Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

684K 88.6K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

27. Pulangkan dia!

8.9K 1.2K 54
By desphrodite

Di dalam tenda, terjadi kericuhan kecil yang dibuat oleh ketiga gadis itu. Sesekali mereka membanting apapun yang ada di sekitarnya, bahkan mereka mengacak-acak barang-barang milik ketua mereka.

"Aku pikir dia bijaksana, ternyata nyalinya sangat kecil, cih!" cibir Yihua yang terlihat paling kesal.

"Aku ... merasa bersalah padanya," ucap Yi Jian yang sedari tadi hanya mengikuti saja.

"Andai saja aku tidak memaksanya memberikan kristal itu, mungkin ini tidak akan terjadi ...." lirih Liwei yang merasa paling bersalah.

Yihua menghampiri mereka berdua, lalu duduk di antara mereka.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Yihua cemas.

Liwei sesekali memukul kepalanya, "Ini semua salahku! Kerja keras kita telah sia-sia, seharusnya kalian meninggalkanku bukan Xiao Li ...." Liwei menggeram, isak tangis sesekali muncul dalam baitnya.

'Aku pelayannya, aku hanya dianggap kakaknya, aku telah diberi kehidupan olehnya, dan sekarang ...?' batin Yi Jian kesal.

"Aku akan mencarinya!" Yi Jian bergegas pergi, namun kedua tangannya dihentikan oleh Yihua dan Liwei.

"Aku masih percaya dia kuat."

Sementara di tempat lain, Niura berjalan dengan sedikit pincang karena bekas duri ballack yang masih membekas. Ia tidak menghiraukan terpaan angin dan guyuran hujan yang menghambat perjalanannya. Tak ada hasrat untuknya kembali ke tenda, Niura berjalan tak tentu arah dengan sebilah pedang di tangan kanannya, dan satu bulu merak di tangan kirinya.

'Apakah kalian kelaparan? Apakah kalian baik-baik saja?' batinnya membayangkan ketiga temannya.

Sejauh perjalanan, sesekali Niura menatap ke belakang, namun tak ada apapun yang ia temukan, Niura tersenyum getir. "Ternyata benar, kalian memang tidak membutuhkanku ... lagi," lirihnya.

Tetesan air mengalir di sudut matanya, ia bersukur karena cuaca tengah hujan. Maka tidak ada yang tau bahwa ia tengah menangis, air hujan adalah teman sejatinya. Alam menemaninya, dewi laut menggerakkan trisulanya.

"Hei ... kenapa aku sangat lemah? Mereka bertiga pasti sedang kelaparan, bagaimanapun aku harus menggantikan kristal itu, aku harus membunuh tiga ballack!" gumamnya sembari menghapus air matanya.

Niura memejamkan matanya, menghirup aroma tanah yang tersiram air hujan yang begitu khas. Aroma itu sangat candu. Niura membuka insting matanya, tiba-tiba matanya menatap ke arah lain, seperti biasa, Niura terkejut. Matanya menatap dua ekor ballack yang sedang bertarung.

Seringai licik muncul di bibirnya, ia berjalan mengendap-endap perlahan, tangannya telah gatal, ingin sekali dia membunuh kedua ballack itu sekaligus.

Tap ... Tap ... Tap ...

Derap langkah kaki milik Niura terdengar sangat hati-hati. Ia menyipitkan matanya, melihat kedua ballack itu--sepertinya berada di tingkat dua ratus. Terbukti dari warna ekornya.

Tak!

'Oh tidak!' batinnya terkejut saat tanpa sadar ia menginjak ranting kayu yang membuat kedua ballack itu menatapnya.

Niura menggaruk tengkuknya, "Hehehe ... apakah kalian mau membunuhku?" tanyanya dengan memamerkan deretan gigi putihnya.

Kedua ballack itu berlari ke arahnya, membuat tanah berguncang, besar tubuhnya tak bisa ia kira, ballack yang satu menginjak kaki Niura.

"Aaakh!" teriaknya kesakitan. Niura melihat tangan kirinya, ia kaget! Melihat bulu merak yang tadinya dipegang di tangan kiri kini tidak ia temukan.

