Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

683K 88.6K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

35. Komplotan Bandit

7.7K 1.1K 90
By desphrodite

Jika kalian mengira bahwa Niura mengabaikan Xin Qian, kalian salah. Jika kalian mengira Niura membela Xinxin pun kalian salah. Niura tidak membela siapapun, ia hanya menikmati pertengkaran kemarin, ia akan menguji mana yang pantas ia pilih.

Xinxin,

Atau

Xin Qian?

Mereka semua telah tiba di tenda. Saat pertama kali masuk, Niura meninggalkan yang lainnya menemui kedua gurunya untuk menepati janjinya, memberi ramuan penawar impotent.

"Terimakasih kau telah menepati janjimu, dan maafkan atas tindakkan memalukan yang telah kami perbuat," ucap Guru Jia seraya sedikit membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf.

"Hmm."

"Oh, ya, muridku ... sebagai permintaan maaf, kami ingin mengembalikan senjata-senjatamu dan teman-temanmu yang telah kami sita," sambung Guru Huyin semangat. Ia memberikan 4 kantong hitam berisikan senjata-senjata milik kelompok hitam kepada Niura.

"Terimakasih," balas Niura. Ia menerima empat barang itu dengan senang hati, lalu memasukkannya ke dalam cincin ruangnya. Ia akan memberikannya kepada pemiliknya nanti.

Guru Jia berjalan mendekati suami dan muridnya perlahan. "Xiao Li, bagaimana cara ramuan ini bekerja?" tanyanya sembari menerawang botol berisi ramuan itu.

Niura sedikit berdeham sebelum menjawabnya. "Ramuan itu akan langsung bekerja saat kalian minum. Memperbaiki rahimmu yang koyak, dan menumbuhkan kulit baru di bagian yang telah pecah," jawabnya lalu pergi begitu saja.

Kedua guru itu memerhatikan kepergian Niura dengan perasaan aneh. Apakah muridnya itu masih marah? 'Kan mereka sudah meminta maaf? Dari pada memikirkan yang tidak-tidak, mereka langsung saja menghabiskan ramuan itu sebelum semuanya fatal.

Niura kembali ke tendanya, membuka pintunya hingga menampilkan orang-orang setendanya yang senang akan kedatangannya. Kenapa? Karena Niura telah melarang mereka semua keluar sebelum ia kembali, dengan iming-iming menjaga Xinxin yang sedang sakit. Dan hal itu membuat mereka semua jengah, ingin rasanya meninggalkan Xinxin yang terus merengek kepada Pangeran Xiuhuan dan Kangjian.

Xiuhuan dan Kangjian yang paling merasa lega saat kedatangan Niura. Mereka berdua langsung beranjak pergi dengan perasaan yang campur aduk. Namun, saat mereka ingin melangkah, tiba-tiba tangan mereka ditarik oleh Xinxin dengan wajah melasnya.

"A–aku masih sakit, kalian berdua jangan tinggalkan aku ... aku ingin Pangeran Xiuhuan dan Pangeran Kangjian menemani tidurku," lirihnya berbohong. Sebenarnya ia sama sekali tidak sakit, bahkan kakinya yang telah dicambuki oleh Xin Qian sama sekali tidak ada apa-apanya, karena ia telah dilindungi oleh Roiden. Yah, menurutnya ia sangat beruntung menjalin hubungan dengan Dewa kematian itu, walaupun tanpa rasa.

"Ck! Dasar lintah!" bentak Liwei yang cemburu saat melihat Xinxin dengan santainya memeluk Pangeran Kangjian yang notabenya adalah kekasihnya sejak ia mengobati Kangjian di goa utama.

Senyuman terbit di wajah Xinxin saat melihat Liwei yang marah dan Pangeran Kangjian yang tidak berkutik. Ingin menambah kekacauan, tangan kirinya yang kosong langsung menarik Pangeran Xiuhuan ke pelukkannya.

"LEPAS!" Xiuhuan menggertak marah. Ia mencekik Xinxin dengan tangan kosong namun Xinxin tak merasakan apapun, karena Roiden berada di sisinya. Ya, Niura pun melihat itu, namun ia mencoba biasa saja. Roiden bukan miliknya, untuk apa ia cemburu?

"Diamlah, temani tidurku, atau———"

"Atau apa?!" sosor Xiuhuan yang sudah tak tahan. Xinxin langsung memelaskan wajahnya, ia menampilkan wajah sedih.

