.” Tanpa ragu, Hyo Hee menghadiahi lengan Kyuhyun dengan pukulan ringan darinya. “Aku akan menghajarmu hingga babak belur, jika kau tidak kembali lagi kerumah ini.”

Kyuhyun tertawa terbahak-bahak. Membiarkan Bibi Han menyeretnya masuk kedalam, hanya merekalah yang mampu membuat suasana rumah besar ini menjadi hangat. Hubungan mereka dan Kyuhyun tidak hanya sebatas majikan dan pembantu. Melainkan seperti orang tua kepada anaknya sendiri. Meski mereka pun juga memiliki anak, tapi mereka berusaha untuk tetap memberikan curahan perhatian untuk Kyuhyun. Pemuda kesepian yang semenjak kecil memang terbiasa sendiri.

Bahkan sebelum kedua orang tua kandung Kyuhyun meninggal, Kyuhyun kecil sudah terbiasa menghabiskan waktu sendirian di rumah besar ini. Ibu dan ayahnya masih begitu sibuk terhadap karir mereka masing-masing. Sementara sang kakek, juga masih aktif dengan pekerjaan di kantor. Dan menyisahkan Kyuhyun kecil yang berada di bawah asuhan para pelayanannya. Walau kala itu ibu Kyuhyun juga menyewa tenaga pengasuh bayi, tapi tetap saja Hyo Hee-lah yang merawat Kyuhyun lebih banyak dari yang lain.

“Bibi, kau ingin membunuhku ya?” Kata Kyuhyun di sela ringisannya. “Kenapa kau terlihat bersemangat sekali memukulku…”

“Aku tak akan membunuhmu sebelum kau menikah. Dasar perjaka tidak laku…”

“Apa?!! Perjaka tidak laku??” Kyuhyun melotot mendengar hinaan barusan. Orang gila mana yang begitu berani mengatakannya sebagai perjaka tidak laku? Seluruh korea tahu, siapa pria paling tampan disini. Ya Tuhan, kutuk orang itu. “Ya ampun bibi, kau harus lebih sering melihat infotainment. Dan kau akan tahu, siapa bujangan paling di minati seluruh Asia ini. Heeiisshh…”

Bibi Han tertawa dengan keras. Menghentikan aksi pukul-pukulannya wanita itu memandang Kyuhyun dari atas kebawah. “Kau memang tampan Tuan muda-ku. Tapi di usia seperti ini, kau belum pernah sekalipun mengajak kekasihmu kerumah ini. Ckck… itu menandakan bahwa setiap berita yang ada di seluruh media hanyalah omong kosong.” Ejek bibi Han dengan wajah puas.

Mengerutkan keningnya, Kyuhyun menarik senyum dari bibirnya. “Terlalu banyak wanita yang mengejarku bibi. Aku tidak suka mereka.” Kata Kyuhyun dengan santai.

Langkah panjangnya berbelok kesebelah kanan. Sementara Bibi Han terus mengikuti langkah tegap pria itu. “Kalau tidak suka pada mereka, kapan kau akan menikah.”

Senyum itu memudar begitu saja, langkahnya kontan terhenti. Memandang muram figura besar yang berada di hadapannya. Matanya kembali berubah pedih. Hyo Hee menyadari apa yang tengah terjadi pada Kyuhyun. Dan berkat mulut lancangnya, ia kembali harus melihat wajah muram Kyuhyun. Kyuhyun benci mendengar kata pernikahan. Pria itu tak percaya pada pernikahan. Karena ia melihat sendiri bagaimana tragisnya ‘pernikahan’ itu mengakhiri kedua orang tuanya. Hyo Hee menundukkan kepalanya. Wanita itu sungguh menyesal. Membahas tentang pernikahan sama saja membawa Kyuhyun pada masa 20 tahun silam.

“Hye Jin akan kembali dalam minggu ini, Kyu.”

Suara tua itu sontak membuatnya menoleh. Pria tua dengan kepala yang tak lagi di penuhi rambut berjalan dari arah belakangnya. Sisa rambut yang berada di kepalanya hanya menyelubungi bagian belakang kepala pria itu. sementara bagian atas kepalanya sudah tak lagi di tumbuhi rambut. Di bantu tongkat kecil, pria itu berjalan dengan amat perlahan. Sesekali membenarkan letak kacamata minusnya yang bertengger di hidung mancung pria tua itu. Kini Kyuhyun memahami dari mana warisan wajah tampannya berasal. Wajah tua kakeknya, masih tampak menyisahkan kegagahan masa muda yang pasti begitu rupawan di era-nya.

Kyuhyun tersenyum, menghampiri pria yang sudah berusia 69 tahun itu dengan langkah ringan. “Baru saja akan mencari kakek.” Kyuhyun berjalan mendekat.

Kyuhyun yang berada di luar rumah, sungguh berbeda dengan Kyuhyun jika sudah berada di rumahnya. Di luar rumah, ia adalah sosok pria arogan, dengan ambisi yang menuntut pada setiap kesempurnaan. Pria itu merupakan sosok keras yang begitu dingin, tatapannya begitu tajam, dan kekuasaan menjadi landasan untuk setiap sikap menyebalkan yang ada pada dirinya. Namun itu semua hanya terjadi di luar rumah.

