when i met the son of aphrodi...

By SAMUDERASA

5.6K 870 126

❝Dont you know you've pulled me into your soul?❞ Markhyuck Alternative Universe, greek gods and goddesses. wr... More

ένα
δύο
τρία
τέσσερα
permisi
πέντε
επτά
οκτώ
εννέα

έξι

322 77 5
By SAMUDERASA


Ia yakin, mata nya tidak mungkin salah melihat sosok pria yang tengah berlari panik di koridor istananya. Donghyuck yang baru pulang dengan kaki lembab penuh pasir mengerjapkan kedua matanya.

"Dia.. sedang apa?" tanyanya pada diri sendiri.

Langkah kakinya yang berlari terhenti saat melihat kehadiran Donghyuck yang berdiri agak jauh di depannya. Mark, pria yang baru sadar itu berjengit ngeri saat menatap wajah Donghyuck, tanpa berpikir dua kali ia lari terbirit-birit ke arah sebaliknya.

Terakhir yang Mark ingat, ia terjebak di dalam mesin kapsul waktu dan tidak sadarkan diri karena seluruh badannya yang sakit. Ia tidak ingat ia berjalan ke istana berbau bunga-bungaan dan tidur di salah satu kamarnya. Ditambah saat ia berusaha menyelinap keluar, ada seorang penjaga yang mengejarnya.

"Hui.. kenapa harus berlari, sih?" anak Aphrodite itu berdecak malas. Kedua tungkai kakinya terlalu malas untuk mengejar tamu aneh yang membuatnya kena masalah dengan ibu nya. Akhirnya dengan akal jahilnya yang menarik anak panah yang terletak di punggungnya dan membidik ke arah pergelangan kaki pria tersebut.

"AH! Kurang ajar!"

"Hah? Kau bilang apa?!"

Tentu saja pria tersebut berhenti berlari, darah yang mengucur dari pergelangan kakinya tidak mungkin ia abaikan. Namun yang membuat Donghyuck berjalan kesal menghampirinya adalah karena pria tersebut mengatainya kurang ajar.

"Kurang ajar? Kau yang kurang ajar!" Ujar Donghyuck emosi. Ia melayangkan bogem mentah pada Mark tanpa pikir. Membuat si penerima bogemannya tersungkur mengaduh.

"Ah! Sakit!" Mark meringis, menatap Donghyuck nyalang. Walau sebenarnya ia agak sedikit takut. Melihat perawakan Donghyuck yang dekil karena abu ledakan tadi dan kedua kaki yang kotor, ditambah wajah emosi nya. Mirip anak setan, komentar Mark dalam hati.

Donghyuck menendang pantatnya tanpa belas kasihan, "Bangun!" bentaknya. Mark dibuat seperti seorang budak olehnya yang hanya bisa menurut bangun sambil meringis karena anak panah yang masih menancap segar pada kaki kirinya.

Donghyuck membuang nafas sebelum bertanya,"Namamu?"

Yang ditanya mendongak, "Untuk apa?" ia tidak menjawab, melainkan bertanya balik dengan nada angkuh.

"Bodoh!"

Namun tanggapan dari Donghyuck membuatnya terkejut.

"Aku cuma mau memanggil namamu. Nama untuk dipanggil, memang apalagi fungsinya?" lanjutnya sambil menatap Mark benci.

"Oh, aku Mark."

Donghyuck menganggukan kepala sanbil tersenyum jahil, "Namamu jelek, ya.."

"Siapa namamu?" Kini giliran Mark yang bertanya.

"Donghyuck." ia menjawab dengan lancar.

"Oh, tidak heran mukamu mirip donkey--"

"Brengsek! Dasar kotoran sapi!" Donghyuck siap siap mengambil anak panahnya berniat untuk langsung menghunuskan langsung pada dada Mark. Mark yang melihat gerak geriknya melotot panik.

"Hey, hey, aku cuma bercanda!" cegahnya.

"Bercandamu dan namamu sama-sama jelek. Aku tidak suka." Ucap Donghyuck menghentikan pergerakannya. "Minta maaf!" Perintahnya pada Mark.

Mark yang diperintah terbahak, "Bukannya seharusnya kau yang minta maaf karena sudah memanah kaki ku? Juga kenapa aku bisa sampai di istana ini? Kau yang menculik aku saat pingsan kan, Donghyuck?" Gampang bagi Mark untuk menuduh pemuda di hadapannya, karena dari penampilannya yang kasar dan urakan Mark sudah bisa menebak.

Sedangkan Donghyuck yang dituduh menculik melebarkan kedua matanya. Mark benar-benar tamu kurang ajar yang pernah Donghyuck temui seumur hidup. Ia sepertinya menyesal menolong si pria saat tak sadarkan di hutan.

"Kau ini, mulutmu tajam sekali ya."

"Huh? Katakan itu pada dirimu sendiri ya dasar tuan kecil yang kotor."

"Diam atau kupanah kemaluanmu?"

"Oke." Mark membungkam mulutnya.

Rasa ngilu bercampur perih di kakinya saja tidak bisa ia tahan, apalagi jika kemaluan nya yang di panah. Mengerikan. Ia tidak sanggup membayangkan hal itu.

Setelah adu mulut mereka selesai, Donghyuck mulai merangkul Mark untuk berjalan kembali masuk ke dalam istana. Sebenarnya ia cukup memanggil Jaehyung untuk membawa Mark masuk. Tapi melihat keadaannya yang kotor begini dan rambutnya yang bau hangus, ia tidak mau ambil risiko. Bisa-bisa ia malah kena omel.

