Li Xian Empress

By saskavirby

1.2M 142K 4.3K

Rank #1 Permaisuri 28 Juni 2020 Rank #3 reinkarnasi Agustus 2020 Dia di bunuh secara keji oleh saudara tiriny... More

PROLOG
1. Kehidupan kedua
2. Proses yang mengangumkan
3. Waktunya tiba
4. Memanah
5. Kuda yang mengamuk
6. Kunjungan pertama kali dari Putra Mahkota
7. Keberangkatan
8. Kedatangan Putra Mahkota
9. Pemberontak
10. Perjalanan menuju Istana
11. Keterkejutan penghuni istana
12. Kesialan
13. Kissing
14. Teh Melati
15. Yihua
16. Pria misterius
17. Fakta di balik kebencian
18. Tamu tak di undang
19. Merenung
20. Dia aneh
21. Ungkapan hati
22. Pembicaraan dengan Shizhu
23. Perang
24. Perang 2
25. Tahanan
26. PURA - PURA
27. Kamu adalah aku
28. Awal Pembalasan
30. Hukuman
31. Kesialan berbuntut keberuntungan
32. Ku harap kau bersabar lebih sedikit
33. Selir Xu Yenn i
34. Tangkap
35. Shi Zhu hamil?
36. Sergapan paksa
37. Tagihan Hadiah
38. Celaka Mencelakai
39. Celaka Mencelakai 2
40. Selidik
41. Eksekusi
42. Tidak bisa menolak perintahmu
43. Dia Ayahku?
44. Kenapa harus ada Selir di dunia ini???
45. Kedai Yin Ann
46. Penginapan
47. Putra dan Putri Mahkota
48. Rencana lainnya
49. Itu bagian dari rencana
50. Time too.. pembalasan
51. Tentang perjodohan
52. Pesta
OPEN PO

29. Taman bungaku

23.6K 2.4K 112
By saskavirby

Belum aku revisi ulang, banyak typo mungkin, maklumin ya.. 🙏

.

.

¶¶¶

Kelopak bunga yang bermekaran menebarkan aroma wangi yang menggoda, hampir semua tanaman  seakan menyambut kedatangan sang pemilik yang baru sadar dari tidur panjangnya.

Senyuman tak luntur dari wajahnya, melihat tanaman bunga yang sempat rusak karena serangan tiba-tiba kini kembali indah dan berseri kembali.

Langkah kakinya menyusuri tiap jengkal taman bunga itu, tangannya terulur untuk menyentuh permukaan bunga yang sedang mekar, serta hidungnya yang menghirup aroma wangi.

"Aku merindukan kalian," ucapnya menyapu seluruh hamparan tak begitu luas yang penuh dengan bunga-bunga indahnya.

"Kau menjaganya dengan baik, Linda," ucapnya tanpa menoleh, sibuk memperhatikan keseluruhan tanaman miliknya.

"Pangeran yang meminta pelayan untuk merawatnya, Putri."

Li Xian berbalik. "Pangeran?"

Linda mengangguk. "Benar, Putri. Beliau tahu bahwa tanaman disini amat sangat berharga bagimu, jadi selepas rusak kala itu, Pangeran meminta agar pelayan merawatnya kembali."

Kedua ujung bibir Li Xian terangkat mendengar bahwa Liu Xingsheng juga peduli dengan taman yang dia buat sendiri.

Langkah kakinya berjalan melewati jembatan kecil, dibawah sana menampilkan beberapa ikan kecil dengan warna emas yang saling meliuk-liuk. Li Xian mendongak, melihat pohon yang masih kokoh berdiri disana dengan ayunan di bawahnya.

Mengambil duduk di atas ayunan, perlahan dia menggerakkan tubuhnya, dia menyukai tempat ini, aroma bunga dan beberapa tanaman herbal miliknya membuat tubuhnya terasa rileks.

Mungkin jika nanti dia memiliki anak, anak-anaknya akan betah bermain disini, berlarian di taman bunga, memberi makan ikan, dan bermain ayunan.

