SIR | Doyoung

By ikangdoyi

611K 42.6K 13.1K

❝come here, let me teach you❞ π™ˆπ™–π™©π™ͺπ™§π™š π™˜π™€π™£π™©π™šπ™£π™© konten delapan belas coret. More

Bagian 1 - Him
Bagian 2 - Her Touch (+18)
Bagian 3 - brothers
Bagian 4 - Shock
Bagian 5 - Intimidation
Bagian 6 - Talk
Bagian 7 - Bulan dan bintang
Bagian 8 - Komitmen
Bagian 9 - Perundungan
Bagian 10 - Things we don't know
Bagian 11 - Pillow Talk (+18)
Bagian 12 -"Issue"
Bagian 13 - Teror dan Belenggu
Bagian 14 - Belenggu rasa.
Bagian 15 - Jarak
Bagian 16 - A Fact
Bagian 17 - Tentang Rasa dan Asa.
Bagian 18 - Gadis kecil.
Bagian 19 - Painkiller
Bagian 20 - Kelabu.
Bagian 21 - Perkara Bahagia.
Bagian 22 - Kepada semua luka.
Bagian 23 - Keluh Kesah Rindu.
Bagian 24 - Egois.
Bagian 25 - Beautiful Disaster
Bagian 26 - Let's revealed.
Bagian 27 - Our Senses (+18)
Bagian 28 - Decision
Bagian 29 - Cinta dan Rahasia.
Bagian 30 - Invitation
Bagian 31 - Special Day
Bagian 32 - Our (+18)
Bagian 33 - Love and Hate Relationship
Bagian 34 - Funny Stripe
Bagian 35 - Extra-Care
Bagian 36 - Special Chapter[flashback]
Bagian 37 - Heal, learn, grow, love
Bagian 38 - Dorayaki
Bagian 39 - Long time no see
Bagian 40 - Decap Kasih Sayang
Bagian 41 - Sakit hati dan masa lalu.
Bagian 42 - Sweet Liar
Bagian 43 - Afeksi dan Duka
Bagian 44 - Make A Wish
Bagian 45 - Time Description
Bagian 46 - Birth
Bagian 47 - Touch, Lust, and Desire [18+]
Bagian 48 - The Hidden Reason
[S2] Bagian 50 : After New Year
[S2] Bagian 51 : DΓ©jΓ  vu
[S2] Bagian 52 : Mimpi
[S2] Bagian 53 : Sweet Nothing.
[S2] Bagian 54 - Day in Night
[S2] Bagian 55 - Presence
[S2] Bagian 56 - Little Gift
[S2] Bagian 57 - Truth or Lies
[S2] Bagian 58 - Birthday Party
[S2] Bagian 59 - Move in Silence
[S2] Bagian 60 - Poison
[S2] Bagian 61 - Fight
[S2] Bagian 62 - Athalla
[S2] Bagian 63 - Lintas Waktu
[S2] Bagian 64 - Mysterious Message
[S2] Bagian 65 - Ayah
[S2] Bagian 66 - Jingga's Gone
[S2] Bagian 67 - Beautiful Mistake
[S2] Bagian 68 - Best Condition
[S2] Bagian 69 - Strategy
[S2] Bagian 70 - Break A Leg

Bagian 49 - Never stop the End in one start.

6.8K 399 157
By ikangdoyi

Part terakhir. Sebenernya nggak tega buat nulis ini karena aku nggak bakalan ketemu lagi sama temen temen yang selalu boom like sama komentar2 di work ini lagi. Ah sedih, ini harus berakhir.

Ya sudah let's check!!!













"Ahh.."

"I-iya enak."

"Dimana?"

"D-disituhh Mima..."

" ... "

"Ahh lagiiii."

"..yang keras sayang"

"Mhh."

"??"

"Shhhh."

".... ahh."












