My Aunt My Hero [END].

By icegrll_

305K 28.8K 3.5K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] (PART MASIH LENGKAP, RINGAN KONFLIK.) SAYA MENANTANG KALIAN BACA CERITA INI. Agatha... More

Prolog.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
End.
Ekstra Part.

11.

8.8K 940 82
By icegrll_

Araxi sedari tadi mengecek ponselnya, tetapi tidak ada notif chat atau panggilan dari seseorang yang berhasil membuatnya tidak enak sejak kemarin.

Dicky, tidak memberi kabar sama sekali, sejak setelah dia membantalkan tanpa alasan yang jelas pada Araxi.

"Bagus! Ngebatalin gitu aja, nggak ada kabar selanjutnya. Cowok emang gitu, ya kalo udah ngelakuin kesalahan gampang minta maaf, dan ngelakuin kesalahan yang lainnya, haha...." gerutu Araxi.

Valent yang mendengar itu hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya, tangan Valent membawa secangkir kopi. "Nih ngopi dulu, daripada ngedumel mulu."

Araxi menatap Valent sebentar, kemudian mengambil kopi tersebut dari tangan Valent, dan menyeruputnya untuk menetralkan rasa kesal saat ini. "Thanks, Val."

"Sama-sama, kenapa, sih lo? Dicky lagi?" tanya Valent.

Araxi menarik napas dan membuangnya perlahan. "Makin lama Dicky makin aneh, Val. Liat, kan kemarin. Dia batalin gitu aja alasannya nggak jelas, sekarang dia nggak ngasih kabar apa-apa."

"Kenapa nggak lo aja yang ngehubungin dia duluan?" tawar Valent.

Araxi menggeleng. "Gengsi tetep nomor satu. Lagian, dia yang harusnya hubungin gue duluan dong, kan dia yang seenaknya ngebatalin gitu aja."

Valent terkekeh pelan, dia sudah tahu bagaimana sifat sahabatnya ini. Gengsi akan mengalahkan apa pun. "Yaudah, mending lo minum lagi kopinya biar lebih tenang."

Cukup lama mereka saling diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing, saat ini Valent sedang memikirkan Agatha, sejak kemarin Agatha lebih sering menghabiskan waktunya dengan Vanya daripada dengan Valent.

"Val, gimana sama kakak lo? Dia macem-macem?" tanya Araxi.

Valent meminum kopi milik Araxi terlebih dahulu sebelum menjawab. "Yah, Vanya nggak macem-macem, sih. Cuma... Agatha dari kemarin lebih banyak waktu sama Vanya dibanding sama gue."

Araxi menyipitkan matanya. "Are you jealous?"

"Maybe... yes, gue nggak terbiasa aja mungkin," jawab Valent.

Araxi mengikat rambutnya menjadi satu dan menjempitnya menggunakan jedai. "Sampe kapan lo mau ngurusin anak kakak lo? Mamanya aja enak-enakan di luar, dateng tiba-tiba kayak orang nggak punya dosa."

Valent tersenyum, membayangkan wajah Agatha. "Sampe Tuhan panggil gue dan Tuhan bilang tugas gue udah selesai, di situ gue bakal berhenti." Valent menatap lurus ke depan. "Agatha itu alasan kedua gue tetep kuat selama ini, yang pertama itu Tuhan, yang ke dua Agatha. Dia nggak punya siapa-siapa, Ar. Harapan dia cuma Tuhan dan gue." Valent tersenyum lagi di akhir kalimatnya.

Araxi menggeleng tidak percaya, dia sangat salut dengan Valent. "Jarang-jarang ada tante yang kayak lo, Val. Serius, lo baik banget. Agatha beruntung punya lo."

Araxi melihat jam di tangan kirinya. Dia langsung menatap Valent. "Udah mau jam pulang sekolah mereka, ayok kita jemput."

"Kaki lo udah nggak sakit?" tanya Valent.

"Masih dikit, tapi udah bisa kalo buat nyetir mobil," jawab Araxi. Mobilnya sendiri sudah dibenarkan kemarin sore oleh montir yang Araxi panggil ke rumah.

Tidak terasa mereka sampai di sekolah Agatha dan Vanda.

Valent langsung menghampiri Agatha yang sedang duduk di kursi penunggu jemputan bersama Vanda. "Lama nggak nunggunya?" tanya Valent.

Agatha menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, Aunty."

Tin!

Bunyi klakson mobil membuat semua menoleh ke belakang, ternyata itu Vanya yang turun dari mobil tersebut.

"Agatha maaf, ya tadi mama isi bensin dulu jadi lama deh," ujar Vanya sambil mengelus rambut Agatha.

"Nggak apa-apa, Mama."

Deg!

Entah mengapa, mendengar Agatha memanggil Vanya dengan sebutan 'Mama' membuat hati Valent sedikit sakit.