'Bagaimana ini? Elemenku melemah' batinnya kebingungan.

Dugh!

"Arkhh!" Niura memegang dadanya yang tiba-tiba ditendang oleh ballack yang lain.

Niura mencoba bangkit, tangan kanannya masih menggenggam kuat pedangnya. Niura kebingungan, jika ia menyerang ballack yang di belakangnya, maka yang di depan akan mengambil kesepatan, atu sebaliknya.

Niura melebarkan telapak tangan kirinya, melihat apa kelebihannya lagi, yang ia lihat hanya kuku runcing yang manjang.

"Hyatt!"

Slah!

"RRAAWWW!"

Tangan kanannya berhasil mengkoyakkan tubuh ballack yang di belakang dengan pedangnya, sementara tangan kirinya mencakar wajah ballack yang berada di depan hingga matanya pecah.

'Mudah sekali' batinnya dengan seringai.

Niura membuat kuda-kuda, ia mengumpulkan bebatuan yang ia lihat, memanfaatkan keadaan kedua ballack yang sedang kesakitan. Tangannya membuat farmasi dengan sisa-sia tenaganya. Elemen pengendali tanamannya muncul di tangan kirinya, membuat cahaya hijau menerangi sekitar. Niura melempar cahaya itu ke tumpukkan batu yang telah ia susun.

Slasss

Akar-akar besar tumbuh dan mengikat seluruh batu itu, batu yang banyak itu kini menjadi satu. Niura tesenyum, ia mengangkat batu itu dengan kedua tangannya, lalu melemparnya ke kedua ballack itu sekaligus.

Bugh!

Ballack itu terkapar, namun bangkit kembali.

Kembali membuat farmasi, cahaya berwarna ungu muncul di telapak tangannya, "Guntur!" teriaknya sembari melempar cahaya itu ke langit.

Duarr ... Duarr ...

Dua gelegar guntur kencang membuatnya menutup telinga, guntur itu mengenai tanah, hingga membuatnya retak, kedua ballack itu oleng.

Guntur masih terus bermunculan, Niura kembali membuat farmasi, "Api!" Ballack itu terbakar, asapnya mengepul, namun tiba-tiba salah satu ballack melompat dari lingkaran tanah yang retak.

Ballack yang satu itu terlihat sangat marah dengan matanya yang pecah. Taringnya berhasil menggigit betis Niura.

"Arkh ...." Niura meringis nyeri, namun ia tetap fokus pada ballack itu. Niura menggenggam pedangnya, menancapkannya ke tengkorak ballack itu hingga suara tulang yang retak terdengar.

Niura bangkit menginjak perut ballack itu tak peduli jika durinya menusuk kakinya, ia telah terbiasa. Niura segera mengalihkan pandangannya, matanya fokus pada batang pohon yang telah tumbang, Niura berlari menghampirinya, lalu mengangkatnya sekuat tenaga.

Pedangnya ia gunakan untuk memotong kayu itu menjadi tiga bagian. Ia letakkan ketiga kayu itu di atas tubuh ballack yang masih hidup. Kayu-kayu itu Niura buat runcing, lalu ia tusuk-tusukkan ke perut ballack itu.

"RRAAWWR!" Ballack itu meraung kesakitan. Satu tangannya menghentak-hentakkan tanah hingga retak. Bahkan ia menelan bebatuan yang ada di sekitarnya.

"Aww ...." Niura meringis saat duri terbesar menusuk telapak kakinya hingga membuat darahnya mengalir. Niura mengernyitkan alisnya, "Mengapa tangan ballack yang mengenai darahku menjadi hitam?" gumamnya.

Niura mencabut apel di pohon yang tak jauh darinya, ia meletakkan apel itu di kaki ballack, dan tiba-tiba apel itu membusuk.

Tiba-tiba Niura jadi teringat akan ucapan Roiden saat upacara penyucian rohnya.

"Darahmu mengandung racun, kekuatan utamamu adalah racun."

Niura tersenyum, ia menyayat kakinya, hingga darah-darah mengalir lebih deras, darah itu mengenai perut Ballack hingga membusuk.