"Aku mijitin kamu udah kayak apaan deh Mas, ngedesah mulu!" Sungut Kejora. Sebab sebenarnya suaminya tengah menggodai dirinya. Doyoung baru pulang dari luar kota, mendampingi beberapa mahasiswanya yang diikut sertakan lomba.

Doyoung kini berbalik. Kini posisinya terbalik. Yang tadinya Kejora berada di atasnya sedang memijat suaminya, sekarang Doyoung yang memegang kendali itu. Kendati tak bisa dipungkiri betapa rindunya sang istri akan kehadiran suaminya yang seminggu tak ada di rumah. Bukan hanya merindukan peluk, sentuh, cium, dia juga merindukan hal hal yang biasa Doyoung lakukan untuknya. Memanjakannya dan menghibur dirinya di kala kelelahan menjaga dua anak-anaknya yang masih kecil.

Doyoung menatap binar binar kerinduan pada istrinya. Bagaimana saat istrinya mengusap lembut pipinya, sentuhan jemarinya yang selalu menyapu bagian rahang serta seluruh lehernya hingga bagian tengkuk yang suka sekali dijamah istrinya ketika bibir mereka saling bertaut satu sama lain.

"Aku kangen kamu."

Kejora melihat wajah lelah suaminya kini, rambut basah Doyoung mengalir hingga bagian terujung mengenai dada sang istri, hingga gemericik basahnya membuat kedua insan itu saling menerpa kulitnya yang basah, berpadu satu dengan yang lainnya.

Doyoung meraup bibir tipis istrinya yang hanya dibaluri lipbalm berwarna pink beraroma stroberi yang ikut menyegarkan balur rasa di dalam bibirnya. Menempel penuh lekat di keduanya. Beradu dan saling menghabiskan.

Sesekalinya Doyoung menurunkan piyama sang istri yang tipis dan sudah diberi arahan oleh Kejora untuk segera menanggalkan apa yang dia kenakan sekarang. Kejora membutuhkannya sekarang, begitupun Doyoung.

Cecapan cecapan rakus yang Doyoung berikan tak cukup puas untuk menuntaskan apa yang harus dia bayar selama kepergiannya. Kejora jadi sedikit agresif sekarang.

Doyoung belum melepaskan apa yang dia kenakan, tapi dia sudah melucuti hampir keseluruhan dari yang dikenakan Kejora. Istrinya itu sangat suka dia mengendap pada ceruk lehernya. Memberikan rasa hangat sembari mendengarkan kata kata sensual yang keluar dari mulut suaminya untuk mengguncangkannya.

"Aku kangen kamu Mima," ujarnya lagi, makin mendalam ciuman yang Doyoung berikan. Kejora bergelinjang kuat sambil memegangi lekuk lengan kekar Doyoung. Rasa yang menggilainya, membuatnya hampir melayang jauh, itulah hal yang begitu dia rindukan, sentuhan sang suami yang kadang kala menghampirinya setiap malam. Di malam malam saat Doyoung tak ada di rumah.

Doyoung berharap Kejora tak terburu buru sekarang, dia hanya ingin menyimpan energinya untuk jangka waktu yang lama. Mungkin bisa saja dia melakukannya selama sehari semalam penuh.

Kejora mendengar desis bunyi kecil yang jatuh. Doyoung sudah melepaskan celananya dan dia sudah sangat siap mendapatkan apa yang dia inginkan bersama sang istri.

Kejora memeluknya dalam. Meraup leher jenjang nan putih milik Doyoung. Memberikan kissmark yang cukup untuk menodai area bersih yang selalu jadi kebangaan pria itu. Doyoung hanya  berdehem sesekali, menandakan bahwa dia juga ingin cepat sampai pada aktivitas intim yang biasanya mereka lakukan.

"Pakai dulu nggak?" Tanya Kejora disamping suaminya yang masih memeneli leher istrinya dengan pekat.