Jika ia berada di rumah, Kyuhyun akan melepaskan semua kedok –tak tersentuh- dan beralih menjadi anak baik yang begitu mencintai keluarganya. Walau dalam hal ini hanya merujuk pada kakeknya seorang. Tapi disinilah, Kyuhyun akan menjadi dirinya yang apa adanya. Bocah malang yang di tinggal mati kedua orang tuanya melalui kecelakaan maut yang juga nyaris merenggut nyawanya. Keseimbangan kasih sayang itu justru ia dapat setelah orang tuanya meninggal. Dimana saat itu, kakeknya baru menyadari bahwa cucu semata wayangnya begitu terguncang. Pria tua itu dengan segera melepaskan segala atribut pekerjaannya. Menyerahkan tugas-tugasnya pada orang kepercayaan. Dan memulai hidup baru bersama Kyuhyun. Kyuhyun kecil yang kala itu masih berusia 8 tahun.

“Oh, Tuan Cho. Apa urusan kantormu begitu penting dari pada kakek tua ini? Yang setiap hari harus menanti cucunya untuk pulang kerumah.”

Kembali tersenyum, Kyuhyun dengan segera memeluk kakeknya. “Aku juga merindukanmu pria tua.”

Ckck… Tuan Cho berdecak singkat. Pura-pura terlihat sebal pada cucunya ini. “Apa aku terlihat merindukanmu, playboy?” Kyuhyun melepaskan pelukannya, menyatukan kedua alisnya sambil menelisik wajah tua tanpa dosa yang baru saja menyebutnya ‘playboy’.  “Apa? Kenapa memandang kakek seperti itu?”

Kyuhyun menggeleng. Menuntun kakeknya menuju ruang tengah. Kemudian kembali membantu pria itu untuk duduk. “Hye Jin yang mengatakan itu.” Mulai kakek, ketika sudah di rasa nyaman. “Dia bilang kau playboy.  Tapi entah kenapa dia tidak bisa lepas darimu.”

Bibi han  tersenyum, ketika meninggalkan Kyuhyun dan kakeknya di ruang tengah. Wanita paruh baya itu segera kembali kedapur. Berniat untuk menghidangkan teh dan cemilan untuk menemani kedua pria sedarah itu  mengobrol di sore hari ini.

Kyuhyun tertawa sebentar menanggapi pernyataan kakeknya barusan. “Aku hanya menganggapnya sebagai adikku kek. Tidak punya perasaan lebih untuknya.” Tandas Kyuhyun cepat-cepat. “Lagipula, Paman dan bibi Kim juga sudah mengetahui hal itu.” tambah Kyuhyun lagi.

Kakek menghela nafasnya. Melepaskan kacamata yang sedari tadi menemani mata tuanya, pria itu meletakkannya di atas meja. “Tapi dia begitu menyukaimu Kyu. Dan katanya dalam waktu dekat ini ia akan kembali ke Korea.”

“Adik kecil yang menyebalkan. Apa dia akan selalu membuat keributan di setiap kepulangannya?” Kyuhyun tersenyum geli membayangkan bagaimana hebohnya wanita 22 tahun itu setiap kali kembali ke Korea.

“Dan kau yang akan menjadi tujuan utamanya.”

Kyuhyun hanya diam. Memandang langit-langit rumah mewah kakeknya ini tanpa minat. “Lalu aku harus apa?” Kyuhyun menoleh ketika telinganya mendengar derap kaki yang berjalan mendekat. Tersenyum setelah menyadari Bibi Han datang dengan nampan berisi cemilan dan juga teh  hangat dengan aroma yang begitu menenangkan.

Cho Il Young, menggeser lututnya yang menyentuh meja. Menganggukan kepalanya ketika melihat Hyo Hee telah berada di hadapannya. Mempersilahkan wanita itu menghidangkan cemilan sore untuk mereka, Il Young masih terus memperhatikan Kyuhyun. “Hyo Hee-ya…” panggil Il Young kala pelayanan paling setia itu hendak berlalu setelah selesai menghidangkan apa yang ia bawa di atas meja.

Nde…”

“Katakan pada Kyuhyun, bagaimana sekarang anakmu hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.” Kyuhyun dan Hyo Hee saling berpandangan. Mereka berdua tak mengerti apa maksud pria tua tersebut. Sementara kakek, malah menyesap teh dengan santai. Tak memperdulikan raut keheranan yang tersemat di wajah cucu dan pelayannya.

“Maksud anda Tuan?”

Il Young meletakkan kembali gelasnya di atas meja. Menatap Hyo Hee dengan senyum ramah. “Bukankah pernikahan begitu indah untuk anak-anakmu Hyo Hee?” Bukan menjawab, Il Young kembali memberi bertanyaan yang hanya menuntut jawaban positive untuk hasil akhirnya. “Benarkan Hyo? Bagaimana kabar cucumu? Kapan-kapan ajaklah kemari. Rumah ini begitu sepi, karena bujangan paling di minati di Korea tetap tak ingin menikah.” Melirik tajam pada cucunya, Il Young menyunggingkan senyuman.