"Ini mama kamu?" tanya Vanda sambil menunjuk Vanya.

Agatha mengangguk. "Iya, ini mama aku. cantik, kan? Makanya aku cantik karena mama aku juga cantik."

Valent hanya tersenyum mendengar itu, rasanya asing sekali saat ini Agatha memuji Vanya dan seperti mengabaikan Valent, tetapi Valent tidak bisa menyangkal hal tersebut, Agatha memang mewarisi kecantikan kakaknya itu.

"Agatha, kita pulang sekarang, bareng Aunty Araxi sama Vanda." Valent mengulurkan tangannya pada Agatha, tidak seperti biasanya, sekarang Agatha tidak menyambut uluran tangan Valent.

Agatha menatap Vanya sebentar. "Agatha pulang sama mama aja ya, Aunty. Mama mau ajak Agatha jalan-jalan sama beli mainan baru yang banyak."

Lagi, ini pertama kalinya Agatha menolak ajakan Valent. Dengan senyuman sambil mengangguk, Valent mencoba untuk mengerti perasaan Agatha yang mungkin saja ingin melepas rindu dengan ibu kandungnya sendiri. "Oke, tapi inget ya jangan malam-malam pulangnya, besok sekolah. Aunty tunggu di rumah ya, Sayang." Valent mengecup sebentar kening Agatha, kemudian dia pergi bersama dengan Vanda dan Araxi, sedangkan Agatha bersama Vanya tampak sangat gembira.

_MAMH_

Menghabiskan waktunya dengan Michelle, mengabaikan Araxi. Dicky sama sekali tidak merasa bersalah sudah membatalkan janjinya dengan Araxi.

Saat ini pria itu baru saja bangun dari tidur.

Dia mencari Michelle, ternyata baru saja selesai mandi dan sedang sibuk dengan mengeringkan rambutnya.

"Udah bangun?" tanya Michelle.

Dicky hanya mengangguk, langsung memakai bajunya. Semalam saat selesai melewati malam panjang, Dicky yang menggunakan kembali celananya dan tidur dengan bertelanjang dada saja.

Dicky berjalan menghampiri Michelle, memegang pundaknya. "Kamu, kok udah mandi aja."

"Hem, gerah lengket juga badan aku keringetan perang sama kamu semalam," jawabnya.

Dicky terkekeh geli. "Kamu yang minta, Chell."

Wajah Michelle tiba-tiba saja merona, dia ingat betul bagaimana dia memancing Dicky untuk tidak pergi bersama dengan Araxi.

"Aku habis mandi langsung pulang, ya," ujar Dicky.

Michelle yang sedang mengerikan rambutnya seketika berhenti dan menatap Dicky dengan datar. "Pulang apa mau ketemu Araxi?"

"Yah, sekalian mampir ke dia dulu, kemarin aku batalin janji aku ke dia gitu aja, pasti dia marah banget," jawab Dicky jujur.

"Sekhawatir itu kamu kalo Araxi marah?"

"Chell, jangan mulai. Kita udah bahas ini sebelumnya." Raut wajah Dicky berubah menjadi masam, dia tidak suka jika Michelle sudah membahas akan halnya dengan Araxi.

"Sepenting apa Araxi dan senggak penting apa aku, Ky?" Tangan Michelle mengepal, berusaha mengendalikan rasa kesalnya.

Dicky menarik napasnya dan membuangnya kasar. "Yang pasti Araxi lebih penting. Kamu sama dia sama-sama penting buat aku, tapi kalo perbandingan... Araxi pentingnya di atas kamu. Aku nggak mau debat! Aku nggak jadi mandi di sini, aku mandi di rumah." Dicky mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamar apartemen Michelle.

"Satu lagi, Chell. Kamu harus sadar posisi kamu sebagai yang ke dua," celetuk Dicky dan berlalu pergi.

Michelle menatap punggung Dicky yang cepat hilang dari pandangan, dia langsung menghapus kasar air mata yang jatuh di pipinya.

Michelle merasa... baru semalam dia bahagia karena Dicky bersamanya, sekarang dia harus merasa kesal sekaligus sendirian karena Dicky pergi untuk menemui Araxi.

"Fine, kayaknya emang udah nggak bisa pake cara baik-baik. Gue bakal bikin hubungan kalian hancur dan lo Dicky, bakal jadi milik gue seutuhnya, sepenuhnya."

_MAMH_

Continue Reading

You'll Also Like

8.6K 849 51
Rossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan...
46.4K 3K 34
#garudaseries1 [SELESAI REVISI] "Aku akan terus mencintai dan menjaga hati ini untuk kamu, percayalah aku disana bukan untuk senang senang, aku disan...
1K 72 42
" Kenyataan? Apa itu, aku sangat membencinya, satu kata yang membuat hidupku hancur " Lalu bagaimana dengan hidup seorang gadis yang penuh dengan ke...
697K 22K 72
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...