Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

685K 88.7K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

30. Kerasukan ular ganjen

8.6K 1.2K 99
By desphrodite

Happy reading~
Fyi: Mungkin chapter ini akan menjyjykan bagi para uwuphobia:)

An: bnyk typo maaf

***

Setelah menjalin kontrak dengan anak naga berlian, niura dihadiahi berlian secara percuma oleh sang naga. Dan tentu saja berlian itu akan ia bagikan dengan ketiga temannya sebagai imbalan keberhasilan misi hari ini.

Dengan perasaan bahagia, kelompok hitam pergi meninggalkan danau lalu mencari tempat untuk beristirahat dan tanpa sengaja mereka melihat keberadaan sebuah goa yang lumayan besar tak jauh dari keberadaan mereka.

Setelah berbincang cukup lama, Niura membolehkan mereka untuk bersinggah sejenak. Mereka memasuki goa dengan hening, karena aura goa ini agak menakutkan. Mungkin karena ruangnya yang gelap dan jika bersuara, maka suara itu selalu berdengung.

"Xiao Li, kau mau kemana?" tanya Yihua yng kebingungan saat ketuanya terus berjalan semakin masuk ke dalam goa.

Niura menatap Yihua dengan perasaan yang sedikit waspada. "Kakiku terasa ingin berjalan ke dalam," jawabnya berbohong. Sejujurnya matanyalah yang tiba-tiba melihat ke arah penghujung goa seperti biasa.

Liwei mengerutkan keningnya, "Kemarilah, kita beristirahan di sini saja," ajaknya seraya menepuk betu besar di pinggirnya meminta Niura untuk duduk di sana.

Yi Jian bangkit, lalu mengikuti Niura dengan perlahan, "Aku mencium aroma amis darah," gumamnya membuat yang lainnya mematung ketakutan. Tentu saja Niura sudah mengetahui lebih dulu, tanpa basa-basi ia segera berjalan lebih cepat dengan Yi Jian di belakangnya menuju penghujung goa.

Tidak ada apa-apa.

Niura dan Yi Jian kembali kebingungan, mereka tidak menemukan apapun. Namun aroma darah itu semakin meningkat. Niura mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru dengan hati-hati.

"Sssstttt."

Mereka dikagetkan dengan kedatangan seekor ular besar yang kira-kira panjang tubuhnya mencapai lima meter. Dan besarnya hampir sebesar paha manusia. Lidahnya dijulur-julurkan, mata hijaunya membelak, tubuhnya dililitkan ke sana ke mari.

Niura menarik tubuh Yi Jian agar bersembunyi di balik tubuhnya, meminta Yi Jian untuk pergi ke lain tempat.

"Tidak. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian dengan hewan buas peperti ini," tolak Yi Jian keras kepala. Niura menghela, lalu menunjuk ke arah kiri, "Berlindunglah di sana," titahnya.

Yi Jian berlari menuju batu besar di arah kiri untuk berlindung sesuai perintah Niura. Namun tiba-tiba kakinya yang tidak mengenakan alas terasa menginjak sesuatu yang licin sehingga ia terjatuh.

Brukk!

Yi Jian memegang bokongnya yang menghantam dataran goa yang tidak rata. Ia menatap kakinya, melihat aliran darah di telaak kakinya, namun sepertinya itu bukanlah darahnya, melinkan itu darah yang membuatnya tergelincir hingga terjatuh.

'Darah siapa, ini?' batinnya kebingungan. Ia mengedarkan pandangannya, mengikuti panjangnya tetesan darah itu. Semakin ia mengikuti arah darah itu semakin banyak darah yang ia jumpai. Hingga akhirnya ia terbawa ke tempat dimana tempat yang terlihat paling hancur. Darah bercucuran dimana-mana. Bebatuan berantakkan tersebar di setiap arah, hancur.

Saat ia memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas, tiba-tiba matanya melihat sebuah obor yang padam. Aneh, tidak ada siapa-siapa namun ada obor.

Tangannya mengambil obor tersebut, mengambil dua batu yang kering, lalu digosokkan keduanya berkali-kali hingga menghasilkan sebuah api yang kemudian ia letakkan di kepala obor.

Yi Jian mengangkat obor itu ke atas, hingga cahaya api obor itu menerangi tempatnya.