"Emang nggak mau punya anak lagi?" Bisik Doyoung, dia berdesis di telinga sang istri.

"Udah dua Mas.."

Doyoung tersenyum menciumi area dada sang istri. "Jingga kemaren minta adik sama Daffin, Mas bilang mintanya sama Mima, bukan sama kakaknya."

"Jingga minta adik?"

"Iya."

"Mau ya?"

Kejora sedikit terpekur atas permintaan anak keduanya itu, pasalnya Jingga baru berusia 5 tahun Daffin apalagi, mereka hanya beda beberapa bulan saja.

"Iya Mas"

Menyanggupi keinginan sang anak dan sang suami akhirnya Kejora tetap menurutinya, bagaimanapun, Kejora rindu menggendong seorang bayi mungil di pangkuannya. Apalagi Daffin dan Jingga sudah masuk sekolah PAUD, sebenarnya dia ingin fokus mengurus kedua anaknya itu. Tapi apadaya, dia tidak bisa menolak apa yang diinginkan  sang suami untuk itu.

Doyoung mengembangkan senyumnya "terima kasih sayang" ujarnya kemudian. Doyoung kembali menuntaskan lagi kebutuhannya dengan perasaan bahagia.

"Take off your clothes." Murungnya. Karena Doyoung masih menggunakan pakaiannya lengkap.

"Hold on."

"Why?"

"I love to seeing your face like that.  like .. you really want me in you. Right?"

"Of course not" selanya. Kejora menolak, yang begitu menginginkan hanya Doyoung, namun sebaliknya. Kejora hanya menutupi fakta itu.

"Apa sih jual mahal sama suami sendiri."singgung Doyoung, setelah itu dia langsung menaiki seinci demi inci tubuh istrinya lagi. Merasakan gejolak cintanya kian makin memuncak dan sangat bergairah.

"Im really want you in me, Im really missed your touch, your scent, and .. " telunjuknya dia arahkan ke bibir sang suami. " your bad word, even bad to me.. in our bed."

"Don't pass again this moment, I really like the movement when you called me, moan my name and hug me tight in your  neck." Kembali bertukar saliva, saling merengkuh satu sama lain, mereka memiliki banyak waktu dalam satu malam untuk saling merasakan banyak kerinduan yang dalam dan baru tersalurkan. Doyoung juga baru tahu kali ini Kejora mampu meladeni suaminya itu yang maniak akan kegiatan itu. Dia merasa terpuaskan, dan bahkan mengingatnya saja bisa sampai membuatnya ingin mengulang malam malam dimana mereka bercinta penuh hasrat, gairah, nafsu, dan jangan lupakan kasih sayang.

***

"Mima, Jingga mau mainan itu" tunjuk anak kecil yang memegangi bagian ujung permen kapasnya yang sudah habis.

"Loh itu kan abang juga punya, kita pinjem punya abang aja ya?" Rayu Kejora, namun Jingga malah menangis, sebab dia ingin punya mainan lilin lilinan yang bisa diolah beserta alat penggunaanya.

"Mas? Jingga nangis, mau mainan kaya Daffin juga."

Doyoung menggendong putri kecilnya. "Jingga mau bener? Kalo Ayah beliin Jingga bakal nurut sama Mima sama Mas Daffin juga sama Ayah?"

"Jingga janji Ayahh."

Akhirnya Doyoung benar membelikan mainan itu, Jingga senang bukan main, akhirnya dia mendapatkan apa yang di inginkan. Disamping itu Kejora mengomeli Doyoung karena dirasa hanya buang buang uang saja padahal Daffin juga memiliki mainan yang sama.

"Gapapa sayang, biar mereka punya masing masing dan nggak berantem, kamu inget kan kalo playdoh Daffin warnanya dicampur campur sama adiknya jadi nggak ada bentuknya dan dia marah sama Jingga?"

Kejora membenarkan hal itu, memang iya mereka harus dibelikan masing masing satu biar tidak saling iri dan saling bermusuhan.

