Hijrah Cinta [Hiatus]

Por LenZareal

1K 116 11

Mungkin saja, belum seperti kisah cinta antara Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah. Namun di sini, ada suatu r... M谩s

Prolog
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN

DUA PULUH TIGA

27 4 0
Por LenZareal

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi ini Azkia sudah kembali bersiap untuk pergi ke Restorannya. Di hari Minggu seperti ini, Restorannya akan mendapatkan banyak sekali pengunjung dan untungnya saja, Azkia libur Kuliah. Hal itu tentu saja dimanfaatkan dengan sebaik mungkin baginya untuk menghabiskan waktu bekerja di Restoran sederhananya ini.

Kondisi Rizki yang sudah membaik, membuatnya kembali melakukan rutinitas biasanya, yakni mengantar jemput Azkia. Sementara Andre, terkadang ia menggunakan waktu senggang untuk bekerja sampingan. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi, apabila Fathimah mengizinkan Andre untuk mengantar-jemput sang adik. Tetapi batinnya masih belum bisa menerima Andre dengan sepenuh hati. Tentu cukup sulit bagi seorang Ibu menerima anak suaminya sendiri, tetapi dari wanita lain.

"Kia," sapa Rizki di dalam mobil.

"Iya, Mas."

"Sebenarnya udah mau tanya dari dulu, sih. Cuma ngerasa gak enak."

"Aku kurang paham, Mas. Gak enak kenapa?"

"Hmm ... kenapa Tante Fathimah gak bolehin kamu diantar sama Andre? Setahu Mas Rizki, dulu waktu kecil, kan, kalian itu dekat banget, kemana-mana bareng, ya ... gimana, ya? Sekarang, Mas Rizki ngerasa kalian itu seperti dijauhkan."

Azkia mengernyitkan dahinya, berusaha memutar otaknya untuk mengingat segala yang telah dilalui. Dan ternyata, memang ada benarnya yang dikatakan Rizki. Ia seperti dijauhkan dari Kakaknya sendiri.

"Kia," panggil Rizki menyadarkan Azkia kembali.

"Mungkin itu cuma perasaan Mas Rizki aja. Tapi nanti, mungkin aku bakal coba tanya sama orang rumah. Karena emang benar sih, sekarang Mama sering ngelarang Kia buat kemana-mana bareng Abang."

"Iya, memang harusnya kamu coba bicarakan, sih. Siapa tahu memang ada masalah, kan? Ya, kalaupun niatnya itu memang masalahnya disembunyikan dari kamu, ya coba tanya pelan-pelan, kenapa harus ada rahasia diantara keluarga? Apalagi, kalau misalkan itu masalah besar. Ya, mau bagaimanapun juga semua anggota keluarga itu harus tahu menurut Mas Rizki. Toh, kamu juga udah bisa dibilang cukup umurlah untuk memahami masalah, cara menyikapinya kayak gimana kamu juga insya Allah, udah tahu," papar Rizki panjang lebar selama di perjalanan menuju Restoran.

Azkia hanya terdiam mendengarkan. Ia bahkan merasa, memang ada suatu masalah yang mengganjal di sini. Melihat, keharmonisan dan kedekatan antara Andre dan Fathimah terbilang retak dan ada celah diantara keduanya, yang tentunya berusaha disembunyikan sebaik mungkin. Sudah lama Azkia merasakan hal ini, namun seperti tidak ada yang mengerti perasaannya membuatnya bungkam dan memendam berbagai pertanyaan yang ada begitu dalam di hatinya. Dan untuk sekarang, ia mendapatkan seseorang yang mampu mengutarakan kegundahan dalam hatinya selama ini, dan itu cukup membuat Azkia bisa bernapas lega dan melonggarkan dadanya.

Setelah waktu yang cukup lama, akhirnya Azkia sampai di Restoran. Azkiapun turun dari mobil, namun sebelumnya ia pasti akan mengucapkan terima kasih. Walaupun kata itu selalu ia ucapkan setiap kali diantar-jemput oleh Rizki, namun tetap saja, Azkia pasti akan tetap mengucapkan untuk kesekian kali, lagi, lagi, dan lagi.

Mobil yang ditumpanginya tadipun kembali melesat di jalanan Kota Bandung. Melihatnya perlahan hilang termakan jarak, membuat Azkia memutar badannya dan mulai melangkah memasuki Restoran. Dan lihatlah! Restorannya sudah dibuka, tentu saja oleh sang partner, Maya.

"Assalamu'alaikum, Mbak Maya."

"Wa'alaikumussalam," nampak Maya yang tengah membersihkan area Restoran agar tak hanya terlihat rapi dari luar, namun juga bersih di dalam.

"Udah dari tadi, Mbak?" tanya Azkia sembari meletakkan tasnya di atas meja kasir.

"Hmm ... gak juga, sih."

Azkia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan ia mendapati seorang memakai jaket hitam, dengan topi hitam di atasnya, dan juga kacamata hitam yang menutupi indra penglihatannya. Hal itu membuat Azkia menanyakan kehadiran laki-laki itu pada Maya. "Mbak May." Azkia memanggil Maya dengan suara berbisik.

"Hmm," Maya menghiraukan namun tanpa menengok sedikitpun, ia fokus dengan kerjaannya.

