Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

684K 88.6K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

15. Salah paham

13.4K 1.5K 27
By desphrodite

Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke kediaman permaisuri. Kembali ke rumah gubuk yang sangat sederhana dengan Royden sang Dewa kematian yang mengikuti. Merasa kelelahan akibat aktivitas seharian ini, mereka semua memutuskan untuk bermain dan bersantai di sungai dekat air terjun yang mengalir dari gunung gaxia.

Sungai yang sangat asrih dengan air yang mengalir ditambah bebatuan alami yang berceceran menambah kesan segar dalam diri mereka terlebih pada Niura yang sedari tadi membanding-bandingkan sungai gaxia dengan sungai di kehidupan sebelumnya yang dipenuhi bebatuan cor dan airnya yang sudah tidak jernih, membayangkannya membuat Niura sangat cinta keadaan di sini dan sangat bersukur bisa berada di sini dengan orang-orang yang ia sayang, kecuali pria itu.

Setelah lama bermain air, mereka semua kembali pulang ke rumah gubuk di tengah hutan. Berpisah menuju kamar masing-masing kecuali Royden yang memilih tidur di ruang dimensi lain miliknya. Namun sebelum itu, Royden memutuskan untuk menunggu istrinya tidur terlebih dahulu.

Niura menghela napas jengah melihat sang Dewa kematian sekaligus sang Raja Naga yang sedari tadi mengoceh di pinggir ranjangnya membuatnya semakin tidak ingin tidur.

"Istri ... mengapa sedari tadi kamu tidak tidur?" ucap sang Raja Naga sambil mengelus-elus kening Niura.

Niura membalikkan badannya berbaring menghadap Royden di belakangnnya. "Berhenti memanggilku dengan sebutan istri! Aku menikah denganmu saja tidak pernah, lalu dimana alasan untuk mu memanggilku begitu?" Tangannya mengepal, giginya menggertak. Niura sebenarnya sangat ingin untuk memukul pria di hadapannya, namun itu percuma. Karena jika ia memukulnya, maka lengannya sendiri yang akan sakit karena yang di hadapannya ini hanya roh Royden saja. Sementara tubuhnya telah terlelap nyenyak di ruang dimensinya.

"Istri---

"Enyah!" Niura kembali membalikkan tubuhnya berusaha untuk menghindari kontak mata yang akn membuatnya semakin marah saja.

"Tapi kau harus mengerti ...." Royden kembali mengelus rambut biru bercampur merah milik Niura dengan tatapan bersalah.

"Mengerti apa? Jangan karena kau telah membantuku menyucikan roh ku yang kotor ... lalu kau seenaknya menggangguku setiap saat. Menghasut ibuku agar dia menerimamu? Hei ... kau sadar! Aku ini manusia sungguhan! Bukan naga ataupun seorang Dewi yang pantas dicintai seorang Raja Naga sekaligus Dewa seperti mu?"

Cairan bening mengalir di pipi mulus Niura dengan derasnya dengan Niura yang sesenggukkan. Royden yang ingin menyeka air mata tersebut merutuki dirinya sendiri karena tubuhnya yang tembus pandang bahkan ia tidak bosa memegang apapun saat ini.

Royden menghela, "Aku tidak akan menentangmu lagi jika kau menginginkan kebebasan. Hanya satu yang ku inginkan saat ini, aku ingin kau menerimaku untuk selalu berada di sampingmu, setiap saat. Entah saat kau mengetahuinya atau tidak.
Aku tidak akan membencimu walaupun ku tau, bahwa kau adalah perantara yang akan membunuhku, selamanya."

Niura menegang mendengar ucapan tulus Royden, saat ia berbalik untuk berucap, sosok itu sudah tidak ada meninggalkan kabut hitam seperti biasanya membuatnya merasa semakin bodoh.

"Aku memang telah membunuhmu di kehidupan sebelumnya, namun ... apakah aku pula yang akan membunuhmu kembali? Jika aku tau ini, maka aku tidak akan pernah meminta kepada tuhanku dulu untuk mewujudkan cita-citaku untuk terlahir kembali seperti cerita novel yang pernah ku caci maki waktu itu ...." Niura menangis sesenghukkan, memeluk bantal guling lalu memukul-mukul bantal itu dengan membayangkan bahwa bantal itu adalah dirinya sendiri.

Niura terduduk dalam tidurnya, ia menatap langit malam dari celah-celah bilik kayu kamarnya yang usang. Bisik-bisik jangkrik memenuhi indra pendengarannya, matanya yang mengantuk kini terbuka lebar, merasa tidak ada suasana hati untuk tidur.