***

"Wira" panggil salah satu seorang teman lama yang baru saja kembali dari luar kota.

"Nggak kangen gue?" Ucap Luke, dia baru saja mendapatkan pekerjaan barunya dan akhir akhir ini Wira memang tinggal di rumah seorang diri.

Wira menyambut dengan hangat sahabat karibnya itu. Wira juga membagi tempat tinggalnya dengan Luke, dia mengatakan sering bermimpi buruk belakangan ini, sementara Luke memang berniat mencari kos kosan di sekitar situ.

Masuk ke dalam rumah sambil merebahkan tubuhnya. Luke tanpa izin langsung mengambil ih kasur Wira. Dia memang seperti itu, bahkan Wira jauh lebih tau luar dalam kelakuan temannya itu.

"Cuci tangan dulu, jangan main nemplok aja Luke." Tegur Wira.

"Gue capek. Mau bobo dulu ya." Luke memang blak blakan. Ranjang yang baru saja dibersihkan Wira langsung dipakainya untuk tidur saat itu juga.

Wira melihat banyak barang yang dibawa Luke, dia membawanya ke lemari di rumahnya dan menempatkan barang barang itu pada ruangan yang masih bisa digunakan. Dia mengeluarkan barang barang yang tidak penting dan membuka sebuah box kecil. Isinya foto foto lama yang tersimpan mengisi ruang disana.

Wira tersenyum, mungkin. Dia mendapati wajah mungil itu tersenyum untuknya. Sepupunya yang selalu bermain bersamanya kala itu. Hingga menemaninya sampai fase remaja.

Ada rasa bersalah yang hinggap disana. Kenapa saat itu dia tidak melaporkan kelakuan pamannya, mengapa dia membiarkan sepupunya kesakitan atau Wira hanya diam saja saat Hany dilecehkan oleh Ayahnya sendiri.

Wira hanya bisa bungkam dan menyesali perbuatannya. Kini hanyalah rasa sesal yang tersimpan di dalam sana. Menampung semua beban yang saat itu Hany rasakan. Sehingga Hany harus menjadi seorang kriminal agar mendapatkan apa yang dia inginkan.

Saat ini Wira sudah hidup lebih baik dari sebelumnya, dirinya dinyatakan bebas karena bantuan Keidar yang juga memberikan kesaksiannya saat itu. Dia juga merasa bersalah harus melihat Kejora disiksa sebegitu parah oleh sepupunya. Wira sempat mendatangi kembali rumah itu dan meminta maaf sedalam dalamnya pada Doyoung, terutama Kejora.

"Hidup dengan lebih baik disana." Ujar Wira, dia menempatkan beberapa bunga mawar untuk menghiasi makam Hany yang kosong dan hanya sisa daun kering yang menghiasi pemakamannya.

"Oh? Halo"

Sapa Wira saat seorang pria berjalan masuk ke makam itu juga. Dia mengenali pria itu, wajahnya tampak tak asing.

"Iya. Siapa ya?" Jawab pria itu. Dia tersenyum kikuk, karena tidak mengenali orang yang tengah menyapa dirinya.

"Oh. Saya salah orang, maaf." Wira langsung pergi tanpa memberitau identitas dirinya. Mungkin dia salah orang, tapi dia yakin, pernah bertemu pria itu sebelumnya.

"Udah lama?" Tanya wanita yang rambutnya diikat ke belakang. Rok selututnya menyapu pemandangan pria itu.

"Lain kali kalo pake baju jangan pendek pendek." Ucap pria itu mengingatkan. Akhirnya dia berdiri dan merentangkan jaketnya kepada wanita yang sedang duduk bersamanya.

"Hanna."

"Jefry."

Saling berkenalan satu sama lain. Hanna adalah seorang chef ternama yang juga satu sekolah bersama Jefry di luar negeri pada saat itu.