Li Xian menunduk malu memikirkan mempunyai anak, tak berapa lama raut wajahnya berubah datar. Darimana dia mendapatkan anak? Siapa yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya?

Apakah dia akan mempunyai anak dengan Liu Xingsheng?

Li Xian menutup wajah dengan telapak tangannya saat lintasan bahwa ayah dari anak-anaknya adalah Liu Xingsheng.

"Apa yang kau pikirkan, Xian'er?"

Li Xian terkesiap, mendongak menatap Liu Xingsheng yang sudah berada di hadapannya entah sejak kapan. "Yang Mulia?"

"Apa yang kau pikirkan?" ulang Liu Xingsheng.

Kepala Li Xian menggeleng pelan. "Bukan apa-apa."

Tatapan Liu Xingsheng meluas. "Kau menyukai tempat ini?"

"Tentu saja, Yang Mulia. Ini adalah ciptaanku, yang kubuat saat kau mengurungku di dalam kamar."

Kepala Liu Xingsheng menoleh cepat. "Apa kau merasa bahwa aku mengurungmu?"

Li Xian nampak berfikir. "Setidaknya aku berhasil membuat taman ini, apa menurutmu aku sangat berbakat?" ucapnya menggoda.

Tatapan datar Liu Xingsheng meredup, senyuman tipis terukir di wajahnya, sebelah tangannya terulur mengusap kepala Li Xian. "Kau sungguh berbakat, istriku."

Li Xian mengulum senyum mendengar ucapan Liu Xingsheng yang menyebutnya 'istriku', kemudian dia beranjak, menarik tubuh Liu Xingsheng agar duduk di ayunan, kemudian berdiri di belakang tubuh Liu Xingsheng dan memijat bahunya.

"Kau cukup lelah menjagaku selama beberapa hari, Yang Mulia. Sekarang aku akan merawatmu."

Liu Xingsheng tersenyum kecil. "Aku bersungguh-sungguh saat mengatakan kau tidak aku izinkan untuk bermain pedang, Xian'er."

Kedua tangan Li Xian terhenti sejenak. "Aku akan jaga diri, Yang Mulia."

Liu Xingsheng menarik tangan Li Xian, memutar tubuhnya agar duduk di pangkuannya. "Biarkan aku yang menjagamu, Li Xian. Aku tidak ingin kau terluka lagi, berjanjilah padaku."

Li Xian terdiam dengan menatap manik mata tegas nan teduh di hadapannya, tak berapa lama kepalanya mengangguk.

"Jangan membahayakan dirimu sendiri, aku tidak sanggup kehilanganmu," ucap Liu Xingsheng bersungguh-sungguh.

Sebelah tangan Li Xian menyentuh rahang Liu Xingsheng. "Aku akan menjadi istri yang baik untukmu," balasnya tersenyum lebar.

Liu Xingsheng ikut tersenyum. "Apa itu juga berarti menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku?" godanya.

Wajah Li Xian meredup. "Aku hanya akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku."

Kening Liu Xingsheng mengerut. "Bukankah itu juga anak-anakku?"

Kepala Li Xian menggeleng. "Anak-anakmu bisa mempunyai arti lain, sedangkan anak-anakku ya anak dari rahimku sendiri."

Li Xian menghembuskan nafas pelan saat melihat Liu Xingsheng belum mengerti ucapnya. "Anak-anakmu bisa mempunyai arti bahwa mereka bukan hanya berasal dari rahimku," dengusnya membuang muka. "Kau 'kan mempunyai istri lebih dari satu," cibirnya pelan yang masih didengar Liu Xingsheng.

Liu Xingsheng tersenyum kecil. "Apa itu artinya kau bersedia mempunyai anak bersamaku?" godanya lagi.

Kedua manik mata Li Xian melirik tajam. "Jangan harap!" hardiknya melipat tangan.

Liu Xingsheng tergelak, melihat Li Xian yang merajuk padanya.

"Kau akan mendapatkannya," bisik Liu Xingsheng.

Bibir Li Xian mengerucut sebal, kenapa sulit bagi Liu Xingsheng mengatakan bahwa hanya dirinyalah istri satu-satunya, mengetahui fakta itu membuat Li Xian kesal.