"Atau akan kubongkar rahasia kita!"

Mendengar hal itu membuat semua orang tercegang. Pangeran Xiuhuan terdiam seketika, bisa gawat jika rahasianya terbongkar.

Niura mematung di samping Liwei yang sedang menangis.

'Rahasia apa lagi ini!' batin Niura merasa pusing. Mengapa semuanya menyembunyikan sesuatu darinya? Ada hubungan apa Xiuhuan dan Xinxin setelah dirinya tau bahwa Xinxin menjalin hubungan dengan Roiden. Rampas saja, rampas semua! Niura tidak butuh semuanya.

Hatinya sakit melihat Pangeran Xiuhuan yang membalas pelukkan Xinxin, bahkan Kangjian pun ikut memeluknya juga. Niur menggelengkan kepalanya, tidak ingin melihat kelanjutan hal konyol ini. Matanya yang berair segera ia hapus, ia langsung pergi meninggalkan semuanya.

"Xiao Li!" Yi Jian berteriak saat melihat kekacauan di wajah Niura saat ini, namun Niura telah pergi.

Saat Yi Jian dan Yihua ingin mengejar Niura, mereka urungkn niatnya saat melihat Liwei yang lemas dan pingsan. Bagaimanapun Liwei hanya gadia lemah, melihat kekasihnya yang bermesraan dengan musuhnya saat ini.

Pangeran Kangjian menahan air matanya melihat kekasih pertamanya yang terpingsan dan langsung ditangkap oleh Yihua dan Yi Jian. Kangjian merutuki dirinya sendiri yang sangat bodoh.

"Kalian berdua bodoh!" Marah Pangeran Jiazhen yang pusing melihat semua ini. Ia kesal kepada adik dan kakaknya yang hanya diam saja.

Saat ini Niura sedang berjalan di taman, ingin menuju ke kolam ikan. Ia ingin menenangkan pikirannya.

Dirinya memang pemilik sembilan elemen besar, namun bukan berarti dia adalah gadis yang sempurna. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan saat ini Niura merasa dirinya sangat rendah dari pada yang lain. Ia ingin Roiden dan Xiuhuan menjelaskan semuanya, apa rahasia mereka? Kenapa dengan mereka?

Cukup hatinya retak karena mengetahui Roiden menjalin hubungan dengan musuhnya, dan sekarang? Saat ia telah yakin bahwa Xiuhuan adalah pengganti Roiden namun sama saja. Apalagi saat ia melihat Roiden yang berada di belakang Xinxin di tenda, tanpa melirik ke arahnya sedikitpun. Perlu digaris bawahi, tidak sama sekali!

Menarik napas, lalu menghembuskannya, ia kembali berjalan ke arah kolam, namun langkahnya terhenti saat ia mendengar isak tangisan seseorang. Ia menajamkan indra pendengarannya, mengikuti arah suara itu. Hingga ia terhenti di suatu tempat yang tak jauh dari lokasi sebelumnya.

Melihat seorang gadis yang tengah memeluk dirinya sendiri di pinggir kolam, darahnya dimana-mana. Tangannya menggenggam sebilah pisau dan cambuk.

Matanya membulat saat mengetahui gadis itu adalah Xin Qian. Musuhnya, sekaligus adik dari Xinxin. Ingin rasanya ia menghampiri, namun bagaimanapun ia adalah musuhnya. Terpaksa Niura menguping apa yang diucapkan Xin Qian kepada dirinya sendiri.

"Yangyang ... bagaimana kabarmu? Hiks. Apa yang mereka lakukan padamu setelah tau kalau kau adalah kekasihku? Apakah ayahku membuatmu terluka? Aku tau kau hanyalah seorang pengembala, namun apakah kasta dan status itu sangat penting dalam hubungan ...?" Xinxin terisak dikala tangisannya.

"... dia ... Xinxin telah menghinamu tadi ... dia bahkan memukulku, dia menyayat tanganku, menghina kau, aku, hubungan ini! Cukup karena kebodohanku dulu, aku ingin membalaskan ... dendamku. Aku ingin membuang rasa kasihan dan kasih sayangku kepada ... semua orang ...." lanjutnya sembari mengepalkan tangan.

Niura menautkan kedua alisnya, 'Yangyang? Jadi Yangyang adalah kekasihnya?' batinnya penasaran. Ia menghampiri Xin Qian tak peduli apapun, ia ingin menenangkan gadia itu.

