My Dearest Cousin (Jitzu)

By prjh97

76.9K 10.4K 2.5K

Tzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan... More

Gratisan maunya?
Eh sayang
Ember sialan
Saran dari Mina
Menulis puisi
Ada yang terdengar lagi?
Belanja ke Pasar
Nggak asik nih
Selamat Tinggal
(Trailer atau Ilustrasi)
Baik-baik saja
Dia aneh
Vlog
Chattingan
Cuaca yang cerah
Packing
Kok canggung ya
Ya udah iya
Pada akhirnya
Puisi Tzuyu
Bonus?
SEASON II
SNM? SBM?
Taman Pintar
Masih SMA
Dinner uwu
Kepompong
I can't stop me
Pertemuan
Missunderstanding
Sekarang bukan cuma itu
Geli banget!
Batal UN
Kesepakatan
Aku datang
Kepergok
Jelly Jelly
Oh no!
Kita nggak usah kuliah aja, Jihyo
Double virtual date?
Pulang
Disappointed
Balik lagi
Yang bukan aku
If
So
Us

Good day tapi bukan kopi

1.4K 205 31
By prjh97

Sejak pulang dari restoran Jepang tadi, Tzuyu hanya diam menatap ke arah jendela mobil dan tidak berbicara sepatah katapun pada Jihyo. Menoleh pun tidak. Jihyo yang ingin membuka pembicaraan jadi takut karena sikap Tzuyu. Tapi ia sadar, jika ia tidak memulainya Tzuyu akan tetap diam.

"Tzu...." Panggil Jihyo

"Hm?" Saut sang empunya nama tanpa berpindah posisi sedikit pun.

"Maaf" ucap Jihyo, membuat Tzuyu menoleh.  Ia sedikit kaget karena tidak berekspetasi sama sekali bahwa Jihyo akan minta maaf.

"Maaf bikin kamu nggak nyaman tadi" lanjut Jihyo. Tzuyu menggeleng tidak setuju dengan permintaan maaf tersebut. Biar bagaimanapun mendengar Jihyo minta maaf rasanya tidak pantas bagi Tzuyu. Kan semua ini gara-gara Yerin. Pokoknya Yerin.

"Jangan minta maaf. Tapi bolehin aku nyantet Yerin aja" kata Tzuyu. Jihyo melotot. Rasa takutnya hilang begitu saja tergantikan dengan rasa greget ingin mencubit bibir Tzuyu yang suka sembarangan bicara. Apa-apaan tiba-tiba main santet?

"Nah kan sekarang siapa yang ngomongnya nggak diayak?" Tanya Jihyo sewot. Tzuyu terkekeh. Melihat Jihyo kesal, amarahnya jadi hilang begitu saja.

"Dia ngeselin banget sih!" Balas Tzuyu  setelah selesai tertawa.

"Dia kating aku, lho! Lebih tua dari aku. Jadi ya harus dihargai dong!"

"Ya iya, tapi...genit banget. Ah tau ah pokoknya ngeselin!"

"Gitu-gitu dia banyak yang suka lho, Tzu. Primadona kampus"

"Bodo amat!" Sahut Tzuyu. Jihyo terkekeh. Nggak ada yang lebih imut daripada Tzuyu yang cemburu.

"Kenapa kating manggilnya nggak pake kak?" Tanya Tzuyu

"Kenapa kamu adik sepupu aku manggilnya nggak pake kak?" Balas Jihyo

Tzuyu mendengus "Aku kan pacarmu juga!"

"Hahaha gitu yaa?" 

"Ngeselin banget masih dipertanyakan!" Tzuyu menggerutu lagi. "Gara-gara Yerin nih! Udah jangan bahas dia lagi!"

"Hahaha iya iya" jawab Jihyo. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan obrolan-obrolan ringan.

"Hyo, cita-cita aku itu mau nyupirin pacar aku keliling-keliling Jogja, lho!" Ucap Tzuyu. Ia masih berusaha membujuk Jihyo mengenai masalah yang tadi pagi. Siapa tau dengan bahasa begitu Jihyo luluh dan mengizinkannya mengendarai mobil sekarang.

"Hahaha, cita-cita yang mulia tuh! Kamu daftar aja jadi supir grab biar cepet tercapai!"

Dan Tzuyu juga masih saja gagal. Benar-benar nih si Jihyo ini, teguh sekali pendiriannya.

*****

"Kenapa kita ke hutan?" Tanya Tzuyu saat Jihyo baru saja selesai parkir lalu menarik rem tangan mobilnya. Jihyo terkekeh pelan mendengar pertanyaan Tzuyu.

"Hutannya kan nggak hutan banget juga nih!" Jawab Jihyo. Ia memang sengaja membawa Tzuyu ke sini, ke tempat favoritnya yang ingin sekali ia kunjungi bersama Tzuyu.