"Istana akan semakin meriah dengan kehadiran anak-anak kita nanti," ucap Liu Xingsheng menyenderkan kepalanya di bahu Li Xian.

Li Xian terdiam, kembali mengulum senyum saat Liu Xingsheng menyebutkan nama 'anak-anak kita', semburat merah muncul di kedua pipinya.

"Bagaimana lukamu, Xian'er?"

Kepala Li Xian mengangguk. "Jauh lebih baik, Yang Mulia."

Liu Xingsheng mengangguk pelan, meraih sisi kepala Li Xian dan melabuhkan ciuman hangat nan panjang di bibir mungil berwarna merah itu. Li Xian menyambut ciuman hangat itu dengan menutup kedua matanya, merasakan bibir Liu Xingsheng yang bermain di atas bibirnya.

Cukup lama bibir keduanya bertautan, hingga perlahan Liu Xingsheng melepaskan tautannya, menatap wajah wanita di hadapannya yang memerah dengan nafas terengah-engah. Dia tersenyum kecil, kembali memberikan ciuman di kening Li Xian.

"Sebaiknya kau istirahat, Xian'er. Aku masih ada pekerjaan yang harus ku lakukan," ucap Liu Xingsheng mengusap pipi Li Xian dengan ibu jarinya.

Li Xian beranjak. "Apa kau akan ke penjara bawah tanah, Yang Mulia?"

Liu Xingsheng terdiam.

"Aku ingin ikut denganmu, Yang Mulia," pinta Li Xian.

"Tidak!"

Kedua mata Li Xian memicing. "Aku akan pergi sendiri, tanpa persetujuan darimu," desisnya membalikkan badan.

Liu Xingsheng mencekal lengan Li Xian, apa sudah pernah dia katakan kalau Li Xian merupakan spesies wanita keras kepala?

"Kita pergi bersama," ucapnya kemudian.

Li Xian tersenyum dan mengangguk.

***

Untuk pertama kalinya, Li Xian menginjakkan kaki di penjara bawah tanah ini, ruangan gelap yang hanya terdapat penerangan dari obor kecil, hanya ada beberapa celah kecil untuk sinar matahari masuk, para prajurit berjaga di setiap sudut.

Li Xian menelan salivanya saat teringat akan mimpinya yang terkurung di dalam sel dan mendapat cambukan dari Liu Xingsheng, kepalanya menggeleng cepat untuk mengusir bayangan mengerikan itu.

"Kau baik-baik saja, Permaisuri?" tanya Liu Xingsheng khawatir.

Kepala Li Xian menggeleng. "Aku baik-baik saja."

Liu Xingsheng mengangguk kecil, mengulurkan tangannya ke arah Li Xian, dan Li Xian menyambutnya.

Semakin dekat dengan tempat tujuan, terdengar suara teriakan juga erangan, dan itu membuat tubuh Li Xian bergidik ngeri. Hingga tiba di tempat dimana seorang tahanan tengah mendapatkan cambukan maha dahsyat dari seorang prajurit istana.

"Apa dia masih bungkam?" ucap Liu Xingsheng menatap pria di hadapannya yang penuh luka di sekujur tubuhnya.

"Hormat, Yang Mulia. Dia masih tidak ingin buka suara."

"Mungkin kalau dia melihat keluarganya mati, dia akan buka suara."

Pria yang tertunduk itu mendongak cepat mendengar ucapan Liu Xingsheng. "Jangan sakiti mereka!" Kemudian dia melihat ke arah Li Xian yang berdiri di belakang tubuh Liu Xingsheng. "Dia, semua karena dia!" tunjuknya pada Li Xian.

Li Xian terkesiap, terdiam di tempatnya saat seluruh pasang mata mengarah padanya.

"Kau yang bermaksud membunuhnya, dan kau menyalahkannya? Apa yang kau katakan!" bentak Liu Xingsheng keras. "Minghao, bunuh seluruh keluarganya!" sambungnya murka.

"Baik, Yang Mulia."

"Tunggu," sela Li Xian kembali membuat tatapan mata mengarah padanya.