Akhirnya Bibi Han sadar apa yang di maksud dengan Tuan besarnya. Wanita paruh baya itu tersenyum simpul karenanya. Membahas pernikahan dengan Kyuhyun pasti akan selalu berakhir ricuh. Namun Tuan Cho tampaknya tak ingin lagi mengalah pada keputus asaan cucunya kali ini. Biarlah pria itu kembali terguncang karena ingatan masa lalunya. Karena satu hal yang selalu ingin Il Young beritahu pada cucunya tersebut, bahwa tak semua pernikahan berakhir dengan kisah tragis seperti yang di alami kedua orangnya.

Menyadari bahwa kini Kyuhyun tengah mengatupkan bibirnya dengan rapat. Il Young bisa merasakan gemuruh kesesakkan yang hendak meledak dari dada pria itu. Tatapannya berubah tajam, namun bercampur dengan beberapa emosi yang masih ia coba untuk pertahankan. Sirat kepedihan, amarah, ketakutan beserta kebencian masih terus berputar-putar di matanya. Bayangan bagaimana pertengkaran ayah dan ibunya di dalam mobil sebelum mereka meninggal kini bagai proyektor yang berputar di otaknya. Membawanya kembali pada peristiwa mengerikan itu. Kyuhyun menegang seketika.

“Tidak semua pernikahan berakhir tragis Kyu…” Kata Il Young lembut mengalihkan kembali perhatiannya untuk Kyuhyun pria tua itu telah menyadari aura yang terpancar dari cucunya kini kembali kelam. Mata tuanya masih bisa melihat jelas, bagaimana sekarang wajah Kyuhyun terlihat merah padam menahan lonjakkan emosi yang sontak menderanya.

 “Pernikahan masih menjadi impian utama setiap orang.” Kyuhyun tak bergeming. Tangannya mengepal, kakek kembali menghela nafas. “Maafkan kakek, karena pernikahan orang tuamu yang—yang tak seharusnya berakhir seperti itu.”

Kepalan tangan itu semakin memutih. Menunjukkan bahwa pria itu tengah mati-matian menahan ledakkan emosinya. Hyo Hee mematung memandang Kyuhyun. Tanpa sadar, ia memeluk nampan yang sedari tadi ia pegang. Matanya tengah berkaca-kaca, ia tahu apa yang saat ini tengah di rasakan anak itu. Bagaimana pria dewasa yang kini duduk berdampingan dengan pria tua itu menjadi anak pendiam semasa kecil. Bagaimana Kyuhyun kecil selalu berlari ketakutan setiap mendengar teriakan-teriakan orang tuanya ketika mereka bertengkar. Beberapa kali bahkan ia mendapati Kyuhyun kecil tengah meringkuk di bawah ranjangannya, hanya untuk menghindari pecahan kaca atau lemparan benda-benda lain yang di lakukan orang tuanya ketika mereka bertengkar hebat.

Kyuhyun kecil tak pernah menangis. Tidak, bahkan ketika kedua orang tuanya meninggal di hadapannya. Kyuhyun tidak menangis selama orang tuanya masih hidup. Juga tak menangis ketika orang tuanya tiada. Tapi justru air mata itu tumpah ketika untuk pertama kali di awal senin, Cho Il Young berada di dalam kamar tidurnya. Tanpa jas dan sepatu mengkilapnya, pria itu datang menghampiri Kyuhyun yang kala itu baru terbangun dari tidurnya, dengan pakaian santai sang kakek memeluk erat cucu semata wayangnya. Berjanji pada anak kecil yang berstatus yatim-piatu, ia tak akan pernah meninggalkannya lagi.

Dan janji itu terbukti hingga saat ini. Pria tua itu masih berdiri untuknya bahkan di kala usianya yang semakin senja. Il Young tetap berada di sisi cucunya. Sampai kapan? Sampai Kyuhyun mampu berlari untuk mengejar kebahagiaannya sendiri.

"Cukup kek…"

Kyuhyun berdiri dengan cepat. Nafasnya memburu, gemuruh di dadanya tak juga menghilang. Matanya berkilat merah, dengan kilauan air mata yang tampak telah menggenangi mata hitam nan tajam miliknya. Masih dengan nada datar, Kyuhyun menjaga agar suara yang keluar tetap terdengar biasa. Tanpa perlu mereka tahu, bahwa ia tengah menekan berjuta kesesakkan yang merongrong jiwanya.

"Kakek, aku menghargai setiap usaha yang kakek lakukan untukku. Termasuk dengan menjodohkanku dengan Hye Jin." Ia menghela nafasnya perlahan-lahan, berharap agar udara yang di bawa masuk kedalam darahnya mampu mengusir kepengapan yang kini terasa mendesak.

Hyo Hee menatapnya iba. Wanita paruh baya itu bisa memahami semua yang tengah berkecambuk dalam diri Kyuhyun. Pria malang yang tumbuh dewasa tanpa pernah bertanya tentang ayah dan ibunya setelah keduanya meninggal dunia. Bahkan tak pernah satu kali pun dalam tidur malamnya yang damai, Kyuhyun mengigau ataupun berteriak memimpikan mereka. Hyo Hee meringis dalam hati, tak ada anak yang begitu menyedihkan dari pada Kyuhyun semasa kecil. Semenjak lahir, ia telah berada di pangkuan pengasuhnya.