"Itu siapa, sih?"

Maya berjalan lebih dekat pada Azkia lalu berkata. "Gak tau. Tuh orang udah datang dari sebelum Mbak buka Restorannya."

"Mau ngapain?"

"Ya, mau makanlah, Kia. Dia bilang, teman-temannya pada cerita kalau makanan di sini itu enak-enak, tempatnya juga nyaman. Nah, dia mau buktiin sendiri deh tuh katanya."

"Udah bilang mau pesan apa?"

"Belumlah, Kia. Orang Restorannya baru dibuka. Tadi Mbak udah nyuruh pulang dulu, nanti sekitar jam setengah 8, balik lagi ke sini. Eh, dia ngotot gak mau."

"Gak mencurigakan, Mbak, orangnya?"

"Enggak kok, biasa aja. Tadi loh orangnya ngomong sama Mbak kacamatanya dilepas, ya biasa aja raut wajahnya itu. Gak ada tampang-tampang kriminal."

"Yah, Mbak. Namanya pelaku kriminal sekarang mah gak kenal bentuk muka, yang ganteng juga bisa jadi pelaku kriminal."

"Tuhkan! Udah ghibahin orang pagi-pagi, malah ditambah su'udzon!"

"Astagfirullahal'adzim. Maaf, Mbak, gak maksud kayak gitu."

"Ya udah, itu mau dilayanin dulu atau gimana?"

"Dilayanin dulu deh, Mba, biar cepet pergi."

"Ya udah, kamu aja gih sana. Biar gak su'udzon sama orangnya."

"Iya."

Azkia menghampiri laki-laki yang duduk sembari membaca koran yang tentunya menutupi wajahnya. "Permisi, Mas."

Lelaki itu tertegun, ia seperti mengenal suaranya. Sedikit mengintip dari balik koran, akhirnya terlihat pula wajah dari wanita yang menyapanya barusan. "Hmm." Jawab lelaki itu singkat. Jika kalian menebaknya adalah Bagas, maka jawabannya adalah benar.

"Mau pesan apa, Mas?" tanya Azkia lagi menawari.

Dengan suara lebih dibulatkan, Bagas menjawab. "Saya belum lapar."

Azkia membulatkan matanya, dalam hatinya ingin sekali ia berkata bahwa laki-laki di depannya ini adalah orang aneh. Namun Azkia berusaha mengontrol dirinya. "Kalau begitu, Masnya pulang dulu, terus nanti sekitar jam setengah 8 atau jam 8, Mas balik lagi ke sini. Pasti jam segitu udah lapar."

"Loh? Hak saya dong kalau mau di sini. Saya mau pesan air mineral."

"Astagfirullah! Harusnya kalau mau beli air mineral doang, kan, bisa di warung. Masih pagi udah buat kesel aja," batin Azkia.

"Iya, Mas, sebentar."

Azkia berjalan ke belakang dengan tampang cemberut. Begitu malas rasanya ia melayani orang seperti itu. "Mbak, ambilin botol air mineral satu." Kata Azkia seperti mendengus kesal.

"Eh, jangan disiram orangnya, Kia!"

"Siapa yang mau nyiram sih, Mbak? Itu orangnya minta air mineral doang. Kasih aja deh, gratis. Mbak aja yang kasih, ya? Kia males ngeladenin orang kayak gitu."

Maya hampir meledakkan tawanya kalau saja ia tidak mengatur dirinya sendiri. "Ya Allah, Kia. Serba salah, ya, kamu itu. Ada konsumen yang baik, yang ramah, yang kayaknya itu rata-rata pada naksir kamu, kamu geli sendiri. Nah ini, ada yang cuek, gak sopan, kamu juga gak suka. Kamu maunya itu yang seperti apa?"

Azkia hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya tersenyum kikuk.

"Namanya pelanggan di Restoran begini itu udah pasti beda-beda. Kita itu harus sabar ngadepinnya. Kalau modelnya kayak kamu gini, nanti yang ada Restorannya sepi."

"Hehe, maaf, Mbak."

"Ya udah, Mbak ke sana dulu."

Maya pun mengantarkan minum pada lelaki itu yang tak lain adalah Bagas. Sementara Bagas menolaknya dengan cara berdiri dari kursinya. "Kok kamu yang antar? Pelayan yang tadi mana? Bisa-bisanya dia gak ngelayanin saya sampai selesai." Kata Bagas dengan suara sengaja dibesarkan.

Azkia yang mendengar itu sendiri, sukses membelalakkan matanya, geram. "Maunya apa, sih, orang itu?" Tanya Azkia lebih kepada dirinya sendiri.

*****

To Be Continued!

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

582K 29.9K 53
Kisah cinta klasik yang terjadi antara Aksa dan Ara .... Perbedaan usia yang cukup jauh. Yakni 14 tahun, sebuah hal yang mustahil untuk Ara bisa jat...
404K 35.4K 56
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
STRANGER Por yanjah

Ficci贸n General

235K 26.5K 33
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
59.2K 2.9K 23
Rafael William Struick,seorang pemain bola Keturunan,yang kemudian sumpah WNI.Hingga dirinya bisa membela Timnas Indonesia.Pemain berdarah Indonesia...