"Yang Mulia, tunggu dulu," ucap Li Xian memohon.

"Ada apa, Permaisuri?"

"Aku ingin memastikan sesuatu," jawabnya menghiraukan kebingungan Liu Xingsheng.

Li Xian mendekat, menatap wajah pria yang tak nampak wajahnya karena terlalu banyak noda darah di sekujur tubuhnya. Sebenarnya dia ingin memastikan apakah pria ini pria yang sama yang datang ke istana dan menyerang Yihua.

Liu Xingsheng berdiri di samping Li Xian. "Apa yang ingin kau pastikan, Xian'er?"

Li Xian menoleh, kemudian menggeleng pelan, kenyataannya pria itu bukanlah pria yang sama yang dia lihat bertemu Shizhu di belakang istana. Dia kembali menatap pria di hadapannya. "Apa yang dia janjikan padamu, jika kau berhasil membunuhku?"

"Kau tidak perlu tahu, Yang Mulia," jawab pria itu angkuh.

Liu Xingsheng tersulut emosi, hendak memberikan pelajaran bagi pria itu, tapi Li Xian mencegahnya.

"Baiklah, aku tidak akan menolong keluargamu," ucap Li Xian kemudian, yang membuat pria di hadapannya nampak pias.

"Tidak! Kumohon jangan sakiti mereka, istriku sedang mengandung," teriaknya memohon.

"Kau memohon agar aku mengampuni istrimu, sedangkan kau hampir membunuh istriku!" bentak Liu Xingsheng keras.

"Kumohon jangan sakiti keluargaku, bunuh saja aku. Yang Mulia, bunuh saja aku," pinta pria itu berlutut, sesekali terbatuk mengeluarkan darah kental.

Liu Xingsheng menyeringai. "Tidak semudah itu."

"Apa dia menjanjikan sesuatu saat anakmu lahir?" tanya Li Xian.

Pria itu tertegun, menatap Li Xian dengan tatapan terkejutnya.

Li Xian berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan pria yang mungkin tidak sanggup lagi berdiri.

"Apa kau ingin menyelamatkan istri dan anakmu? Apa dengan membunuhku kau yakin bisa menyelamatkan mereka? Atau yang lebih tepat adalah, kau yakin mereka akan menyelamatkan anak dan istrimu?

Pria itu tertunduk diam.

Li Xian mendongak menatap Liu Xingsheng, kembali menatap pria di hadapannya, menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. "Kau menusuk tepat di perutku," ucapnya menyentuh permukaan perutnya sendiri. "Mungkin jika saat itu aku mengandung, kau akan membunuh dua nyawa sekaligus."

Pria itu terdiam menatap Li Xian.

"Dia adalah suamiku," ucapnya mendongak menatap Liu Xingsheng. "Sama sepertimu yang akan melindungi istrimu, dia juga akan melakukan hal sama terhadapku. Lalu jika istri dan anakmu dalam bahaya, dan kau mengetahui siapa pelakunya, bagaimana menurutmu? Apa kau akan diam saja?" sambungnya.

"Ampuni saya, Yang Mulia. Jangan sakiti mereka."

Liu Xingsheng menarik tubuh Li Xian agar berdiri saat pria di hadapannya hendak menyentuh Li Xian.

Li Xian menoleh menatap Liu Xingsheng, kemudian kepalanya mengangguk pelan.

"Cukup katakan siapa yang memberikan perintah padamu, aku akan membebaskan mereka," ucap Liu Xingsheng datar.

Pria di hadapannya itu mengangguk cepat. "Seorang pria, aku tidak mengenal siapa dia, dia memintaku untuk menyerang Permaisuri Pangeran, saat itu aku cukup sulit melakukannya. Hingga aku melihat Kaisar, tujuanku berbelok, ingin membunuhnya."

Liu Xingsheng dan Li Xian tertegun, keduanya saling tatap.

"Kenapa kau ingin membunuh Kaisar, apa kau tahu apa akibat dari perbuatanmu?" hardik Liu Xingsheng.