Cho Sang Bum dan Jung Yoo Jin, keduanya menikah berdasarkan keuntungan saham masing-masing perusahaan. Saling membutuhkan untuk menuju yang nomor satu di Korea. Kedua perusahaan besar itu berusaha untuk menguasai pasar. Menyatukan kedua perusahaan, tak hanya sebatas tanda tangan di atas kertas. Namun mereka sepakat, untuk membuat hubungan kedua perusahaan itu semakin kuat lagi. Salah satunya dengan menikahkan anak-anak pendiri perusahaan.

"Kakek." Perlahan akhirnya  ia bisa menguasai dirinya. "Aku akan memiliki keluargaku sendiri." Berusaha tersenyum, Kyuhyun menolehkan kembali kepalanya. Menatap lekat mata tua Il Young dengan senyum yang memang ia paksakan. "Dan karena itulah aku pulang, kek." Ujarnya terus terang.

Il Young mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

Memberikan seulas senyum yang cukup untuk menenangkan Hyo Hee, Kyuhyun kembali menjatuhkan dirinya ke atas sofa. Amarah itu berhasil ia kuasai. Setiap emosi yang tadi meliputi dirinya, telah ia sisihkan dan di tendang cukup jauh dari jangkauannya. Ada masalah lain yang lebih penting dari pada menuruti gemuruh dadanya terus menerus. Ia harus menyelesaikan semuanya dan memberitahu kakeknya adalah prioritas utama yang memang harus ia lakukan.

Matanya menatap Il Young dengan lembut, Kyuhyun tersenyum. "Aku akan segera memiliki anak, kek."

"Apa?!!"

Bukan hanya Il Young yang mendesis kaget. Hal serupa juga terjadi pada Hyo Hee, wanita setengah baya itu bahkan tak lagi bisa menutupi keterkejutannya. Terlalu banyak hal baru yang di bawa Tuan Muda rumah ini setelah lebih dari seminggu tak kembali ke kediamannya.

Kembali mengulas senyum. Kyuhyun berusaha memahami kebingungan yang kini terpampang jelas di wajah mereka. Ia tahu, mereka akan terkejut. Apalagi dengan cara yang ia gunakan untuk menyampaikan berita besar itu. Tapi sungguh, ia bukan pria yang mampu memutar otaknya untuk mencari kata manis yang tepat untuk menjelaskan maksudnya. Ia pria cerdas, namun itu hanya untuk urusan bisnis dan perusahaannya saja. Ia bukan penyair yang mampu memiliki banyak cadagan kosakata dalam kamus hidupnya. Tidak. Kyuhyun bukan orang seperti itu. ia terbiasa berbicara terus terang tanpa berkeinginan untuk berbelit-belit dalam menyampaikan maksudnya. 

"Aku tahu kalian mungkin menganggapku gila." Kyuhyun mengambil jeda sejenak hanya untuk menilai raut tak percaya kedua orang yang di kasihinya tersebut. "Tapi aku serius dengan apa yang aku katakan." Senyum simpul tak lepas dari wajah tampannya, pandangan mata itu melembut. Tersenyum begitu tulus untuk menyelesaikan berita yang ia bawa. "Aku akan menjadi ayah, kek."

Hening.

Angin sore berhembus dingin. Merambat masuk dan menyelubungi ruang tengah dengan hembusan segar yang berasal dari senja. Sejenak, waktu menghentikan laju dentingannya. Membiarkan kebisuan memenuhi nuansa senja kemerahan yang perlahan akan menghitam. Tuhan begitu luar biasa menciptakan semesta alam ini. Pembagian waktu yang sempurna ia berikan pada setiap makhluk yang berada di bumi.

Ada siang dan juga malam. Membiarkan siang hari menjadi waktu dimana para makhluk hidup menuntaskan segala urusannya. Mulai dari bekerja, sekolah, bertemu teman-teman, bermain dan berbagai hal lain yang bertujuan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dan setelah kepenatan dan kelelahan yang kita habiskan melalui siang, maka Tuhan menciptakan malam sebagai waktu yang tepat untuk beristirahat. Meleburkan segala kesibukkan yang telah seharian kita rasakan dengan menggunakan malam hanya untuk tujuan bersantai, berkumpul bersama keluarga, melakukan perbincangan ringan atau hanya sekedar untuk bergelung di atas ranjang dengan selimut hangat yang membungkus tubuh.

Dan sekarang mereka berada di ujung siang dan awal malam. Suasana yang begitu sinkron untuk menentukan waktu mana yang ingin mereka ambil. Kakek Cho masih terdiam. Begitu pula dengan Bibi Han, kedua orang tua itu masih terpekur memikirkan segala ucapan tak masuk akal yang baru saja keluar dari bibir seorang Cho Kyuhyun.

