Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

685K 88.7K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

39. Bijaksana

8K 1.1K 64
By desphrodite

Seperti hari-hari sebelumnya, para peserta pertandingan Servia telah kembali berkumpul di aula pertempuran. Kali ini tidak semua, hanya 7 kelompok saja yang ikut, dan ada banyak warga yang sengaja berkumpul untuk menyaksikan pertandingan bergengsi ini secara langsung.

Hari ini mereka semua mengenakan hanfu yang beragam sesuai kekaisaran masing-masing. Begitu pula dengan kelompok hitam, ungu, dan hijau yang mengenakan hanfu berwarna kuning emas yang melambangkan kekaisaran Quon sendiri.

Seluruh bendera dari berbagai kekaisaran di benua Servia berkibaran di setiap tempat. Bahkan para kaisar pun turut hadir dalam rangka yang ditunggu-tunggu ini. Lampion-lampion merah bernyala-nyala menghiasi malam yang penuh semangat ini.

Sang Jendral menaiki panggungnya dengan pakaian yang terlihat mewah. Membungkukkan badannya ke arah para Kaisar yang duduk paling depan, dan di belakang para Kaisar terdaat para juri yang duduk berjejeran. Para juri itu telah terlatih sejak pertandingan-pertandingan angkatan pertama hingga mereka semua sangat dipercayai oleh Kaisar Xingsheng sendiri.

Aula ini berbentuk melingkar layaknya stadion, yang panggungnya terletak di tengah-tengah bangku-bangku yang tak terhitung jumlahnya.
Untuk mencegah terkena serangan dari para petarung, pegawai Istana telah merancang khusus tempat duduk yang tinggi, bukan melebar, hal itu bahkan membuat mereka leluasa melihat pertarungan secara nyaman.

Para peserta menghampiri Kaisarnya masing-masing untuk melakukan upacara penyerahan bendera. Semua ketua kelompok berada di barisan terdepan, dengan lengan kanan yang senantiasa memegang bendera kekaisarannya masing-masing, sementara tangan kirinya memegang sebuah pita yang menjulur panjang ke belakang. Pita yang menjulur ke belakang itu turut dicekal oleh anggota yang lain, sehingga terlihat jelas kekompakkan mereka.

Para peserta berjalan mengelilingi lapangan, dengan iringan musik yang dinyanyikan oleh beberapa orang pesair tersohor di Servia. Setelah mengelilingi lapangan sebanyak dua keliling, para ketua kelompok menancapkan bendera yang mereka genggam di hadapan kaisar dengan penuh hormat.

Kaisar Hongli sedari tadi memerhatikan wajah Niura yang tak asing baginya. Bagaimana bisa, si 'sampah' itu menjadi seorang kultivator yang bahkan menjadi ketuanya? Sementara kedua putri dari selirnya sedang sekarat karena racun yang diracik oleh Niura di pasar itu tanpa sepengetahuan siapapun.

Niura pasrah membungkuk hormat di hadapan ayahnya, walaupun sebenarnya ia sangat membencinya. Ia tidak ingin dipandang tidak mempunyai sopan-santun oleh orang lain. Menyunggingkan senyuman paksaan, lalu dibalas senyuman oleh sang Kaisar dengan paksaan juga.

'Dia tidak boleh menang!' batin Kaisar Hongli. Ia malah mendukung Xin Qian dan Xinxin yang tak lain adalah putri perdana menteri setianya.

Niura mendengar itu. Mendengar setiap bait dalam hati ayahnya, namun ia tidak merasakan sakit hati. Ia malah merasa senang, senang karena ia mengetahui siapa yang dapat ia percaya, dan tidak. Bagaiman ibunya begitu bodoh hingga menikahi pria seperti itu?

Mereka semua kembali duduk di tempatnya masing-masing. Mendengarkan segala usulan yang dilontarkan oleh sang Jendral dengan teliti. Walaupun sedikit terganggu dengan para penonton yang tidak bisa senyap.

"Selamat malam semuanya, salam saya kepada lima Kaisar Servia yang terhormat dari berbagai dinasti. Saya, sebagai Jendral dari Kekaisaran Zhen senang melihat keantusiasan kalian. Dengan ini saya mengucapkan, selamat dan semangat untuk perjuangan!"

Jendral itu mengangkat stik besi untuk memukul gong besar di hadapannya, ia mengayunkannya ke atas hingga otot-ototnya terlihat sangat mempesona. Langsung saja ia turunkan ke bawah untuk memkulnya dengan sekuat tenaga.

Dung~ Du ....

Belum genap 2 pukulan, sang Jendral langsung menghentikan aktivitasnya saat melihat banyak prajurit yang datang menghampiri Kaisar Xingsheng dengan seorang pemuda yang kedua lengannya buntung. Beberapa prajurit meletakkan patung yang terbuat dari emas di hadapan para Kaisar dengan berhati-hati.