Niura memanjat, mengambil kristal beast di punggungnya, namun ia tak mengambil bijih besi Skana karena menurutnya, ia tidak boleh serakah.

Niura berjalan terpincang menghampiri satu ballack yang hangus terbakar, kristal beast itu masih utuh, ia mengambilnya dengan semangat. Saat dihitung, ternyata kristal beast milik ballack tingkat 200 lebih banyak dari tadi sore. Ia tersenyum bahagia, "Hutangku pada kalian telah lunas," gumamnya.

Niura memasukkan dua kantong kristal itu ke dalam cincin ruangnya. Ia duduk di bawah pohon beringin, jujur ia merasa takut, namun di era kuno seperti ini--banyak yang lebih menyeramkan dari pada akar-akar yang menjulur dari pohon beringin.

Niura duduk dengan posisi lotus, tangannya ia rapatkan, matanya terpejam. Tak lama ... luka-lukanya telah pulih, namun keadaannya belum sepenuhnya pulih. Ia berdiri, segera pulang menuju tenda.

Di perjalanan, sesekali ia membunuh semut raksasa yang mengganggu, ia sangat tidak suka dengan aroma semut yang menyakitkan. Ia juga memburu kerbau untuk makan teman-temannya di tenda, dan untuk pangeran juga. Hingga tibalah ia di depan tenda. Kaki jenjangnya memasuki tenda itu, terlihat ketiga gadis yang sedang terisak, membuatnya ikut menitihkan air mata.

"Xiao Li!" Yi Jian berbinar melihat kedatangan Niura. Mendengar suara Yi Jian, membuat Liwei dan Yihua menatap ke arah yang di tatap Yi Jian. Mereka semua tersenyum bahagia, segera menghampiri Niura, lalu memeluknya.

"Xi-xiao Li ... ada apa denganmu? Mengapa kau sangat berantakkan?" tanya Yihua dengan isak tangisnya.

"Tidak ... aku hanya tersandung bebatuan saja," jawab Niura berbohong.

Yi Jian menghela napas, "Oh sukurlah ... maafkan kami telah meninggalkanmu," lirihnya.

"Tidak apa-apa," jawabnya.

Liwei mempersilahkan Niura untuk duduk, lalu ia memberikan Niura segelas air minum.

"Oh, ya, aku memiliki hadiah untuk kalian," ucap Niura membuat yang lainnya penasaran.

"Kejutan? Setelah kami meninggalkanmu, kau memberikan kami kejutan?" tanya Liwei.

Niura mengangguk, ia mengeluarkan dua kantong kristal beast dari dalam cincin ruangnnya. Membuat mereka membelakkan matanya tak percaya. Liwei mengambilnya, melihatnya, ini asli!

"Ba-bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Yihua kebingungan.

Yi Jian mengernyitkan alisnya, "Apakah ... kau membunuh ballack sendirian?" tanya Yi Jian membuat yang lainnya terkejut.

"Benarkah?" tanya Liwei.

Niura menghela napasnya jengah, "Tentu saja ... tidak," jawabnya santai.

"Lalu bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Liwei bertanya-tanya.

"Aku tidak mendapatkannya, ini adalah hasil kita semua, yang kuberikan pada Xin Qian itu adalah kristal palsu, yang asli ada di cincinku," jawab Niura berbohong.

Yihua tersenyum, ternyata perjuangannya tak sia-sia. Ia memeluk Niura dengan erat, "Tapi mengapa ini lebih banyak?" tanyanya diangguki yang lainnya.

"Ini sama, kau hanya lupa ...."

Semuanya mengangguk, ya, mungkin benar ucapan Niura. Mereka semua lupa.

Setelah lama berbicara, Niura mengalihkan pandngannya ke sekitar, "Oh, ya, dimana para pangeran? Mengapa aku tidak melihatnya?" tanyanya bingung.

Yi Jian memgangguk, "Aku pun tak tau, mungkin mereka masih berburu," jawabnya.

"Oh, ya, bagaimna jika kita memasak? Aku membeli seekor kerbau di kedai, kita masak sembari menunggu kedatangan para pangeran," ajak Niura. Mereka semua mengangguk setuju.