"Obati lukamu atau akan infeksi. Apalagi pisaumu berkarat, katanya putri perdana mentri, tetapi pisau saja, kok berkarat," lontar Niura tiba-tiba. Ia memberikan sebotol ramuan kepada Xin Qian.

Xin Qian yang terkejut akan kehadiran Niura langsung berdecih. Ia menghempaskan botol ramuan itu ke kolam, lalu berdiri. "Peduli apa kau? Kau hanyalah seorang sampah! Jangan ikut campur urusanku, aalagi kau telah menolong gadis j*lang itu!" tolaknya sembari menghapus air matanya.

Niura memutar bola matanya jengah, sudah untung dibaiki, jika saja kalau gadis di hadapannya ini adalah anak selir ayahnya pasti Pedang Blood Ultimanya sudah tertancap cantik di matanya.

"Oh, ya, satu lagi. Jangan harap karena perlakuanmu itu akan membuatku luluh. Bagiku semua orang adalah musuh, tanpa terkecuali."

'Sama' balas Niura dalam hatinya. Ia juga merasakan itu, semua orang adalah musuh. Xinxin langsung pergi meninggalkan Niura sendirian.

"Xiao'er!"

Niura membalikkan badannya, melihat Yihua dan Yi Jian telah menatapnya dengan sedih. Niura mengangkat satu alisnya sebagai jawaban.

"Kembalilah, keadaan di tenda sangat tak terkendali. Liwei pingsan, Pangeran Xiuhuan dan Kangjian terus tidur bersama Xinxin. Sementara Pangeran Minghao dan Jiazhen sedang marah-marah di dalam," jelas Yi Jian kebingungan.

"Lalu?" jawab Niura seadanya. Ia tak peduli dengan apapun, mau ada yang mati lah, bertengkar lah, marah lah, dia tidak peduli. Namun melihat wajah khawatir Yi Jin membuatnya iba.

Yihua menekukkan lutut di hadapan Niura, "Xiao Li, tolong lakukan sesuatu, kami semua tau kalau Pangeran Xiuhuan dan Kangjian hanya terpaksa. Tolong lakukan sesuatu," lirih Yihua sembari meneteskan air mata.

"Cih, apa urusannya denganku?" Niura berdecih, ia tidak akan mendapatkan imbalan apapun, 'kan jika ia turun tangan.

"Xiao'er, hanya kau yang bisa melakukan semuanya," ucap Yi Jian sembari mengusap punggung Yihua.

Niura yang sedang marah tak ingin mengambil jalan hati, ia ingin menggunakan logika. Matanya segera ia pejamkan, menajamkan indera pendengaran, dan mengaktifkan mata kirinya.

Saat mata kirinya aktif, ia melihat sekelompok bandit yang sedang mencuri di suatu rumah yang sedang sepi. Tanpa berpikir panjang, ia segera menghampiri komplotan bandit itu.

"Xiao Li, kau ingin kemana?" tanya Yihua resah.

"Kalian berdua kembalilah ke tenda, siapkan jarum dan benang, juga tali. Jika aku kembali, semua itu harus sudah ada." Tanpa menunggu jawaban, Niura langsung berlari secepat kilat menuju rumah yang tengah kemalingan itu.

Niura memakai cadarnya, mengendap-endap masuk agar tidak ketahuan. Ia melihat jelas ada 4 pria bandirlt yang sedang mengobrak abrik peti yang sepertinya berisikan benda berharga. Ia melepaskan ikatan di tangan kakek pemilik rumah itu perlahan. Matanya mengisyaratkan agar kakek itu tetap tenang.

Niura menarik pedangnya lalu ia genggam untuk berjaga. Dalam diam ia menarik satu pria bandit yang lengah, lalu membekap mulutnya agar diam, dan menyilangkan pedang di depan leher pria itu. "Diam atau mati?" tanya Niura membuat pria bandit itu terkejut.

"Tolong!"

"Bodoh! Kau mengundng kematianmu sendiri," cecar Niura menggelengkan kepalanya saat bandit itu malah membuka mulut.

Ketiga bandit yang lain lansung mendekati Niura. "Siapa kau gadis bodoh!" tanya bandit pertama.

"Menjauh atau aku bunuh dia?" ancam Niura dengan mendekatkan pedangnya di leher salah satu bandit.

Sang ketua bandit itu tertawa keras, "Hahaha ... bunuh saja! Kami tidak peduli," jawabnya.

