"Okay, take a break dulu." Ucap Taufan singkat.
"Apa yang kau nilai dari performa ku tadi?"
Taufan membuka data dari jam tangannya, "kekuatanmu memang dahsyat. Sesuai apa yang kau katakan."
Solar mengangguk, wajahnya yang tidak berekspresi itu terlihat bangga akan pencapaiannya.
Taufan tersenyum, "cukup bagus, kau tahu?"
Solar kembali mengangguk.
"Tapi,ada banyak bagian yang dapat dikembangkan."
"Waktu dalam mengumpulkan kekuatanmu terlalu lama, dan juga kontrol mu akan kekuatanmu masih kurang." Ucap Taufan sambil menunjukan beberapa data.
Solar terdiam, di lubuk hatinya yang paling dalam, ia menyadari akan kekurangannya itu, namun mendengarnya langsung dari mulut seseorang memberikan perasaan yang mengesalkan.
"Jangan khawatir, jika dilatih kau bisa menggunakannya dengan efektif." Ucap taufan dengan sengiran besar diwajahnya.
"Kau sudah tak lelah kan?" Tanya Taufan kepada adiknya.
Solar mengangguk.
"Baiklah, kita mulai test kedua ya?" Ucap Taufan.
"Tes kedua adalah mengontrol jumlah kekuatan yang kau keluarkan." Jelasnya sambil berdiri.
"Daripada kujelaskan, akan langsung kupraktekan dan kau perhatikan baik-baik ya." Udap Taufan.
Tangannya ia julurkan ke arah dinding itu, "ini 75%" ucap Taufan sambil dengan mudahnya mengeluarkan topan yang sedikit lebih kecil dari yang pertama ia keluarkan.
"Ini 50%" ucapnya lagi, kini tornado itu berkurang lagi dan semakin mengecil.
"Ini 30%" lanjutnya, pusaran itu semakin kecil dan semakin terfokus ke satu titik.
"Dan ini 10%" ucap Taufan, kini pusaran angin itu terasa seperti pisau yang dapat dengan mudah memotong hal-hal yang ada didepannya.
"Semakin besar kekuatan yang kita pakai, semakin cepat energi kita akan habis." Ucap Taufan.
Solar mengangguk.
"Sekarang ayo praktekkan." Ucap Taufan sambil mengambil botol minum dari tangan Solar.
"Hey- ini kau habiskan?!" Tanya Taufan tak percaya.
"Kan kau yang memberikan kepadaku." Jawab Solar.
"Iya , tapi maksudku kan berbagi."
"Ya mana kutahu? Aku haus ya aku minum." Jawab Solar sambil memutar bola matanya.
Taufan menghela nafas pasrah, "adik durhaka"
"Apa?"
"Tidak, ayo cepat mulai, praktekan yang 50% ok?"
Solar kini memusatkan kekuatannya lagi, berusaha membuatnya setengah dari apa yang ia buat di awal. Namun diluar perkiraannya, mengontrol jumlah kekuatannya jauh lebih sulit dibandingkan mengeluarkan seluruh kekuatan.
Taufan menyeringai sedikit, melihat adiknya yang naif itu membuat ia sedikit teringat saat ia masih menjadi agent in training.
"Kalau kau merasa kondisimu berubah langsung laporkan." Ucap Taufan sambil terus memantau adiknya.
Bisa dibilang Solar cukup penurut, namun juga karena gengsi nya yang tinggi, ia jadi berusaha menutupi kekurangannya.
Dan Taufan sangat mengerti bahwa saat ini adiknya sedang menahan efek samping dari memaksakan diri mengontrol kekuatannya.
Namun ia tetap diam, memantau keputusan sang adik.
Semakin lama, stamina Solar semakin terkuras, kekuatannya semakin acak-acakan, Taufan mengerutkan kedua alisnya sambil dengan teliti memantau adiknya.
Benar saja, dua menit kemudian sang adik terdorong jatuh karena gagal mengontrol kekuatannya, juga karena stamina yang terkuras.
Taufan menghela nafas dan beranjak dari tempat ia terduduk.
"Apa yang aku bilang tadi?"
"....."
"Kau harusnya mengikuti instruksi ku."
"..tapi-"
Taufan mengeluarkan satu buah lagi botol kecil dari tas nya, kini itu botol air minum kemasan yang ia bawa.
"Duduk dan minumlah."
Solar mengangguk, sesekali ia menatap Taufan yang memasang wajah datar. Taufan tak kunjung berbicara ataupun mengubah ekspresi nya. Itu membuatnya merasa tidak nyaman dan takut.
"Kau tahu apa kesalahan mu?" Tanya Taufan.