Mengusap pelan lengan kakeknya, Kyuhyun segera membungkukkan punggungnya rendah. Memberi kesempatan pada pria tua  itu untuk menikmati sedikit keterkejutannya. Jadi, Kyuhyun memilih berdiri. Ia hendak melangkah menuju kamarnya. Ketika sebuah kalimat kasar kembali membuat dadanya bergemuruh.

"Kau menghamili pelacurmu?"

Saraf otaknya menyuruhnya untuk berhenti, setelah biasan suara itu menghantam telinganya. Membuat semua sistem sarafnya bekerja sangat cepat, memproses gelombang suara yang di terima indra pendengar. Kyuhyun mematung.

Kakek berdiri dengan susah payah, sedikit meringis ketika merasakan ngilu di area sekitar pinggangnya. "Apa salah seorang pelacur itu menjebakmu?" Pria tua itu tahu bagaimana sepak terjang Kyuhyun sebagai seorang pemuda di luar sana. Jadi jangan heran kenapa ia mampu bersuara lantang kali ini. Bahkan dengan spesifik, Kakek Cho menyebut perempuan itu sebagai pelacur.

Gemuruh yang kali ini menguasai dirinya lebih hebat dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Namun sekali lagi, Cho Kyuhyun berusaha meredam. "Kakek..." Desis Kyuhyun pelan.

"Jangan kau pikir aku tak tahu apa yang selama ini kau kerjakan di luar sana, Cho Kyuhyun." Berdiri menghadap Kyuhyun yang kini masih memunggunginya, Il Young memiringkan kepalanya. "Kau tidak ingin menikah dan sebagai gantinya kau menghamili salah satu pelacurmu, begitu'kan?!!"

"Kakek..!!"

Membalikkan tubuhnya dengan cepat. Kyuhyun berdiri meradang. Sorot tajam itu kembali berpusat dimatanya. Menyelubungi dirinya dengan amukan ombak kemarahan yang siap menyeret siapapun yang melintas di hadapannya. Nafasnya memburu hebat, gemuruh di dadanya seolah membakar seluruh darah yang mengaliri tubuh tegapnya. Ubun-ubunnya terasa mendidih, untuk pertama kali di dalam hidupnya ia begitu ingin menerjang pria tua itu.

Pria tua yang hingga detik ini masih menjadi pusat kehidupan di dalam hidup seorang Cho Kyuhyun. Tapi apa yang baru saja di dengarnya? Ya Tuhan, orang tua yang begitu di cintainya baru saja menyebut seseorang sebagai pelacur. Pelacur. Seorang perempuan sebagai pelacur? Perempuan yang Kyuhyun tahu tengah mengandung anaknya. Darah dagingnya. Dan barusan kakeknya menyebut perempuan itu sebagai pelacur. Perempuan itu? Oh, perempuan itu. Ya Tuhan, kakeknya menyebut Naemi sebagai pelacur.

Walau ia tahu, satu-satunya yang ia inginkan disini hanyalah mencekik orang yang dengan beraninya menyebut Naemi sebagai pelacur. Oh, kutuk dia Tuhan. Andai ia benar-benar sanggup mencekik kakeknya sendiri. Tapi beruntung kali ini otak warasnya tengah berjuang mendominasi dirinya.

"Kakek..." Ulang Kyuhyun dengan suara rendah. Tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ya, ia belum pernah merasa seperti ini jika kakeknya mulai membahas tentang kehidupan liar yang ia jalani selama ini.

Namun apa yang terjadi sekarang? Kenapa ia begitu merasa tersinggung karena ucapan itu? 'Pelacur'. Ya Tuhan, kenapa kata-kata kakek barusan begitu melukainya? Kenapa? Ada apa dengan perasaannya? Naemi. Naemi. Naemi. Ia bahkan tak sanggup bernafas ketika menyebut nama wanita itu di dalam hatinya.

"Kyu..." Hyo Hee berjalan pelan, mencoba untuk menghampiri Kyuhyun yang tengah berdiri dengan nafas terengah. Pria itu tampak berbahaya namun kali ini Hyo Hee tak percaya, Kyuhyun menyematkan tatapan penuh kebencian kepada kakeknya sendiri.

Menyadari Hyo Hee tengah bergerak kearahnya. Buru-buru Kyuhyun mengangkat tangan, menghalau wanita itu agar tetap di tempatnya. Ia sedang tak ingin di dekati oleh siapapun. "Dia bukan pelacur, kek." Pandangannya berubah muram.

Il Young terus memperhatikan Kyuhyun dalam diam. Membiarkan cucunya mengurai maksud dengan lebih terperinci lagi. Cukup terkejut memang, ketika melihat perubahan ekspresi yang di tunjukkan Kyuhyun menanggapi ucapannya.

Mencoba menghela nafas dengan panjang, Kyuhyun memejamkan matanya sejenak. Hanya sebentar, sebelum putaran kegelapan itu kembali tersimpan rapi di sudut lain dirinya. "Dia bukan pelacur. Dia wanita baik-baik." Matanya kembali terang.

"Dia wanita yang luar biasa. Wanita hebat yang begitu mandiri. Bahkan ia terlalu baik untuk menerima nasib buruk yang ku berikan padanya." Kyuhyun menerawang. Kembali mengajak ingatannya berkelana pada saat pertama kali bertemu Naemi. Hingga tanpa ia sadari, senyum lembut terbit di sudut bibirnya. "Dia terlalu luar biasa bahkan untuk mengandung janin yang tak pernah di inginkannya."