"Sendirian aja Jef, single?"

Jefry tertawa, mengiyakan pernyataanya. "Kalo iya kenapa? Miris banget ya?" Alih alih menjawab tawa, Hanna malah memasang wajah seriusnya.

"Gue juga sendiri Jef."

Dan saat itu juga Jefry baru menyadari, Hanna adalah orang yang selalu mendekatinya di setiap pertemuan kelas. Hanna akan selalu duduk disebelahnya dan selalu meminta berjalan bersamanya kemanapun Jefry pergi.

"Ya kenapa gitu kalo sendiri?" Jawab Jefry datar.

"Sendiri gak enak loh Jef, truk aja gandengan masa kita enggak?"

Jefry tak menggubris pembicaraan Hanna, dia terlalu bersikukuh mendapatkannya. Untuk saat ini yang Jefry inginkan hanya mengembalikan ingatan lamanya, dia kehilangan hampir seluruh memorinya. Bahkan terkadang dia tak mengenali Jeno maupun Doyoung yang merupakan saudaranya sendiri.

***
#Bentar bentar .. teteh mau
setel lagu from home dulu guys.

Jingga menangis ketika pulang sekolah, Daffin mengatakan beberapa teman teman perempuannya di sekolah meledekinya dan mengatakan bahwa ia terlalu cengeng dan akhirnya teman temannya pun senang meledekinya seperti itu.

"Jingga kenapa nggak berani bilang sama mereka? Mas Daffin juga diem aja memang? Adiknya nggak dibela?" Tegur Kejora pada Daffin.

"Tadi Daffin udah bilang ke mereka kok Mima, jangan kayak gitu, mereka kan temenan, tapi Jingganya nangis terus Mima" adu Daffin pada sang Ibu.

"Yaudah Mas Daffin ganti baju dulu, sambil makan, Mima mau diemin Jingga dulu ya."

Daffin mengangguk mengikuti anjuran Kejora dan kini hanya ada Jingga dan Kejora di dalam kamar Kejora.

Kejora mengelus rambut Jingga penuh sayang mengecup kepala anak itu, menciumi wangi sampo stroberi yang digunakan Jingga pagi tadi.

"Jingga kenapa nangis? Mima kan nggak ngajarin Jingga buat jadi anak yang cengeng? Tuh kan jadi diledek temen temennya deh."

Tangisnya makin memecah kamar Kejora. Jingga melirih, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi semua itu terpotong oleh semua emosi sang putri kecilnya.

"Sstt stttt, apa mau Mima telpon Ayah ya? Biar Jingga nggak nangis lagi?"

Biasanya Jingga akan berhenti menangis di peluk Ayahnya. Doyoung sangat dekat dengan putrinya itu. Bahkan Mimanya saja tak bisa cepat mendiami anak itu. Jingga memang terasa spesial untuknya.

"Jingga bilang sama Mima, Jingga kenapa?"

Jingga menghapus air matanya, dia mau membuka mulutnya.

"Tok tok tok!!!"

Kejora terperanjat hebat. Dia kebingungan saat Doyoung pulang lebih awal.

"Kok Ayah udah pulang cepet?" Sapa Kejora, Kejora melepaskan kemeja yang memeneli di tubuh suaminya. Dia membawakan tas Doyoung dan menyimpannya. Sementara itu dia melihat satu tetes air mata putri kecilnya yang jatuh.

"Jingga kenapa nangis sayang?" Doyoung buru buru menggendong Jingga dan rupanya Jingga hampir mengusaikan tangisnya di pundak sang Ayah. Jingga merasa tenang dan kini dia bisa bercerita pada Mima dan Ayahnya.

"Jingga tadi diledekin temen temennya Ayah, tapi tadi Jingga belum bilang apa apa, sekarang ada Ayah sama Mima, Jingga mau kan cerita sama kita?"