"Katakan, kenapa kau berlarian di koridor rumahku?"

"Rumah?!" pekik Mark.

Donghyuck mengangguk, "Mengapa terkejut? Kau dari keluarga miskin ya." ucapnya jahil.

Mark rasanya ingin meninju pipi Donghyuck sampai tersungkur seperti ia tadi kalau saja tak ingat pemuda itu tengah membantunya berjalan.

"Tidak, jangan sok tahu. Uang yang kuhasilkan cukup banyak."

"Uang?"

"Alat tukar barang atau makanan. Disini memang tidak ada uang?"

"Kami biasa langsung bertukar dengan harta yang kami punya yang senilai." jelas Donghyuck.

Mark mengangguk paham. "Istana ini.. benar-benar rumahmu?"

"Tidak percaya amat, sih?"

"Habisnya penampakanmu seperti rakyat jelata."

"Mau ribut disini?"

"Tidak.."

Tepat setelah Mark selesai berbicara, Donhyuck berhenti berjalan. Membuat Mark menoleh heran. Anak itu menghembuskan nafas sebelum meneriaki nama seseorang.

"YOLANDA!!"

"Oi, berisik!-"

"Dongyuck? Itu kau?"

Kalimatnya terhenti kala indra pendengarannya disambut oleh suara seringan udara pagi. Mark mendongak keatas menganga melihat seorang gadis bergaun putih dengan punggung dihiasi sayap putih besar yang terlihat kuat menghampiri mereka.

Yolanda perlahan mendarat ke hadapan sang adik laki-lakinya yang memapah pria yang terluka disampingnya. Ada sedikit wajah kebingungan di mukanya melihat Donghyuck dengan akrabnya mencubit pinggang pria itu yang terus menatapi wajahnya.

"Jaga tatapanmu ya kotoran sapi!"

"Aku memangnya menatap apa?"

Donghyuck tidak menghiraukan pertanyaan Mark. Ia mengalihkan atensi nya pada sang kakak ke-17 nya itu. "Aku butuh bantuanmu."

"Hmm?" Yolanda menaikkan salah satu alisnya, menyengir jahil. "Memangnya aku mau bantu?" ucapnya.

"Kau harus.." Donghyuck menatapnya memelas. Membuat Yolanda bergidik.

"Menjijikan apa maumu, hah?"

"Sembuhkan luka di kaki Mark dengan sihir penyembuhanmu," jawabnya.

"Mark? Namanya mark?" tanya Yolanda yang kini menatap tajam Mark. Donghyuck mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa tidak dibiarkan saja?"

"Hah?" Baik Donghyuck dan Mark sama-sama terlihat seperti sapi pongo. Membuat Yolanda menggelengkan kepalanya pelan.

"Maksudku, dia ini dewa, dia punya kemampuan beregenerasi walaupun Roseanne bilang agak lambat." ujar Yolanda masih dengan kedua mata menenelusuri Mark.

"Aku, seorang dewa? Jangan bercanda tinkerbell.." Mark tertawa kecil menatap Yolanda, namun yang ditatap terlihat serius.

"Aku manusia."

"Mana mungkin, lukamu yang kemarin saja sudah sembuh." sanggah Yolanda. Membuat Mark langsung meraba bagian tubuhnya yang terluka kemarin. "Omong-omong, tinkerbell itu apa?"

"Roseanne benar berkata seperti itu?"

Yolanda menoleh pada adiknya, ia mengangguk. "Lagi-lagi hanya kau yang tidak diberitahukan, ya?" Ucapnya memandang Donghyuck miris.

"Yah tidak banyak yang aku tahu sih. Tapi kau, Mark, tak seharusnya berada di istana ini." Yolanda menunjuk pria tersebut.

"Kenapa?" Bukan Mark yang bertanya, melainkan Donghyuck.

"Tidak tahu, kau harus mencari tahu sendiri. Yang jelas kalau tidak mau bertatapan dengan Thalia, Mark harus pergi sebelum matahari terbenam."

"Siapa Thalia?" tanya Mark.

"Kakak kami, themis, dewa keadilan. Kau akan diadili dengannya jika bertemu. Hyuck, sebagai kakak yang baik aku menyarankanmu untuk membawanya kabur." ucap Yolanda. Ia mendekati bagian kaki Mark yang masih tertancap anak panah, mencabutnya dengan santai. Tidak memperdulikan Mark yang mengaduh heboh kesakitan. Donghyuck diam menimang-nimang kalimat dari Yolanda.

Sebenarnya ia tidak perlu repot untuk membantu Mark pergi dari istana sebelum bertemu Thalia dan dijatuhkan hukuman. Tapi kenapa ia sampai berpikir begini?

Sekilas ia menoleh pada wajah pria yang kesakitan karena dijahili oleh kakaknya itu.

'Mengapa?'

Ia memejamkan matanya sebelum kembali bersuara.

"Bagaimana?"

"Hm?"

Sang adik berdecak, "bagaimana caranya kabur?"

"Kau tidak salah bertanya? Pertanyaan itu seharusnya kau tanyakan pada kakakmu yang pintar menyusun strategi kabur 'kan?" ucapnya sambil tersenyum miring.



when i met the son of aphrodite.











Continue Reading

You'll Also Like

261K 27.2K 29
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
60.6K 5.5K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
50K 2.3K 41
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
376K 39.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...