"Aku mendengar berita bahwa daerah perbatasan terhindar dari wabah penyakit karena pengobatan yang dilakukan Permaisuri. Saat itu aku melihat rombongan kerajaan melintas, aku menghentikan salah satu dari mereka, meminta agar mereka mau memberikan obat itu pada ibuku yang tengah sakit, karena aku sudah membawanya ke beberapa pengobatan, dan tidak kunjung membaik. Tapi mereka menolak, berkata bahwa istana tidak akan memberikan pengobatan pada orang luar, bahkan mereka menendangku, dan berkata akan membunuhku karena menghalangi perjalanan Kaisar. Sejak saat itu aku membenci Permaisuri, karena dia tidak mau memberikan obat untuk ibuku, dan aku sangat membenci Kaisar, karena dia tidak mampu memberikan perlindungan pada rakyat," terang pria itu penuh emosi, sesekali merintih kesakitan.

"Apa kau mengingat siapa dan bagaimana wajah mereka?" tanya Liu Xingsheng.

Pria itu menggeleng. "Aku hanya melihat ada bekas luka di telapak tangannya."

"Apa.. ibumu baik-baik saja?" tanya Li Xian hati-hati.

Pria itu kembali menggeleng. "Ibuku sudah tiada," jawabnya menunduk.

Liu Xingsheng menghembuskan nafas panjang. "Bagaimana dengan pria yang memintamu membunuh Permaisuri? Apa kau melihat wajahnya?"

"Pria itu menggunakan cadar, dan hanya memberiku beberapa emas. Juga berkata akan melindungi anak dan istriku."

"Kesalahan yang kau lakukan tidak bisa dimaafkan, kau tetap akan mendapatkan hukuman sesuai peraturan kerajaan. Tapi, aku akan pastikan istri dan anakmu tidak akan mendapatkan hukuman atas perbuatanmu," ucap Liu Xingsheng kemudian.

Pria itu mengangguk lesu, bersujud mengucapkan terima kasih dengan linangan air mata.

Saat keluar dari penjara, Li Xian menoleh menatap Liu Xingsheng. "Apa dia akan mati?" tanyanya ragu.

Liu Xingsheng menoleh. "Dia akan dihukum sesuai apa yang telah dia lakukan."

Li Xian menggigit bibir bawahnya. "Apa dia tidak bisa mendapatkan ampunan?" cicitnya pelan.

Langkah kaki Liu Xingsheng terhenti, memutar tubuh Li Xian agar menatapnya. "Dia berencana membunuhmu, Li Xian, bagaimana kau melepaskan orang seperti itu? Tidak mungkin dia tidak akan kembali melakukannya saat terbebas nanti," jawabnya tersulut emosi.

Li Xian mengangguk. "Baiklah, baiklah, kau lebih mengerti tentang itu. Hanya saja aku memikirkan nasib anak dan istrinya."

Liu Xingsheng mengecup kening Li Xian saat melihat raut kesedihan di wajahnya. "Mereka akan baik-baik saja," ucapnya menenangkan.

Kedua sudut bibir Li Xian terangkat, membentuk senyuman tipis, hingga kemudian dia meringis merasakan perutnya yang nyeri.

"Xian'er, kau baik-baik saja?" tanya Liu Xingsheng khawatir.

Li Xian tak menjawab, hanya diam menahan nyeri di bagian perutnya.

Liu Xingsheng segera membopong tubuh Li Xian menuju kediamannya.

¶¶¶

Di lapak MLD aku bilang mau update beruntun cerita on going aku.
Tapi ternyata di lapak BY (bi-wai) milik Gaza - Gisella belum kelarrrr... 😫😫

Partnya ilang ato aku lupa blm save, soalnya udh lama aku ngetiknya, dan sekarang lupa deh naskahnya, huhuhu.

Jadi mohon maaf yg BY updatenya molor ya, hiks. Maafkan akuuu.. 🙏🙈

Btw, selamat tahun baru 2021
Dari author kang halu,
Saskavirby
😂✌️

2 Januari 2020

Continue Reading

You'll Also Like

150K 10.7K 48
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
1.7M 88.2K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
185K 16.5K 18
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
636K 67.2K 67
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...