Para Kaisar berdiri serempak membuat semua yang berada di Aula pertandingan turut berdiri sebagai penghormatan.

"Ada apa ini?!" tanya Kaisar Xingsheng marah. Ini keterlaluan, bagaimana bisa para prajurit ini menghambat acara yang diadakan dengan 5 Kaisar sekaligus?

Para prajurit itu membungkuk cukup lama, meminta maaf atas perilakuan mereka, tak terkecuali dengan pemuda yang lenganya buntung itu. Seorang panglima perang maju mewakili para prajurit yang masih membungkuk itu.

"Maafkan kami, Yang mulia. Kejadian tak diinginkan telah terjadi. Pria berlengan buntung itu telah mencuri patung emas milik leluhur Zhen," jawab Panglima Perang itu.

Terlihat jelas raut wajah Kaisar Xingsheng yang berubah menjadi sangat marah. Patung ini adalah pemberian Dewa Alam atau ayahnya Dewa Kematian.

Di tempat lain, kelompok hitam sedang berbincang-bincang mengenai hal tiba-tiba tersebut. Liwei mendekati Niura untuk mengetahui lebih jelas.

"Xiao Li, apakah menurutmu Pria itu yang mencurinya?" tanya Liwei penasaran.

Niura mengerutkan alisnya, ia menggeleng pertanda tidak mengetahuinya, atau ia berpikiran bahwa pria berlengan buntung itu bukanlah pencurinya.

Yi Jian dan Yihua ikut menghampiri, sehingga mereka berempat terlihat berkumpul dengan pandangan mata yang mengarah ke panggung.

"Apakah kau yakin?" tanya Yihua yang juga penasaran. Mengapa ketuanya seyakin itu?

Niur hanya mengangguk dengan pandangan yang tak luput dari pria berlengan buntung itu.

Yi Jian merengkuh pundak Niura, hingga mereka saling berhadapan. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanyanya.

Niura membuka mulutnya untuk menjawab. "Kare---"

"HUKUM MATI DIA!"

Ucapannya terpotong saat Sang Kaisar mulai membuka suara. Sontak hal itu membuat mereka semua terkejut. Pria berlengan buntung ia bersujud di hadapan Kaisar Xingsheng dengan menangis sesenggukkan.

Niura tidak bisa membiarkan ini. Ia berlari menerobos ke depan dengan menggeser seluruh remaja yang menghalangi jalannya hingga ia telah sampai di hadapan para Kaisar. Niura membungkukkan tubuhnya 5 kali dengan hormat.

"Maafkan kelancangan yang rendahan ini. Hamba hanya merasakan ketidak adilan atas semua ini. Entah mengapa, hamba merasa bahwa Pria ini tidak bersalah," ucap Niura dengan pandangan permohonan.

Kaisar Xingsheng mengepalkan lengannya. Bagaimana bisa keputusannya ditentang seperti ini?

"Xiao Li, apa yang kau lakukan ...?" bisik para Pangeran di tempat lain.

"Bagaimana bisa kau berkata begitu, huh?!" Kali ini sang Panglima perang yang bertanya. Ia merasa direndahkan oleh Niura karena ia yang telah menangkap pria buntung itu.

"Jelas saja. Bagaimana bisa, seseorang yang tidak memiliki dua lengan utuh mencuri patung yang terbuat dari emas? Bahkan beratnyapun melebihi berat tubuhnya sendiri. Jangan karena kalian orang terpandang, maka kalian seenaknya menuduh tanpa bukti?" jawab Niura dengan mata yang memerah. Ia mengalihkan pandangan dari sang Jendral ke arah Sang Kaisar. "Yang Mulia ... dia itu rakyatmu! Seorang rakyat biasa hanya memikirkan keluarga dan makan, bukan patung," lanjutnya membuat semua orang memangut-mangut setuju.

"Ck. Palingan hanya cari perhatian saja," sindir Xin Qian di tempat lain.

"Kami setuju, Yang Mulia! Sebagai salah satu rakyatmu, kami merasakan hal yang sama. Nona itu mewakili kami!" sorak salah seorang warga dari kursi penonton yang kemudian diikuti oleh warga yang lainnya.

"Cukup!" Lengan sang Kaisar ia angkatkan ke atas, membuat sorak-sorai mereka semua terhenti, lalu menatap ke arah pria berlengan buntung itu. "Baiklah, selama tidak ada bukti, kau akan bebas. Namun jangan seenaknya, kami akan terus memantaumu," lanjutnya dengan berwibawa.