"Oh tidak!" kagetnya saat cahaya itu membuat ia melihat para pra yang terkapar tak jauh dengannya. Yi Jian berlari ke arah para pria itu, betapa terkejutnya saat ia mengetahui bahwa para pria itu adalah keempat pangeran setendanya.

"Apa yang terjadi pada kalian? Pangeran Jiazhen!" teriaknya saat melihat pangeran Jiazhen yang dililit ular yang lumayan besar. Pikirannya hanya pada Jiazhen hingg ia tak sadar bahwa ketiga pangeran yang lain menatapnya dengan kesakitan yang sama.

"XIAO'ER ...!" teriaknya menyerukan nama Niura untuk meminta pertolongan. Ia sadar hanya Niura yang dapat diandalkan. Oh tidak, bagaimana keadaan Niura yang sedang bertarung dengan seekor ular juga?

Sementara di tempat lain, Niura baru saja berhasil membanting kepala ular tersebut hingga menghantam permukaan lantai yang keras hingga tengkoraknya retak. Pedangnya ia gunakan untuk memotong lidah ular tersebut yang menjadi kebanggaannya. Dengan ini, semuanya aman.

"Xiao Li, aa yang kau lakukan?" tanya Liwei yang tiba-tiba datang dengan Yihua.

Yihua yang sama terkejutnya segera menghampiri Niura yang sedang melempar lidah ular tersebut ke arah lain.

"Dimana Yi Jian?" tanya Yihua penasaran, pasalny ia tidak melihat keberadaan Yi Jian sedari tadi.

Niura menunjuk batu besar di sebelah kiri, "Di san--" matanya membelak saat melihat kosongnya tempat itu. Dimana Yi Jian?

Niura menggelengkan kepalanya, ia berlari ke arah batu itu diikuti Liwei dan Yihua. Mereka dibingungkan kembali dengan jalanan yang dipenuhi dengan darah, apalagi Niura yang mendengar jeritan dari arah lain.

"Kalian, lihat. Tempat itu bercahaya," gumam Liwei saat melihat penerangan di tempat lain.

"Aku juga mendengar suara," jawab Niura. Tanpa basa-basi segera ia langkahkan kakinya menuju lebih dalam. Setibanya di tempat, ia melihat Yi Jian yang sedang menangis memeluk pangeran Jiazhen yang terkapar. Matanya menatap ke penjuru lain, melihat ada orang selain mereka, ternyata itu ketiga pangeran yang lain, yang tak kalah parah lukanya.

"Xiao Li ... mereka diserang ular yang kau serang," lirih Yi Jian yang lega akan kedatangan teman-temannya terlebih kepada Niura.

Niura langsung menghampiri ketiga pangeran itu, melihat Xiuhuan yang lebih terluka membuatnya memutuskan untuk menolongny terlebuh dahulu. Begitupun Yihua dan Liwei yang laingung menghampiri pangeran Minghao dan pangeran Kangjian.

"Bagaimana bisa seperti ini?" tanya Niura tak habis pikir.

Xiuhuan menatap Niura jengah. Lagi-lagi ia yang terlihat lemah, dan selalu saja wanita itu yang menolongnya, apakah tidak memalukan? Saat Niura ingin membantu, tiba-tiba tangannya ditepis oleh Xiuhuan.

"Bisa sendiri," gumam Xiuhuan menolak. Ia mencoba untuk duduk, namun tidak bisa, sepertinya kakinya terluka parah.

"Baiklah," jawab Niura datar. Bersukur diberi hati, mengapa minta jantung? Niura hanya memperhatikan Xiuhuan yang keras kepala, ia menolong ketiga pangeran lain bersama dengan yang lainnya.

Saat Niura ingin memegang luka milik pangeran Kangjian, tiba-tiba Xiuhuan mengealkan tangannya. "Bantu aku!" ucapnya sedikit berteriak membuat yang lainnya memandangnya.

"Apa?" tanya Xiuhuan risih saat dipandang seerti itu. Mereka akhirnya sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Xiao'er, bagaimana ini?" tanya Yi Jian habis akal. Apalagi saat melihat pangeran Jiazhen yang terus memegang perutnya yang bersimbah darah.

"Bawa mereka ke goa utama," jawab Niura karena goa utama adalah goa yang besar dan banyak penerangan, jug tidak berbahaya.