Solar mengangguk, "aku tidak melaporkan kondisiku."
"Kenapa?" Tanya Taufan dengan alis yang sedikit berkerut kebawah.
"...karena aku kira aku akan mampu."
"Lalu hasilnya?", Tanya Taufan lagi.
"...aku belum mampu."
Taufan mengangguk, manik biru safirnya itu terlihat sangat serius.
"Agen Solar."
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika hal ini terulang lagi?"
Solar terdiam dan menundukkan kepalanya.
Taufan tak tega melihatnya, ia menghela nafas panjang.
"Kau ini.."
"Dengar ya adikku, kau gagal dalam berkomunikasi."
"Jika kondisi dirimu saja kau lalai, bagaimana saat kau berada di misi? Kalau sampai kau menganggap remeh kondisimu, maka nyawamu,nyawa rekanmu, dan juga hasil misimu bisa dalam bahaya."
"Ini bukan masalah kau kuat atau tidak, tapi masalah mencari peluang agar misi bisa selesai dengan sempurna, tak akan ada yang menyalahkanmu kalau kau bilang kau kesakitan karena tertusuk bilah pisau"
"Tapi mereka akan menyalahkanmu jika karena kau tertusuk bilah pisau dan menyembunyikannya, misi kalian malah gagal" ujar Taufan lagi,untuk beberapa alasan, ekpresinya terlihat sendu.
Solar mengerutkan kedua alisnya, "tapi kan memberitahu kekurangan sama saja dengan menunjukkan kelemahan!" Bantahnya.
Taufan tersenyum, tangannya mendarat di atas kepala adiknya itu, jari jemarinya menyusuri rambut Brunette sang adik. "Itu kan kalau ke musuh."
"Saat menjalani misi bersama, kurasa rekanmu perlu tahu akan kondisi mu,agar nantinya rencana yang dibuat dapat dieksekusi dengan matang,bukan kah begitu, mr.smart?"
Solar terdiam, setelah beberapa lama merenungkan sesuatu sambil sesekali berusaha mengeluarkan kata-kata hanya untuk menutup mulutnya kembali di akhir, ia berdiri dan menepuk pakaiannya.
"Aku akan coba lagi."
"Kali ini langsung beritahu kalau kau merasa kondisimu berubah"
Solar mengangguk pelan. Ia mulai mengumpulkan kekuatannya.
Taufan tersenyum melihatnya, aku akan mengajarkan semua yang kutahu padamu.
Agar nantinya kau bisa menjadi agen kelas S yang sangat kau inginkan itu.
Yah walau sebenarnya tak ada bagusnya menjadi agen S itu..
Taufan mengeluarkan beberapa pil dari botol kecil yang ada di tasnya dan meneguknya tanpa air. "Ugh,pahit."
"Sepertinya aku harus menghampiri Ying nanti."
Mata nya kembali tertuju ke adik bungsu nya itu, adik bungsu nya yang masih berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan setengah kekuatannya.
Taufan mengamati ekspresi nya dengan seksama,
Sepertinya tubuh nya sudah mulai tidak kuat.
Benar saja, peluh membasahi dahi sang adik. Taufan mengerutkan alisnya, ia ingin menghentikan adiknya, tapi sekali lagi, ia ingin adiknya mengetahui batasan diri sendiri.
Solar terdiam, tidak berusaha memfokuskan kekuatan di telapak tangannya lagi, "..kondisi ku berubah." Ucapnya pelan dengan kerutan di alisnya yang menunjukan rasa kesal akan diri sendiri karena tak kunjung berhasil.
Taufan tersenyum dan melangkah maju, "hentikan dulu kekuatanmu."
Solar merasa ragu sejenak, namun ia mengangguk dan kekuatannya langsung berhenti secara cepat, ia hampir terpental namun sudah ditahan oleh mentornya itu.
"Kerja bagus" ucap Taufan sambil menyeringai bangga.
"Apanya yang bagus? Aku gagal!"
Taufan tersenyum, mengambil syal biru yang tadi ia pinjamkan ke adiknya itu dan menyeka peluh dari dahi Solar.
"Memang bayi mana yang bisa langsung berlari saat belajar berjalan?" Tanya Taufan.
Solar terlihat semakin kesal, "aku bukan bayi!!"
Taufan tersenyum, "dan aku bukan tour guide."
Solar tersentak sedikit saat mendengarnya, dia membuang pandangannya "yah itu kan hanya perumpamaan"
Taufan tersenyum lebar "yang ini juga hanya perumpamaan"
"Kau!-"
//Author's note//
Thus, stock ku habis, hope u enjoy dan komen or else 🔪🔪