Carlos pamit keluar sebentar dari rumah sakit, setelah Dokter Flavia datang dan mengantar Taylor untuk menemui Veronica. Dia sudah berpesan pada Dokter Flavia, kalau keadaan sudah tidak mendukung dan Veronica melakukan hal yang tidak-tidak pada Taylor, dia harus membawa istrinya pergi.
Carlos juga sudah menelepon Alana dan Cordelia untuk datang menjaga Taylor, menggantikannya sementara. Dia harus menyelesaikan urusannya yang tertunda sejak kemarin. Saat ini Carlos sudah berada di dalam mobil, bersama Richard yang menyetir.
Mereka menuju suatu tempat yang jauh dari perkotaan, sekeliling mereka hanya dikelilingi pohon-pohon tinggi, jalanan juga sepi. Richard masuk ke salah satu jalan kecil yang tidak pernah diketahui siapapun. Sampai di tempat tersebut, Richard memasukkan aksesnya, diterima. Mobil lalu turun ke bawah, memasuki basement.
Carlos langsung turun, dia melihat pintu besar berbahan baja yang ada di depannya, tertutup rapat. Ada juga CCTV dari berbagai arah. Carlos mendekati sebuah layar kecil yang ada di dekat pintu, meletakkan jarinya. Setelah itu, dia mengikuti pemeriksaan tahap selanjutnya, begitupun Richard.
Tempat yang mereka pijaki ini adalah gedung belakang Darkest Clan. Organisasi gelap milik Tom, tidak ada yang tahu tentang tempat ini kecuali orang-orang dalam. Dari ketiga saudaranya, hanya Carlos yang tahu, Tom dan Alana juga. Caitlin dan Phoebe tidak perlu tahu tentang tempat ini.
Setelah pemeriksaan sidik jari, retina mata, dan sebagainya—ada sepuluh tahap. Akses mereka langsung diterima, pintu baja itu perlahan terbuka. Carlos dan Richard melangkah masuk. Penampakan luar gedung ini memang sangat jelek, tapi dalamnya sangat rapi, bersih, dan banyak sekali orang berpakaian hitam yang berlalu-lalang.
Carlos berhenti di tengah-tengah ruangan, menunggu orang yang ingin ditemuinya datang. “Panggilkan Ashton!” pinta Carlos pada Richard. Beberapa orang yang lewat di depannya membungkuk kecil, semua orang tahu kalau Carlos adalah putra pertama pemimpin mereka.
Tak berapa lama, Richard kembali bersama Ashton. Carlos mengernyit melihat penampilan pria itu yang sedikit acak-acakan. “Kau habis dari mana? Oh... baumu,” tanya Carlos, sedetik kemudian menutup hidungnya karena mencium bau amis dari tubuh Ashton.
“Habis melakukan tugasku, kau datang ke sini untuk bertemu Dominic?” tanya Ashton, sambil berkacak pinggang.
“Aku ingin membuat perhitungan dengannya.” jawab Carlos datar.
“Dia bagianku, kau tidak boleh menyentuhnya. Aku yang memutuskan apa yang harus aku lakukan. Lagipula Uncle Tom memberiku kebebasan.” balas Ashton.
“Kalau begitu, izinkan aku berbicara dengannya.” kata Carlos.
Ashton tersenyum tipis. “Kau yakin? Dia sedang aku sekap di ruang bawah tanah. Bukankah kau benci tempat itu? Bau darah ada di mana-mana, aku habis dari sana dan kau sudah mencium bau tubuhku,” tanya Ashton.
“Persetan, aku sudah di sini dan harus menemuinya.” jawab Carlos, dia berjalan mendahului Ashton dan Richard.
“Hei, kau mau ke mana?” tanya Ashton bingung, pasalnya Carlos bukan menuju ruang bawah tanah—tempat para tahanan disekap dan dihakimi, lalu dieksekusi. Dia malah memasuki salah satu ruangan yang ada di sana.
“Permisi, berikan aku satu buah masker!” pinta Carlos pada salah satu orang yang ada di sana. Di ruangan ini banyak sekali orang, sepertinya sedang istirahat.
Salah satu orang di sana mengambil apa yang Carlos inginkan dan memberikan masker tersebut padanya. “Thank you,” kata Carlos, lalu keluar.
Ashton menggeleng melihat apa yang diambil Carlos. “Bau saja kau tidak tahan.” katanya, mengejek.
“Ingatkan aku untuk membersihkan diri setelah ini, Rick.” kata Carlos, Taylor bisa marah kalau mencium bau tubuhnya yang tidak sedap.
Mereka turun ke ruang bawah tanah, tempat itu sangat gelap, hanya diterangi cahaya temaram. Bahkan sudah memakai masker, bau menyengat dan tidak sedap yang ada di sana masih menusuk penciuman Carlos.
Pertama kali yang mereka lihat adalah ruang penghakiman dan eksekusi. Carlos melihat ada beberapa orang yang sedang membersihkan tempat itu, menjijikkan sekali. Hanya orang-orang Darkest Clan yang tahan berada di sini. Mereka berbelok ke arah lain, memasuki ruangan yang terdapat sel penjara.