Dengan susah payah mereka memampah para pangeran dengan bahunya, apalagi pangeran Xiuhuan memiliki postur tubuh yang atletis, namun tidak terlalu kekar membuat Niura berganti-ganti bahu untuk memampah.

Brukkk

Niura membanting tubuh Xiuhuan saat telah tiba di goa utama karena ia tak kuasa menahan beban apalagi saat ia baru saja melawan ular ganas yang membuatnya kehilangan tenaga.

"Akh!" ringis Xiuhuan dengan tatapan tajam saat melihat Niura. Sementara yang ditatap tak merespon apapun.

"Mengapa kalian ini lemah sekali?" tanya Niura melihat keempat pangeran manja itu.

"Tolong meledeknya nanti saja," jawab pangeran Kangjian yang kesakitan dengan Liwei yang membantunya meredakan nyeri.

Niura memutar matanya jengah, "Yihua, tumbuhkan pohon araka di sekitar sini," titahnya membuat Yihua mengalihkan pandangannya.

"Baiklah." Yihua membantu pangeran Minghao untuk bersandar di dinding goa, lalu berjalan menghampiri lahan kosong dan membuat farmasi. Kedua tangannya ia gerakkan dengan merapalkan mantra, lalu ia menatap lengannya yang tak bercahaya.

Yihua berjalan kembali menuju goa utama dimana teman-temannya berada.

"Ketua, kekuatanku melemah," adu Yihua sedih. Niura segera mengalihkan pandangan menuju Liwei. "Liwei, kau bantu dia, bukankah elemen kalian sama?" tanya Niura.

Liwei mengangguk paham, menghampiri Yihua untuk bekerja sama membuat farmasi. Selang beberapa lama akhirnya mereka berhasil, dan memetik beberapa daun itu lalu ditumbuk lalu membagikannya dengan yang lain.

"Oleskan ke luka mereka," titah Niura kembali. Mereka mematuhinya dengan hening. Saat Niur ingin mengoleskan daun araka ke luka Xiuhuan, tiba-tiba perasaan aneh muncul dalam benaknya.

"Xiuhuan," gumam Niura membuat pangeran Xiuhuan menatapnya. "Hmm?" jawab pangeran Xiuhuan singkat.

"Apakah pahamu terkena bisa ular?" tanya Niura panik. Disaat yang lain hanya terluka luar, pangeran Xiuhuan malah parah dengan adanya racun bisa ular yang berada di pahanya.

Xiuhuan mengingat-ngingat kembali kejadian dimana ia menyelamatkan ketiga adiknya hingga ia disengat ular tepat di pahanya. Ia mengangguk membuat Niura membelak.

"Ikut aku," ucap Niura dengan membantu Pangeran Xiuhuan untuk berjalan menuju rawa-rawa yang berair.

"Xiao'er, kau akan membawanya kemana?" tanya Yi Jian yng kebingungan.

"Dia disengat ular, aku akan membawanya ke rawa, kalian jaga para pangeran. Jika sempat, berburulah untuk kalian makan. Tidak usah menghawatirkanku dengan Xiuhuan," jawab Niura membuat Xiuhuan kebingungan sekaligus senang.

"Baiklah," jawab Yi Jian menyetujui. "Tapi kalian harus berhati-hati," ucapnya kembali.

Setibanya di rawa-rawa, Niura langsung membantu Pangeran Xiuhuan untuk duduk di tepi. Diambilnya segengam air dengan lengan kosongnya, lalu ia basuhkan luka-luka Pangeran Xiuhuan dengan teliti.

Perlakuannya tak luput dari pandangan Xiuhuan, ia tersenyum tanpa sadar. Niura mencoba membaca pikiran Xiuhuan, namun tidak bisa.

"Kenapa? Tidak bisa? Kau pikir aku bodoh?" tanya Xiuhuan meledek.

Niura mengerutkan keningnya, "Maksudmu, kau mengunci pikiranmu?" tanyanya.

"Hahaha ...." Pangeran Xiuhuan tertawa kemenangan membuat Niura mengepalkan tangannya. "Enyahlah kau! Obati sendiri!" kesalnya membuat tawa Xiuhuan terhenti.

"Mengapa bisa pahamu yang disengat?" tanya Niura jengah. Ia terpaksa membasuh juga paha sang Pangeran dengan tangannya.