"Ini tempat wisata?" Tanya Tzuyu seraya merapihkan anak rambutnya lalu keluar dari mobil, menyusul Jihyo. 

"Iya, hutan pinus mangunan" jawab Jihyo seraya mengunci mobil dan melangkah menuju loket pembelian tiket bersama Tzuyu. "Sebentar, aku beli tiket dulu" pamit Jihyo.

"Iya" ucap Tzuyu dan berdiri di belakang Jihyo.

"Selamat siang mbak, untuk berapa orang?" Tanya sang penjaga loket dengan senyuman ramah. Jihyo membalas senyum itu tak kalah ramah.

"Siang mbak.. ehmm.. untuk dua orang" jawab Jihyo seraya memberikan selembar uang sepuluh ribu rupiah. Lalu sang penjaga loket mengembalikan dengan dua lembar uang dua ribu rupiah. Jadi ternyata harga tiketnya cuma tiga ribu rupiah per satu orang. Tzuyu heran, kenapa bisa murah begitu?

"Terima kasih, mbak!" Ucap Jihyo.

"Sama-sama, mbak!"

Kini Jihyo menghampiri Tzuyu yang dari tadi menunggunya.

"Kok murah banget?" Tanya Tzuyu pelan seraya berjalan masuk bersama Jihyo. Jihyo terkekeh geli mendengar pertanyaan itu. Memang dasar anak kota taunya yang mahal saja.

"Hahaha. Kamu enggak pernah sama sekali ke tempat wisata alam ya?"

"Pernah, tapi nggak merhatiin harga tiketnya. Biasanya kan sama mama atau papa" jawab Tzuyu, ia melangkah di samping Jihyo yang tiba-tiba sudah naik ke bagian tanah yang konturnya lebih tinggi. Jihyo berjalan di atas susunan batu panjang dengan kedua tangan merentang, berusaha menyeimbangkan badannya sendiri.

"Kan tempat wisata alam emang gitu, emang murah! Lagian kan tujuan aslinya ini sebagai penyangga ekosistem, kalau hasil pendapatannya ini bisa dibilang bonusnya aja" Ucap Jihyo. Tzuyu tak percaya. Bukan tak percaya ke arah negatif, tapi lebih tepatnya ini adalah tidak percaya ke arah dimana ia heran kok pacarnya tau segala hal. Bahkan urusan ekosistem segala.

"Tau dari mana kamu?"

"Belajar dong! Aku punya temen anak kehutanan yang sering banget ngajak ke tempat wisata alam. Biasanya dia sambil ngejelasin gitu"

"Kenalin ke aku dong!" Pinta Tzuyu. Jihyo menghentikan langkahnya sebentar, lalu berusaha mengingat-ingat informasi tentang temannya itu untuk diceritakan kepada Tzuyu. Walaupun sebenarnya tidak terlalu penting juga untuk diceritakan.

"Hm... Namanya Rose. Katanya ibunya suka banget tumbuhan, makanya dia di kasih nama Rose. Gara-gara itu juga dia jadi suka tumbuhan! Jadi masuk ke Kehutanan deh! Nanti kapan-kapan aku kenalin ke kamu!" 

"Oh jadi dia masuk kehutanan gara-gara ibunya.... Kirain gara-gara mau jadi Presiden!" Canda Tzuyu, membuat Jihyo tertawa.

"Hahaha! Ngawur! Kebetulan aja itu mah Presiden yang sekarang jalan hidupnya gitu! Nggak semua orang jalannya sama! Nggak semua anak kehutanan jadi presiden" Balas Jihyo.

Tzuyu terkekeh lagi. Ia merasa beruntung sekali. Jihyo ini... apapun yang ia katakan selalu merespon dengan baik. Mau lucu atau nggak lucu tetap saja tertawa. Dan obrolan mereka memang tidak jelas. Pakai bawa-bawa Rose dan ibunya segala.

"Eh licin banget ini!" Gerutu Jihyo karena baru saja menginjak sebuah batu yang dipenuhi lumut. Badannya hampir saja jatuh. Jika Tzuyu tidak menahannya dari samping, mungkin sekarang tubuh Jihyo sudah di tanah. Tzuyu mendesah malas. Ia khawatir Jihyo akan jatuh.

"Hhhh.. Kenapa naik-naik sih? Nanti jatuh gimana? Turun ah!" 

"Biarin sih, sekali-sekali aku jadi orang yang lebih tinggi dari kamu!" Balas Jihyo. Tzuyu yang tadinya kesal jadi tertawa.

"Haha iya, lupa, kan kamu pendek!"

"Kamu mah body shaming ah!" Gerutu Jihyo.