Niura memutuskan untuk menjernahkan pikirannya dengan berkeliling taman, menghirup aroma hujan yang ia rindukan, andaikan waktu bisa diputar semaunya, maka ia akan memilih untuk kembali berada di dalam kandungan ibunya, dikecup oleh ayahnya, dielus-elus walaupun tak langsung.

"Aku tidak boleh terpuruk! Bukankah aku telah mendapatkan apa yang ingin ku dapatkan? Aku telah menjadi seorang gadis yang kuat! Memiliki sembilan elemen yang tidak dimiliki dewa sekalipun." Niura menggumam untuk menyemangati dirinya. Tangannya terbuka untuk menampung sisa-sia air hujan yang masih menetes, menghirupnya dalam-dalam.

"Royden! Aku membencimu!"

***

Pagi telah tiba, mata yang lelah telah terbuka. Sisa-sisa air mata di pipi telah mengering dengan sendirinya. Niura mencoba tersenyum untuk menyambut pagi ini. Mengikat rambutnya lalu menancapkan tusukkan khusus rambut yang indah. Mengenakan hanfu berwarna putih dengan boordiran bergambar bunga tulip berwarna gold yang menambah kesan keanggunan.

"Sudah cukup bersedihnya! Hari ini adalah hari dimana hari-hari yang penuh perjuangan! Tujuh hari lagi aku akan berangkat menuju kekaisaran Zhen. Memperlihatkan bakatku yang ku pendam, semangat! Semangat untuk diri yang rapuh ini! Niura, kamu hebat!" gumamnya sendiri untuk menyemangati pagi. Berjalan keluar rumah menuju taman yang ia datangi semalam, memberi senyuman hangat kepada Yi Jian dan Permaisuri yang sedang menguliti daging buruan.

"Pagi yang indah!" Tangannya ia rentangkan, indra penciumannya mengirup aroma embun pagi yang sangat segar.

"Ibu, sejak kapan bunga ini bermekaran?" tanya Niura sembari memegang-mengang kelopak bunga teratai yang sangat indah di tepi kolam.

Permaisuri mencuci tangannya, memberikan pisau yang ia genggam kepada Yi Jian untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Entahlah, mungkin kala hujan datang semalam. Saat ibu dan Yi'er bersiap untuk membersihkan hewan buruan di sini, bunga-bunga itu telah begitu," ucap sang Permaisuri sembari menghirup aroma bunga teratai mengikuti putrinya, Xiao Li atau Niura.

Niura mendekati Yi Jian lalu membantunya mencabut bulu-bulu angsa dengan senang hati. "Ibu, tolong jelaskan padaku tentang pertandingan remaja Servia?" tanyanya yang masih belum paham mengenai pertandingan yang diadakan secara mendadak tersebut.

"Oh, itu adalah pertandingan yang diadakan sepuluh tahun sekali yang selalu di adakan di kekaisaran Zhen yang dipimpin oleh Kaisar Xingsheng karena di kekaisaran itu terdapat tiga akademi atau tempat pembelajaran kultivasi yang sangat terkenal di seluruh negeri. Selain itu, di kekaisaran Zhen juga memiliki iklim tersendiri yang baik untuk berkultivasi." Permaisuri menjawabnya dengan santai sembari memotong dedaunan yang layu di sekitaran bunga teratai agar tidak membusuk.

Yi Jian yang sibuk memotong daging angsa tersebut juga merasa penasaran dengan pernyataan sang permaisuri. Ia mengernyiykan alisnya bingung, "Tolong jelaskan siapa saja yang dapat mengikuti kegiatan tersebut, dan siapa pula yang akan terpilih untuk memasuki akademi yang sangat diidamkan tersebut?"

"Siapa saja ya? Hmm ... pertandingan itu diikuti oleh berbagai remaja dari benua Servia. Dari lima kekaisaran, yaitu; kekaisaran Quon, Zhen, Zhang, Liu dan Jingmi. Para remaja itupun harus berusia lima belas hingga delapan belas tahun. Di sana, ribuan peserta akan diuji kemampuan kultivasi mereka terlebih dahulu hingga menyisakan seratus peserta. Seratus peserta itu akan diuji kembali di malam bulan merah hingga menyisakan enam puluh empat peserta yang akan mengikuti kegiatan inti. Mereka sudah pasti akan lolos memasuki akademi sesuai keunggulan mereka. Ibu mengetahuninya karena dulu, ibu pun pernah mengikutinya saat remaja seperti kalian berdua." Permaisuri meletakkan gunting tanaman itu, lalu mendekati kedua putrinya yang tengah mengolah angsa hasil buruannya kemarin saat menunggu Niura dengan Royden di pantai.