Pangeran hanya menggeleng, "Tanyakan saja pada ularnya, mungkin dia ingin melihat mil---"

"Apa?!" potong Niura. Ia menarik lengan Xiuhuan yang juga tersengat bisa ular. Sejenak ia berpikir bagaimana caranya menghilangkan racun di lengan Xiuhuan.

"Mengapa kau mematung?" tanya Xiuhuan bingung. "Bilang saja jika kau ingin memegang tanganku lebih lama," lanjutnya dengan menggoda.

Niura menatap Xiuhuan tajam, "Berucap sekali lagi atau kuremukkan tengkorakmu?" ancamnya.

"Kekuatan utamamu adalah racun."

"Kekuatan utamamu adalah racun."

"Kekuatan utamamu adalah racun."

Terus saja tiba-tiba terngiang-ngiang di benaknya ucapan Roiden yang mengatakan bahwa kekuatan utamanya adalah racun kala di pantai gaxia. Niura tersenyum licik, lalu menarik tangan Xiuhuan, mendekatkan bekas luka sengatan ular itu ke mulutnya.

Xiuhuan membelakkan matanya terkejut, "Mengapa kau menghisap lenganku? Jika ingin aku akan memberikan leherku ...." ucapnya dengan heran.

Niura memelototinya dengan tajam. Xiuhuan jadi gelagapan karena melihatnya, "La-lanjutkan saja, aku akan memberikan lebih padamu, nanti malam," gumamnya pelan namun bisa didengar oleh Niura.

Niura menghisap bisa ular itu dengan kencang, tak menghiraukan celotehan Xiuhuan yang terus membicarakan tentang hubungan tak sehat. Tiba-tiba saat racun di lengan Xiuhuan hilang kerongkongannya terasa sakit seerti dicekik.

Xiuhuan yang melihat itu sangat panik, melihat Niura yang terkapar dengan memuntahkan cairan hitam yang diduga adalah racun dari lengannya.

"Li, bangunlah ...." ucapnya panik sembari menepuk-nepuk pipi yang tidak tirus dan tidak cabi milik Niura.

"Li ... aku berjanji tidak akan memberikan keperjakaanku padamu, ayolah ...." gumamnya lagi.

'Bajingan' batin Niura yang masih mendengar ucapan Xiuhuan. Rasa sakit di kerongkongannya kini telah hilang, ia merasakan kekuatannya kembali pulih. Benar jika kekuatan utamanya adalah racun, itu sangat menguntungkan.

"Sukurlah ...." gumam Xiuhuan lega saat mendapati Niura yang telah duduk di hadapannya yang terlihat sangat sehat.

"Kenapa?" tanya Niura kebingungan melihat reaksi Xiuhuan yang menurutnya sangat berlebihan.

"Tidak, um ... bagaimana kau bisa menelan racun?"

"Kau tidak akan mengerti," jawab Niura santai.

Xiuhuan menghela, mengapa ia jadi cerewet saat di hadapan Xiao Li ini? Padahal jika di hadapan keluarganya saja ia bisa menghitung berapa kata yang telah ia ucapkan. Ia menatap netra biru merah milik Niura, "Bagaimana dengan racun di pahaku? Apakah kau akan menghisapnya juga?" tanyanya polos.

Plak!

"Akh, kenapa kau menamparku?" Xiuhuan memegang pipinya yang perih akibat tamparan mentah oleh Niura. Ia bahkan tidak tahu apa yang salah dalam ucapannya.

"Buka celanamu!"

-Diare-

Continue Reading

You'll Also Like

43K 1.5K 8
WARNINGπŸ”ž CWπŸ”ž OOC, NON-CON, hardcore, yaoi/BXB, typo, harsh word Β©semua karakter milik genshin impact (Hoyoverse)
116K 1.5K 9
Lanjutannya bisa kalian baca di Dreame. Akun Dreamenya: ELLAKOR Mengisahkan tentang seorang gadis cantik bernama Yuren, demi menyelamatkan nyawanya d...
14.7K 699 10
one shoot / multi shoot story Newjeans or maybe crack ship
2.4M 336K 73
Meninggal karena sakit yang dideritanya, membuat dia justru bereinkarnasi, masuk ke dalam dunia novel kesukaannya yang dia baca saat masih dirawat di...