Gambaran mata haru terukir jelas di mata pria buntung itu. Ia segera bersejud kembali ke Kaisar Hongli dan kemudian berterimakasih kepada Niura. "Terimakasih, Nona! Kau adalah penyelamat! Aku berhutang budi padamu!"

Niura menyungginhkan senyumannya, ia menganggukkan kepalanya ke arah pria buntung itu. Melihat kesenangan yang tak ternilai di wajah pria buntung itu membuatnya senang. Ini kesempatan!

"Baiklah, aku menerima ucapan terimakasihmu, tolong singkirkan patung itu, itu sangat menghalangi jalan para Kaisar," jawab Niura. Dengan perasaan senang, pria buntung itu mengangguk.

Karena rasa yang amat bahagia membuatnya tidak berpikir dua kali dan langsung mematuhi perintah Niura. Ia langsung mengangkat patu tersebut dengan cara menjepitnya di antara siku-siku lengan. Niura tersenyum sinis. "Tangkap dia! Dialah pelaku sebenarnya!" titah Niura tegas.

Dan para Prajurit itu langsung menangkap pria buntung itu. Memborgol, dan memasang belenggu besi di lehernya. Hal itu membuat pandangan mereka semua tertuju pada Niura dengan tatapan bangga.

Niura terkekeh, "Maafkan aku, tadi aku hanya mengujimu karena lenganmu. Eh ternyata memang kamu," gumamnya geli.

"Nona itu sangat bijaksana!"

"Hei, Nak. Siapa namamu?" tanya Kaisar Xingsheng kepada Niura dengan rasa bangga.

Niura tersenyum, "Nama saya, Ni- Xiao Li," jawabnya sedikit lupa.

Karena risih dengan pandangan tajam dari Kaisar Hongli di samping Kaisar Xingsheng membuatnya segera pamit pergi.

Kaisar Xingsheng yang memperhatikan pakaian berwarna kuning emas khas Quon milik Niura segera bertanya kepada Kaisar Hongli. "Apakah kau mengenal gadis bijak itu? Sepertinya dia dari kekaisaranmu," tanyanya lembut.

Kaisar Hongli mengangguk, "Ya, tapi aku tidak mengenalnya," jawabnya berbohong, kemudian mereka duduk kembali.

Kaisar Xingsheng mengangguk mengerti, kemudian mengalihkan pandanganny ke arah 4 putranya. "Xihuan, Jiazhen, Kangjian, Minghao, apakah kalian mengenal keempat gadis itu?" tanyanya menujuk kelompok hitam.

Keempat pangeran itu mengangguk. "Ya, mereka teman setenda kami." Mereka menjawab serentak. Sang Kaisar tersenyum, sementara Kaisar Hongli tengah membatin, seharusnya Xin Qian dan Xinxin yang mendapat ini.

Hei, Si Hongli itu gatau sih, perjuangan jadi Niura, paling dia bakalan nagis kejer:"

Niura tersenyum miris, tidak dianggap itu rasanya seperti apa 'sih? Tolong jawab, Niura kalian sedang dalam fase itu.

Setelah kejadian ini, pria buntung itu sedang dalam masa pertahanan. Sebentar lagi dia akan dihukum mati, sebelum istri dan anaknya datang menjenguk.

Sang Jendral kembali memukul gong sebanyak 6 kali. Mereka semua bertepuk tangan ria, mengulang acara yang sempat tertunda akibat konflik antara penguasa dan rakyatnya tadi.

Jendral itu tersenyum dari atas panggung, "Dengan ini pertarungan Servia resmi dimulai!" katanya dengan gembira.

Kelompok hitam sedang menandatangani karcis yang mereka dapat dari Nyonya Xya kemarin. Karcis ini menunjukkan nomor undian mereka. Niura berdiri pertama, "Ayo," ajaknya.

Ketiga temannya ikut berdiri, mengumpukan karcis itu kepada panitia yang bertugas, lalu duduk kembali sembari menunggu panggilan untuk bertarung.

-TBC-

Hai, gimana nih semua? Semoga gk mengecewakan ya chapter ini:)

-PORE-
-DEDES-












Continue Reading

You'll Also Like

199K 20.6K 49
Dia jiwa penuh kegelapan masa depan, terbangun di tubuh putri terbuang kekaisaran Wei, Wei Xue Lin. ♢♢♢ "Api sudah membara, begitu juga dengan rasa d...
2.4M 336K 73
Meninggal karena sakit yang dideritanya, membuat dia justru bereinkarnasi, masuk ke dalam dunia novel kesukaannya yang dia baca saat masih dirawat di...
14.7K 699 10
one shoot / multi shoot story Newjeans or maybe crack ship
15.7K 409 44
5-15 chapter setiap update ! Update tiap hari! Diambil dari RAW China.