Yi Jian menatap Niura serius, "Dan pertandingan itu akan di adakan tujuh belas hari lagi ... sangat mepet!" Niura mengangguk menyetujui ucapan Yi Jian.

"Mari kita berlatih."

Srenggg

Permaisuri mengambil tiga pedang dari cincin ruangnya tiba-tiba.

"Be-berlatih? Tapi dimana? Tempat ini tidak bisa digunakan untuk berlatih," tanya Niura bingung, tempat ini bukanlah lapangan luas yang bisa ia gunakan semaunya untuk berlatih pedang.

"Hanya ada satu tempat," ucap Yi Jian mantap.

"Diamana tempat itu?"

"Aula kota!" Yi Jian mengangguk mantap. Niura mulai membayangkan aula kota yang memang luas tapi itu tidak mungkin.

"Bagaimana bisa? Aula kota berada tepat di tengah-tengah kota yang sangat ramai penduduknya. Kita tidak akan bisa leluasa berlatih di sana, bagaimana jika ada yang mengenali kita? Apalagi Kaisar Hongli telah mengetahui kepergian kita! Tolong berpikirlah dengan jernih ...." Niura tak habis pikir dengan jalan pikir Yi Jian. Memang benar, hanya aula itulah satu-satunya tempat yang menjanjikan, namun itu bukanlah pilihan.

Yi Jian menunduk, merasa bersalah. Ia merutuki dirinya yang hanya bisa membuat keadaan semakin ricuh saja. Permaisuri menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka, ia memberikan dua kain bermotif yang diketahui adalah cadar.

"Sudahlah, jngan saling menyalahkan ... ucapan Xiao'er memang benar, namun ucapan Yi'er pun tidak ada salahnya, kita bisa berlatih disana dengan menggunakan cadar dan sedikit merias wajah kita agar tidak diketahui ... jika bukan Aula, lalu dimana lagi kita berlatih? Ibu sendiri yang akan melatih kalian," ucap permaisuri mencoba menengangkan.

Yi Jian dan Niura saling bertatapan, mengangguki ucapan sang permaisuri yang bijak sana. Mereka menerima cadar yang diberikan sang permaisuri, lalu memaikainya.

"Oh ya, tadi Ibu berkata ... kita akan sedikit merias wajah agar tidak dapat diketahui bukan?" tanya Niura yang diangguki oleh permaisuri. "Lalu, dengan apa kita berhias?" tanyanya kembali.

"Gunakan jintan hitam untuk dioleskan ke sudut mata dan alis, gunakan arang untuk melukis karang di pipi ataupun di kening." Permaisuri menjawabnya dengan santai seolah telah menyiapkan jawaban sedari tadi.

Mereka bertiga berhias sesuai asupan permaisuri yang sangat masuk akal. Niura menggunakan cadar berwarna putih yang sama seperti hanfu yang ia kenakan, Yi Jian mengenakan cadar berwarna hijau sama seperti hanfunya, begitupun sang peemaisuri yang mengenakan cadar berwarna merah seperti hanfunya.

"Mari Xiao'er, Yi'er ... waktu kita tidak banyak lagi, kita harus cepat sampai untuk menyewa Aula sebekum disewa para kultivator lainnya," ajak permaisuri yang diangguki kedua adik kakak beda darah itu.

"Oh, ya ... Xiao'er, dimana pria yang mengaku-ngaku sebagai suami mu itu?"

Tbc

Ah, Dedes nggak tega banget ngetik pas part Royden pergi:( tapi klean smuwah tengang ajwah😻 semoga plot twistnya nge feel dah:D

-Dedes-
18-Oktober-2020

Continue Reading

You'll Also Like

262K 17.5K 42
Eleanor gadis yang dilakukan layaknya pelayan oleh kedua orang tuanya. Pada suatu hari,ia mendapatkan surat undangan untuk bersekolah di salah satu...
533K 44K 109
Written on Jun 11th, 2019 . WARNING ⚠ [CERITA TELAH DI HAPUS BEBERAPA PART. JIKA INGIN MEMBACA SECARA LENGKAP, SILAKAN BELI E-BOOKNYA DI GOOGLE PLAY]...
199K 20.6K 49
Dia jiwa penuh kegelapan masa depan, terbangun di tubuh putri terbuang kekaisaran Wei, Wei Xue Lin. ♢♢♢ "Api sudah membara, begitu juga dengan rasa d...
756K 40.4K 46
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...