Srekk!

Kepala bandit itu terpenggal sangat cepat membuat bandit yang lainnya membelakkan matanya tak percaya. Gadis itu tidak main-main!

"Apa? Mau nasib kalian sama seperti dia? Mati dalam keadaan penuh dosa dan sama sekali tidak terhormat?"

"Berani sekali kau!" Bandit ketiga itu menancapkan pedangnya ke sisi tubuh Niura. Niura menepis pedang itu dengan sangat mudah, lalu membalikkan serangan.

Jleb!

Darah mengalir begitu deras di dada pria bandit ketiga itu. Matanya sayu, tubuhnya terjatuh. "Kau ... gadis jahat!" gumamnya lalu menutup matanya.

"Cih! Lebih jahat mana denganmu yang beraninya mengambil hak seorang kakek tua?" jawab Niura menginjak dada tubuh pria bandit yang sudah tak bernyawa. Kini matanya menatap ke arah dua bandit lainnya, lalu menyeringai.

"Aku tidak ingin membunuh secara instan, jadi lawanlah aku, kita bertarung!" Niura memprovokasi kedua bandit itu yang menggeram marah.

Niura menangkis serangannya dengan waspada. Suara pedang yang berbenturan terdengar dengan keras, saat ia berhasil menusuk perut bandit itu, tanpa sadar bandit yang tersisa telah menyandra sang kakek yang lemah itu.

"Cukup kau bunuh ketiga temanku, jika kau berani maju, akan kubunuh kakek ini!" ancam bandit itu.

Niura memutar matanya jengah, luka di tangannya bukanlah apa-apa. Ia mengambil kipas milik ibunya yang sempat dirampas oleh gurunya. Kipas yang berduna untuk menyayat musuh itu ia kibaskan.

Srettt

Kipas itu mengkoyakkan tangan bandit itu hingga sang kakek bisa kabur. "Sialan kau!"

"Ketuamu saja sudah mati, apakah kau ingin aku membunuhmu seperti dia?"

"Tidak!" tolak bandit itu panik.

"Oh, kau mau rupanya," Niura mengambil cambukkan yang biasa ia gunakan untuk mencambuk Yi Jian dulu. Ia mencambuk mata bandit itu sebanyak dua puluh kali hingga pecah. Ia menyumpalkan pil beracun yang diberikan kakek tua itu secara diam-diam ke hidung sang bandit hingga napasnya berhenti.

Mana yang paling sadis?

Niura tersenyum, modal tampang menyeramkan saja sudah berani menjadi bandit. Ia menarik lidah bandit itu lalu memotongnya, dan terus begitu kepada bandit yang lain.

Niura mengantongi empat lidah itu ke dalam sakunya, tak peduli darahnya dimana-mana.

"Xiao Li, mengapa kau mengantongi empat lidah itu?"

Niura membalikkan tubuhnya memandang kakek itu. Bagaimana dia mengenalnya? Padahal ia menggunakan cadar.

"Ka–kau ... kakek yang menjual senjata pendamping di festival itu, 'kan? Maaf kalau salah," gumam Niura saat ia kenal wajah kakek itu.

Kakek itu tersenyum, "Kau tidak salah, aku bangga karena telah mempercayaimu untuk menggunakan pedang Blood Ultima itu. Namun kau harus menjawab, untuk apa kau mengantongi empat lidah itu?" tanya kakek itu.

Niura tersenyum, "Aku akan menghadiahkan lidah ini untuk Xinxin, pasti dia akan senang."

-TBC-

Sebagai ucapan terimakasih buat Xinxin, niura akhirnya ngasih lidah bandit karena dia gapunya apa2 lagi. Baik kan?

Maapin kalo partnya kepanjangan, mwehehe😂

Gimana perasaan kalian woy?
Perasaan pas ngerasain rasanya perasaan:D

Dah, lah, see u next chapter♥
(・´з'・)

Continue Reading

You'll Also Like

764 314 100
Ana yang berupa roh meninggalkan dimensi empat kerajaan dan pergi menuju dimensi lain melalui simbol waktu yang di buat oleh baz. Ana menuju dimensi...
5.9K 2.1K 72
(FOLLOW SEBELUM DI BACA) Bagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam kamar bukan milikmu melainkan kamar yang tidak kau kenali dengan pakaian kun...
1.1M 84K 81
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
337K 445 4
21+