Kini senyuman itu berubah miris. Ingatan membawanya pada malam dimana Naemi datang untuk memberitahunya tentang kehamilan wanita itu. Dan dengan tak tahu diri, Kyuhyun dengan begitu santai memberikan jalan untuk mengaborsi janin itu. "Dia luar biasa karena berani menamparku." Lirih Kyuhyun dengan pandangan berkabut.

Mengalihkan pandangan dari kakeknya kepada bibi Han, Kyuhyun mencoba tersenyum pada wanita tua yang bahkan kini tengah menangis. "Dia memilih lari dariku, ketika ku katakan padanya untuk membunuh janin yang tanpa sengaja hadir di rahimnya."

Hyo Hee mengangguk, mencoba memahami kesedihan yang telah menelusup tanpa permisi di hati Kyuhyun. "Aku menghancurkan masa depannya. Tapi dia tetap tak ingin berurusan denganku." Hyo Hee kembali mengangguk dengan linangan air mata yang mengalir dengan bebas di pipinya. Wanita itu seolah merasakan apa yang kini tengah di rasakan Kyuhyun.

Il Young terus memperhatikan Kyuhyun. Menyimak dengan serius semua yang di katakan cucunya dengan seksama. Untuk pertama kalinya, Kyuhyun membicarakan seorang wanita. Wanita yang beberapa saat lalu ia beri label 'pelacur' untuk cucunya. Dan kini apa yang terjadi? Kyuhyun berdiri sambil menahan emosinya untuk membela wanita itu. Wanita yang bahkan sama sekali tak di ketahuinya.

Kyuhyun menghembuskan nafasnya dengan kasar. Menegakkan punggungnya, pria itu mengurungkan niat untuk kembali menuju kamarnya. Justru, kaki-kaki panjangnya membawa ia berjalan kearah lain. "Aku pergi dulu kek. Ada hal yang harus ku bereskan."

Tepat ketika berdiri di hadapan Il Young, Kyuhyun menundukkan kepalanya. Kemudian hanya melempar senyum tipis kearah Hyo Hee.

Il Young menghela nafasnya. "Tapi bagiku, dia tetap pelacur."

Memupuk kesabaran, Kyuhyun hanya menarik nafasnya dalam. "Dia bukan pelacur, kek." Putus Kyuhyun terdengar lelah.

"Wanita mana yang rela memberimu anak, tanpa imbalan Kyu? Wanita mana?" Kyuhyun mengerutkan keningnya. Memutar tubuhnya dengan cepat, ia bisa melihat kesan sinis di wajah Il Young. "Wanita mana yang tak silau dengan hartamu? Kekuasaanmu?" Tambah kakek lagi. Tampaknya pria tua itu sengaja memancing kemarahan Kyuhyun.

"Tidak seperti apa yang kakek pikirkan. Dia bukan orang yang seperti itu." Entah kenapa Kyuhyun merasa wajib untuk membela Naemi. Hingga tak sadar, rahangnya mengeras.

Namun lagi-lagi Cho Il Young memberikan komentar sinis untuk setiap penilaian yang di berikan cucunya. "Awalnya mungkin tidak, Kyu. Tapi lama kelamaan dia pasti akan membuka kedoknya."

Menghela nafas, Kyuhyun menurunkan bahunya yang sedari tadi menegang. "Aku memperkosanya." Kata Kyuhyun dengan suara berat.

Melebarkan mata, Il Young dan Hyo Hee terpaku beberapa saat. Kyuhyun menyunggingkan senyum miris dan tanpa menunggu reaksi dan tanggapan dari kakek dan bibi Han, pria itu memutar tubuhnya kembali. Melangkah dengan gontai menuju pintu keluar. Cukup sudah ia memberitahu keluarganya, hal paling mendasar yang akan ia hadapi setelah ini.  Meninggalkan kedua orang itu dengan keterkejutan, Kyuhyun melenggang berat. Memutuskan kembali ke Apartment, pria itu sedang menanti mobil yang beberapa jam lalu di parkirkan kedalam garasi.

Setelah Kyuhyun menghilang dengan mobil hitamnya, Tuan Cho tampak sangat terpukul. Hingga dengan berat pria tua itu berjalan mundur dan terduduk dengan raut terkejut di wajahnya.

“Tuan…” Hyo Hee segera berlari menghampiri Tuan besarnya.

Il Young memejamkan matanya lama. “Panggil Seul Hong kemari. Selidiki gadis itu.” perintah kakek Cho dengan nada lemah.

***

Suara musik menyambutnya dengan dentuman yang memekakan telinga. Begitu menggila. Lampu-lampu temaram  dan berwarna-warni menempel di atas dinding dan juga di lanti dansa, kerkedip dengan cepat mengikuti alunan musik. Suasana yang sudah begitu di kenalnya. Kaki-kaki panjang Kyuhyun membawanya untuk semakin jauh melangkah kedalam club. Beberapa langkah dari tempatnya sekarang berdiri ada sebuah Poll  Dance. Sebuah tempat dimana wanita-wanita bayaran iitu menggoyangkan tubuhnya. Tidak striptease, tapi jelas mampu membuat pria-pria ‘kelaparan’ itu tak akan berhenti melotot. Tapi bukan itu yang ia cari untuk malam ini. Ia perlu minuman. Meneguk cairan laknat itu dengan cepat.