"Iya emang kamu pendek geh, gimana? hehehe" Jihyo makin cemberut

"Tapi aku suka, sih, enak dipeluk soalnya!" Lanjut Tzuyu lagi. Jihyo jadi tersenyum. Biar pedas tapi bisa manis juga mulut pacarnya ini.

"Nah itu! Sekarang gantian dong aku jadi yang lebih tinggi waktu meluk, sini peluk!" Pinta Jihyo

Tzuyu nurut. Ia menghadap Jihyo lalu membiarkan Jihyo memeluknya. Lebih tepatnya membiarkan Jihyo mendapatkan apa yang ia inginkan. Walaupun sebenarnya keinginan Jihyo sederhana dan nggak neko-neko, tapi tetap saja itu nggak bisa dikabulkan kalau nggak dalam kondisi begini, karena tinggi badan Jihyo memang sudah mutlak segitu.

"Kamu beneran anak kuliahan semester empat?" Tanya Tzuyu seraya melepaskan pelukan itu.

"Ya iyalah"

"Kok gemesin banget sih?"

"Gombal banget sih!"

"Hahaha"

Lalu Tzuyu dan Jihyo melanjutkan perjalanan mengelilingi hutan pinus tersebut seraya bercanda. Mereka juga mengambil foto selfie bersama untuk dijadikan kenang-kenangan.

Kini mereka duduk di salah satu kursi yang menghadap ke lembah curam. Menikmati semilir angin yang menerbangkan rambut mereka dengan bebas.

"Kalo udah mapan aku punya cita-cita untuk nikah di sini!" Ucap Jihyo. Tzuyu mengernyit heran.

"Di sini banget?" Tanya Tzuyu

"Iya" jawab Jihyo.

"Di sini? Harus di sini? Di pinggir jurang gini? Nggak boleh agak ke tengahan dikit?" Canda Tzuyu. Jihyo terkekeh. Bukan begitu maksudnya! Bukan di sini banget!

"Hahahaha. Ya enggak di sini banget!! Maksudnya di tempat ini! Ya tapi nggak di sininya pas, agak ke tengahan! Kamu mah nggak nyambung ih!"

"Hahaha.Ya kamu bilangnya di sini doang! Yang spesifik dong di sininya itu dimana!" Ucap Tzuyu. Jihyo lagi-lagi terkekeh. Padahal ya nggak lucu-lucu banget. Entahlah, bersama Tzuyu jadi receh sekali hidupnya. Masalah di pinggir atau di tengah saja di tertawakan.

Lalu setelah tawa keduanya mereda, Tzuyu menoleh ke arah Jihyo. Mencoba menyambung percakapan Jihyo sebelumnya.

"Sama aku ya?" Tanya Tzuyu. Dadanya mendadak berdebar kencang menyanyakan hal itu.

"Apanya?" Jihyo malah balas bertanya, lebih tepatnya pura-pura tidak tau. Habisnya dadanya juga ikut berdebar kencang karena pertanyaan itu. 

"Itunya" jawab Tzuyu

"Itunya apa?"

"Huh! Nikahnya!"

"Hahahaha!" Jihyo terkekeh. Lalu berdiri dan bersiap untuk berjalan lagi.

"Ya mungkin. Nggak tau, ah, tergantung kamunya" jawab Jihyo. Lalu menarik lengan Tzuyu karena ia sudah tak ingin berlama-lama membahas masalah itu. Ia jadi malu dan tersipu sendiri. Padahal ia yang memulai percakapan soal ini tadi.

"Udah ah. Minum teh anget di sebelah sana aja yuk, Tzu!"

Tzuyu mengangguk dan mengikuti keinginan Jihyo. Ia juga tak ingin berlama-lama membahas masalah tersebut. Biar bagaimana pun juga Tzuyu malu kalau membahas ke arah sana. Rasanya terlalu indah namun juga malu. Ya intinya keduanya sama-sama salah tingkah. Kalian harus paham walaupun belum tau bagaimana rasanya salah tingkah karena membahas pernikahan dengan pacar.

"Sama mie rebus sekalian ya!" Pinta Tzuyu, menyambung keinginan Jihyo minum teh hangat.

"Hahaha makan terus ya kita. Nggak mau bakso aja?"

"Eh iya bakso aja!"

"Yeay!! Ya udah ayo gas!"

"Hayuk meluncur!"

"Hahahaha"

Dan setelah itu mereka menghabiskan waktu untuk makan bakso, berkeliling-keliling, lalu pulang ke rumah. 

Hari ini hari yang menyenangkan untuk Tzuyu.

Sederhana namun bermakna.

___________
21-10-2020

Continue Reading

You'll Also Like

580K 22.6K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
56.6K 6.4K 33
"bukan salahku untuk berharap" -tzuyu