Jingga mengangguk dan mengeluarkan buku tulisnya.

"Tadi kan Jingga disuruh ceritain keluarga Jingga ke depan kelas," Jingga bercerita, masih sedikit sesenggukan.

"terus kan ada foto Ayah sama Mima sama Mas Daffin di bukunya Jingga. Terus temen temen bilang, Mas Daffin mirip sama Ayah, tapi Jingga nggak mirip sama Mima."

Jingga menangis lagi.

Doyoung buru buru memeluk putri kesayangannya itu. Tanpa dijelaskan pun dia tahu.

"Katanya Jingga bukan anak Ayah sama Mima soalnya Jingga beda sendiri mukanya."

"Mima.. Jingga anaknya Mima kan?" Sekarang Kejora yang meratapi binar bening yang keluar dari netra putri kecilnya.

Wajahnya mengingatkannya pada seseorang.

Kejora buru buru memeluk putrinya makin mengerat. Walaupun Jingga bukan darah dagingnya, Kejora menyayangi anak itu sepenuh hati. Air bening ikut menetes di pelupuk kanan matanya. Dia hanya takut jika Jingga mengetahui fakta yang sebenarnya tentang orang tua kandung Jingga.

"Jingga anaknya Mima, sama kayak Mas Daffin, jadi Jingga nggak boleh dengerin temen temen bilang begitu sama Jingga. Sampai kapanpun, Jingga itu anak perempuan Mima yang paling Mima sayang, Mima sayang banget sama Jingga." Pelukan itu tak kunjung usai, sementara itu Jingga juga meminta kepastian dari sang Ayah, apalagi mereka memiliki ikatan darah yang sama.

Doyoung mengerti kenapa anak itu merasa dekat dengannya. Mungkin itu semua karena Jefry, karena sang adik. Mereka pasti punya ikatan batin yang sangat kuat. Doyoung selalu berharap Jingga bìsa bertemu dengan sang Ayah suatu hari nanti, dan sang Ayah mengakui keberadaan maupun statusnya saat ini.

"Jingga bukan anak Ayah kalau Jingga cengeng." Jawab Doyoung, ia menjawil pipi Jingga dengan gemas.

"Jadi kalau Jingga nangis, Jingga anak siapa dong Ayah?"

"Anaknya Om Haechan Mau?"

Doyoung menggelitiki perut putrinya dan mengajaknya tertawa bersama.

"Enggak mau, kemaren kata Mas Daffin Om Haechan ngompol di kasurnya Mas Daffin tau Yah!!" Adu Jingga.

"Beneran Mima?"

Kejora mengangguk sambil menahan tawa.

"Haechan bergadang sampe pagi waktu libur kemaren, dia minum minuman soda sama es batu, habis kali 2 botol gede mah Mas.. kayaknya gara gara itu deh."

Doyoung yang tak percaya tertawa terbahak bahak. Dia memeluk putrinya penuh bahagia. Dia tak pernah membedakan rasa kasih sayang seperti apa yang dia bagi antara Daffin dan Jingga. Bagi Doyoung mereka sama, harus diberikan kasih sayang yang seimbang. Begitupula Kejora, yang memiliki ikatan kuat pada anak itu walaupun tak ada hubungan darah sama sekali. Dia merasa berhak atas Jingga, dan Jingga merasa Mimanya itu adalah seorang Ibu terbaik yang pernah ada di dunia.

***

Doyoung mengganti bajunya menjadi piyama tidur. Kejora sudah terlelap disampingnya. Dia memandangi raut wajah sang kesayangan.

"Kenapa nggak tidur malah lihatin aku?" Tanya Kejora, rupanya dia masih bergumam disana.

"Yaudah tidur Ayo, Mas kelonin."

Kejora membuka matanya kembali, melihat Doyoung memandanginya penuh arti.

"Mas nggak tau kamu sesayang itu sama Jingga." Ujar Doyoung. Dia masih penasaran mengapa Kejora bisa sangat menyayangi anak itu.