Memutar matanya bosan, pria itu melangkah mendekati bar. Ia hanya butuh beberapa gelas Vodka sebelum meringkuk di dalam apartmentnya seorang diri. Disana—ditempat itu sudah banyak orang yang duduk memenuhi meja di sekeliling bar. Oh yeah, Kyuhyun memilih untuk menghabiskan beberapa jam malam ini dengan meneguk habis cairan-cairan mengerikan itu seorang diri. Ia tak berniat menikmati malam ini,  Setelah menyingkirkan beberapa wanita-wanita yang ingin menggodanya, Kyuhyun berhasil menempati kursi kosong yang berada di dekat pojokan.

Mendengus kesal, Kyuhyun harus beberapa kali mengibaskan tangannya keudara. Bermaksud menyingkirkan wanita-wanita yang bersikeras untuk mendekatinya. Ia sangat jarang berada di bar, karena biasanya ia selalu masuk kedalam ruang VIP atau paling tidak Changmin akan menyediakan tempat untuknya. Tapi tidak untuk malam ini, ia sedang tak ingin berlama-lama disini. Hanya ingin minum dan kemudian pulang.

"Berikan aku yang seperti biasa." Kyuhyun berseru tenang. Dan dengan cekatan bartender itupun meramu minuman yang biasa Kyuhyun pesan.

Mengedarkan pandangannya, Kyuhyun menatap bosan dinding-dinding hitam yang bertabur lampu berkelap-kelip. Dengan dentuman memekakan telinga, Kyuhyun segera meraih sloki yang telah di sajikan bartender untuknya. Menggoyang-goyangkan minuman itu dengan anggun, ia menyesap minumannya dengan perlahan. Rasa panas segera bergerak mengaliri tubuhnya tatkala cairan itu sudah berhasil melewati kerongkongan. Bercampur dengan darahnya, ia hanya berharap pikirannya akan kembali ringan setelah beban berat yang menghimpitnya.

Ia butuh pelepasan jika sudah seperti ini. Ia harus memiliki pengalihan sebelum otaknya merasa terbakar. Biasanya ia hanya tinggal menelpon Changmin dan pria jangkung yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun itu akan segera menyediakan apa yang di inginkan sahabatnya. Wanita seksi di atas ranjang, lalu semuanya selesai.

"Oh Ya Tuhan, benarkah ini Cho Kyuhyun yang luar biasa itu?!!" Kyuhyun memutar matanya malas. Tak perlu menoleh untuk mencari tahu siapa pemilik suara sialan itu, Kyuhyun mendengus kembali meneguk minumannya.

Changmin menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum penuh ejekan yang tersemat di wajah tampannya. Cukup terkejut awalnya melihat Kyuhyun memasuki tempat usahanya, namun tidak menuju tempatnya seperti biasa. "Katakan. Apa ini bentuk dari kejutan yang lain Cho?" Changmin menyeringai.

Kyuhyun berdecak kesal, memuta matanya pria itu menatap Changmin dengan malas. "Jam berapa sekarang? Bukankah seingatku kau ada kencan sialan dengan sekertarisku?" Tanya Kyuhyun dengan nada acuh.

Tertawa renyah, Changmin menempati kursi kosong yang ada di sebelah Kyuhyun. "Ugh... Apa yang ku dengar ini nada cemburu?"

"Cih.." Menyambar kembali sloki kosong yang telah di isi cairan seperti sebelumnya, Kyuhyun membasahi lagi tenggorokannya. "Itu kata lain dari 'enyahlah kau keneraka bajingan brengsek'." Tandas Kyuhyun yang hanya mendapati tawa Changmin yang semakin keras.

Alih-alih marah, Changmin hanya menanggapinya dengan santai. "Ckck... Kau benar-benar kasar Cho." Gurau Changmin sambil mengangkat gelasnya. "Dan itu menyakitiku... Aaaahhh..." Sambung Changmin sembari melanjutkan tawanya.

"Sialan." Desis Kyuhyun singkat.

Keduanya mengistirahatkan lidah yang sedari tadi saling melempar omong kosong. Memanjakan benda lunak itu dengan cairan beralkohol, mereka tenggelam dalam lautan malam.

Changmin mengambil irisan jeruk nipis yang di letakkan di atas gelasnya, memeras cairan yang terkandung dalam buah itu di mulut. Lidahnya sudah terasa pedar dan salah satu cara untuk menetralkannya kembali adalah menyesap buah asam itu. "Ngomong-ngomong soal sekertarismu yang menyebalkan itu..." Mulai Changmin lagi. "Dia membatalkan kencan begitu saja. Ckck...menyebalkan..!!" Decak Changmin begitu saja.