Saat mereka semua sedang menyiapkan daging kerbau yang telah mereka masak, tiba-tiba saja suara bising terdengar dari luar tenda. Sontak hal itu membuat Niura dan yang lainnya keluar dari tenda.

"Ada apa ini?" tanya Niura heran.

"Ikut bersamaku ...." ucap seorang wanita yang berada di antara pangeran. Niura dan yang lainnya beralin menatapnya, wanita yang tidak pernah mereka lihat, namun--Niura pikir gadis itu mirip seperti Xin Qian, namun yang ini lebih tinggi.

"Siapa dia?" tanya Yihua dengan raut kesal karena wanita itu sedari tadi menggenggam lengan pangeran Kangjian dan pangeran Xiuhuan bersamaan.

Xiuhuan berusaha melepaskan lengannya yang terus digenggam wanita itu, "Lepaskan!" teriaknya.

"Tidak akan! Aku ingin pangeran mahkota dan pangeran ketiga menjadi milikku! Kalian harus ikut denganku!" jawab wanita itu agresif.

Xiuhuan mengepalkan lengannya, giginya menggertak, urat-urat bermunculan di rahangnya, ia melepas pegangannya dengan wanita itu sekuat tenaganya, lalu pergi menghampiri Niura, lalu memeluknya.

Mereka terkejut, tetapi mereka mencoba mengerti, Xiuhuan sedang membutuhkan pertolongan Niura saat ini.

"Mengapa kau memeluk dia? Saat aku di hutan, kau dan pangeran Kangjian melirikku! Dan kalian harus menjadi milikku!" Wanita itu menarik-narik tangan Kangjian dan Xiuhuan bersamaan.

Yihua menghampiri wanita itu dengan emosi, ia mendorongnya hingga terjatuh. "Hanya dilirik saja kau sudah seperti ini? Bagaimana kalau kau tinggal setenda dengan mereka? Sudah kau apakan mereka? Memangnya di tendamu tidak ad pria lain? Bukankah setiap tenda berisi wanita dan pria, huh?" tanyanya panjang lebar. Yihua langsung menarik tangan Kangjian hingga mereka berdekatan.

Kangjian yang melihat itu tersenyum.

"Xiuhuan, Kangjian, kenapa kalian membiarkanku yang sedang terjatuh?" Wanita itu menampakkan wajah sendunya.

Xiuhuan ingin sekali rasanya membunuh wanita itu, namun sayangnya dalam pertandingan ini sangat dilarang untuk membunuh. Xiuhuan melepaskan pelukkannya dengan Niura, memandang wanita itu dengan senyuman, lalu mendekatinya membuat wanita itu tersenyum.

Setelah mereka sangat dekat, senyuman di wajah Xiuhuan hilang, berganti menjadi seringai. Ia membisikkan sesuatu ke arahnya, "Aku sudah memiliki kekasih, apakah kau lihat? Aku memeluknya, tadi."

"Baiklah jika kau kekasihnya! Maka aku berhak atas pangeran Kangjian!"

"Jalang!" Lengan Yihua terangkat, namun segera Niura hentikan.

Pangeran Minghao langsung membungkus tangannya dengan kain, ia memegang lengan wanita itu, lalu menggirngnya pulang. Ketiga pangeran mengikutinya untuk mengantarkan wanita itu ke habitat aslinya.

Niura menghela, "Siapa wanita itu?" tanyanya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 227K 46
[Bukan Novel Terjemahan] [Jangan lupa Vote setiap chapter ya prenn] Edlyn Arawinda Belen namanya siswi biasa kelas 3 SMA yang melakukan perjalanan...
Heartless [TAMAT] By Sunset

Historical Fiction

81.6K 7.8K 45
Terlahir sebagai anak kembar dari Permaisuri Kerajaan Yang. Ha Na, si kakak. Memberikan posisi yang seharusnya ia duduki pada si adik, Ha Ni. Ia memi...
1.3M 117K 200
Dia pernah menjadi boneka bagi keluarganya, mata-mata komersial dan pembunuh yang dikejar oleh polisi. Suatu hari, dia jatuh ke laut setelah dikhiana...
767K 41.1K 46
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...