"Rasa sayang itu bisa tumbuh kapan aja Mas. Sama kayak aku ketemu sama kamu pertama kali."

"Langsung sayang, emang bisa gitu?"

Kejora terkekeh mendengar penuturan suaminya.

"Bisa dong." Balasnya.

"Aku tuh ngerasa Jingga tuh kayaknya sehati banget Mas sama aku, aku sayang banget sama Jingga. Sama kayak Daffin, mereka itu udah kayak adik kakak beneran Mas."

Kejora merengkuh tubuh Doyoung. Memeluknya erat.

Doyoung tersenyum. "Semoga ini pertanda baik untuk kehidupan kita selanjutnya. Saat Jingga sudah siap, Jingga harus diberitahu semuanya ya."

Kejora mengangguk mengiyakan.

"Jingga harus bisa menerima. Mas yakin Jingga bisa, lagipula akta Jingga juga udah Mas urus kok, Jingga memang udah jadi anak kita."

"Makasih ya Mima, mau sayang sama Jingga, walaupun Jingga bukan anak kamu," tutur Doyoung penuh perasaan
Dia memejamkan matanya seperti menyampaikan dengan penuh perasaan.

"Mima mau berdoa sama Tuhan, semoga kita dikasih sehat terus, umur yang panjang, biar kita bisa ngurus Daffin sama Jingga sama sama, dan semoga .. Suatu hari nanti, Jefry bisa tahu tentang identitas Jingga. Suatu hari nanti, Aku percaya Jefry akan mengakui anak ini."

































S E L E S A I.

08 November 2020'
Sir | Doyoung














Doyoung

Kejora

Jefry

Mas Daffin gemes banget sih. Gamau aunty bawa pulang aja nih??



Dek Jingga jangan nangis terus, ga ada air mata isi ulang loh kalo habis 😣












Udah sampe di penghujung cerita.

Thank you so much buat yang selalu nungguin cerita ini Up

Bener bener di luar ekspektasi aku kalau cerita ini bisa sampe banyak yang baca.

Terima kasih para readers, temen temen mutual aku di dunia per-wattpadan ini. Semua saran, semua komentar kalian aku bener bener baca dan itu memotivasi aku banget. Aku beneran apresiasi itu. Aku jadiin itu semangat dan berusaha agar tetap konsisten.

Harus berpisah sama Doyoung, Kejora dan krucil krucil mereka hue, sad bgt hiks :"

Sedih banget karena emang cerita ini harus aku tutup huhu.

Untuk semuanya aku mau ngucapin.

TERIMA KASIH.

SIR DOYOUNG AKU TAMATKAN HARI INI.

Untuk bonus chapter maybe ... kemungkinan bakal ada sih hehe.

Untuk sekuel? Aku belum kepikiran. Temen temen yang punya masukan silahkan komentar disini ya.

Atau mau ketuk DM ku? Boleh banget shay!

Buat kalian yang cari aku, aku ada di work ini.


Bucinnya Taeyong wajib mampir!


BTW INI BARU NETES BANGET HEHE

Yang suka genre family, angst, thriller, horror boleh mampir. Aku masukin genre fantasy juga disana.

Banyak genrenya? Iya soalnya pengen bikin cerita yang beda. Yang gak masuk di akal.
:")



Ok see you di kesempatan yang lain temen temen dunia orenku.

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 41.2K 7
[Alternate universe] Nikah sama ketua tim basket sekolah yang famous itu, hmmm ada manis manis paitnya gitu:( Β©jungsereal cover by @aquilaeee Sudah...
105K 13K 17
sebatu-batu nya dia, secuek-cuek nya dia, sedingin-dingin nya sifat dia, cuma dia cowok yang paling peka. βœ”nonbaku βœ”bahasa kasar #367 in Short Story ...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
463K 4.9K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...