Tak peduli dengan ocehan Changmin, Kyuhyun kembali fokus pada minumannya. Sambil sesekali pandangannya menyisir lautan manusia yang berada di ruangan ini. Changmin memang luar biasa dalam hal mengolah bisnisnya, terbukti karena tak satu malam pun tempat hiburan miliknya ini sepi pengunjung.

"Hye Rin cukup pintar untuk terus menolakmu." Gumam Kyuhyun yang di dengar Changmin dengan jelas. "Aku harus memberinya bonus untuk itu." Seringai Kyuhyun pada Changmin.

"Sialan."

"Terlepas dari peristiwa itu, Hye Rin pantas mendapat bonus dariku bulan ini." Tambah Kyuhyun dan kembali membuat Changmin mendesis tak setuju.

"Ah, kebetulan kau membahas hari ini." Kyuhyun mengerutkan keningnya, menatap Changmin sedikit penasaran. "Hye Rin membatalkan janjinya, karena tak ingin Naemi kabur lagi." Jelas Changmin sambil menaikkan kedua alisnya.

"Kenapa? Ada apa dengan Naemi?" Kata Kyuhyun gusar.

Menelisik Kyuhyun dari atas kebawah, Changmin menyunggingkan lagi senyumnya. "Oh, apa ini nada lain dari kata khawatir?" Mengolok-olok Kyuhyun merupakan sesuatu yang menyenangkan di balik paduan mengerikan yang akan di terimanya setelah ini. Kyuhyun bisa melakukan apa saja padanya.

"Cepat katakan!!" Desak Kyuhyun yang telah menegakkan punggungnya.

Menghentikan tawanya, Changmin tahu ia akan menjadi abu jika meneruskan candaannya. Wajah Kyuhyun benar-benar tampak serius dengan kilat gusar di sudut matanya. "Oke-oke, jangan memandangku seperti itu Kyu. Kau seolang-olah ingin memakanku saja." Ketakutan Changmin sungguh beralasan, karena sekarang mata Kyuhyun melotot memandangnya dengan rahang yang telah mengatup.

"Changmin..." Desis Kyuhyun tertahan.

"Oke-oke..." Sela Changmin cepat. "Naemi tidak apa-apa. Dia baik-baik saja."

"Lalu??" Kyuhyun tak dapat mempercayainya begitu saja.

Menghela nafas, Changmin menyesap sedikit minumannya. "Entahlah, Hye Rin hanya mengkhawatirkan Naemi."

"Mengkhawatirkan bagaimana?"

"Ya Tuhan Cho Kyuhyun, hentikkan raut menyebalkan itu."

"Katakan Tuan Shim!" Tekan Kyuhyun lagi.

"Oh Ya ampun." Desah Changmin frustasi. "Begini Cho.." Membenarkan duduknya, Changmin menatapnya serius. "Naemi baik-baik saja, oke." Tekan Changmin tanpa merubah raut apapun di wajah Kyuhyun. "Sebagai model, Naemi hanya menjalankan pekerjaannya. Dan ya, Hye Rin dan Yeon Joo menemaninya. You Know, like a bodyguard."

"Kemana mereka menemaninya? Dan Jam berapa sekarang?" Tanpa menunggu, Kyuhyun memeriksa sendiri waktu pada arloji yang melingkar di tangan kanannya.

Sekali lagi hanya desahan yang meluncur di bibir Changmin menghadapi tingkah Kyuhyun yang ia anggap berlebihan. "Tentu saja menemani Naemi mengerjakan pekerjaan modelnya. Selain bersiap di depan kamera para model itu juga berlenggak-lenggok di atas catwalk, kalau kau belum tahu."

"Apa??!!" Kyuhyun sontak berdiri. Mengerutkan keningnya, pria itu mencoba mengurai sendiri penjelasan Changmin barusan. "Maksudmu Naemi sedang bekerja?" Matanya melotot tak percaya.

Hanya anggukan ringan yang Changmin berikan. "Yap. Fashion Show di Zeus Hotel jika kau ingin lebih jelas lagi." Putus Changmin memberi detail.

"Oh, brengsek. Kenapa kau tidak katakan sejak tadi..!!" Seru Kyuhyun sambil melangkahkan kakinya.

"Yak..!! Cho Kyuhyun. Tunggu!!"

Kakinya melangkah lebar. Naemi kembali pada dunianya. Setelah dua hari Kyuhyun berhasil menahan wanita itu. Dengan sedikit kekuasaannya, pria itu menunjukkan taringnya. Ia bisa melakukan apapun karena dia adalah Cho Kyuhyun. Hanya tinggal mengangkat ponsel genggamnya dan semua masalah selesai. Di tambah lagi, ia sudah memiliki jadwal pekerjaan Naemi untuk beberapa hari kedepan. Mengatur ulang jadwal sang model atau membatalkan beberapa kontrak yang telah Naemi tanda tangani, rasanya itu bukan masalah yang sulit. Ia punya cukup banyak pengaruh untuk industri hiburan apalagi hanya menyangkut masalah fashion dan style. Dan semua yang ia lakukan tersebut tentu saja tanpa sepengetahuan Naemi.

Continue Reading

You'll Also Like

54.6K 5K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
297K 32.5K 34
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
1.1M 11.5K 20
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
645K 31.1K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...