Carlos berhenti ketika matanya menangkap seorang pria yang terkurung dalam sel. Ashton menatap Carlos. “Silahkan, kau bisa masuk ke dalam kalau mau.” kata Ashton.
“Buka pintunya!” pinta Carlos, pintu dibuka oleh salah satu penjaga di sana.
Carlos dan Ashton masuk, mereka menatap Dominic yang sedang duduk bersandar di dinding. Dominic mendongak, seringaian langsung tercipta di bibirnya. “Hai, hai, Carlos....” sapanya.
Carlos mengernyit, menatap Ashton yang hanya mengangkat bahu. “Sepertinya dia mengalami gangguan kejiwaan.” kata Ashton.
“Aku sudah menunggu saat-saat ini untuk bertemu denganmu.” kata Dominic sambil berdiri, kedua tangannya terikat di belakang tubuh.
“Ingin menghancurkanku?” tanya Carlos, seketika tawa Dominic menggema di seluruh ruangan.
“Keinginan yang belum tercapai. Bagaimana keadaan wanitamu? Dia mati, kan? DIA MATI, KAN?! KAU HARUSNYA MERASA HANCUR!” teriak Dominic, Ashton menyuruh dua orang di luar sel untuk masuk dan menahan Dominic yang mulai bertindak brutal.
“Dia memang menderita gangguan jiwa.” kata Carlos, membenarkan perkataan Ashton tadi.
“Sayangnya, wanitaku baik-baik saja. Kau gagal lagi, Dominic. Jangan pernah bermimpi bisa menghancurkanku, terlebih lagi ingin mencuri asetku. Inilah orang-orang di belakang perusahaanku, kau salah berhadapan dengan orang.” kata Carlos, membuat Dominic semakin emosi, memberontak dengan brutal.
“Lepaskan aku! LEPASKAN AKU! Aku akan membunuhmu, Carlos! AKU AKAN MEMBUNUHMU!” teriak Dominic semakin menggila.
“Lakukan, sekarang!” kata Carlos, tepat di depan wajah Dominic.
Dominic sangat terobsesi untuk menghancurkan Carlos, lebih baik lagi kalau dia membunuhnya. Dia sangat membenci Carlos sejak dulu, rival dia yang tidak pernah kalah. Selalu menempati posisi satu.
“Aku sangat membencimu!” kata Dominic.
“Kenapa? Karena perusahaanku selalu menduduki posisi satu? Berterima kasihlah pada mereka semua yang ada di sini, semuanya berkat mereka, makanya jangan melakukan hal kotor dan cari orang-orang yang hebat di luar sana untuk bergabung denganmu.” balas Carlos.
“Tapi... apa kau bisa bebas setelah ini? Ashton yang memutuskan.” kata Carlos hendak keluar dari sel. Tapi dia kembali berbalik dan menghampiri Dominic.
BUGH!
“Auch....” Ashton mengeluarkan suara ketika melihat pemandangan itu, mengejek Dominic. Carlos kembali untuk menonjok pria itu sampai tersungkur ke atas tanah.
“Ini untuk istriku.” kata Carlos.
Kedua kalinya, Carlos menarik Dominic bangun dan kembali melayangkan tinjunya dengan keras ke wajah itu, sampai Dominic babak belur. “Ini untuk calon anakku, karena kau sudah berani menyakiti mereka.” lanjut Carlos, dia mendorong Dominic dan keluar dari sel.
Ashton menyusul Carlos dan menyuruh yang lain untuk menutup sel tersebut. Carlos membuka maskernya setelah sudah di luar, bau tubuhnya mulai tercemar dengan bau tak sedap yang ada di bawah sana. Ashton menghampiri Carlos dan Richard.
“Kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk memberikan beberapa pukulan padanya?” tanya Ashton, Carlos menatap pria itu kesal.
“Memangnya kau mengizinkanku untuk membunuhnya?” tanya Carlos, Ashton tersenyum manis.
“Dia bukan bagianmu sayangnya, lagipula aku yakin Uncle Tom tidak akan membiarkan tanganmu kotor karena itu. Istrimu juga akan menceraikanmu kalau mengetahuinya. Jadilah Carlos yang biasanya. Tempat ini tidak cocok untukmu. Sudah sana, pulang!” usir Ashton, sambil mengibaskan tangannya.
“Kurang ajar! Kau belum menjadi pemimpin Darkest Clan, jangan seenaknya!” balas Carlos.
“Aku tidak peduli, kau tidak mengerti tentang tempat ini. Pulanglah, istrimu sedang menunggu.” kata Ashton, Carlos tersenyum kecil mengingat Taylor. Dia lalu keluar dari sana bersama Richard dan meninggalkan gedung utama Darkest Clan.
“Anda harus mandi, Sir.” Richard mengingatkan.
“Ya, kita kembali ke mansion dulu baru ke rumah sakit. Kau juga harus mandi. Jangan lupa bersihkan mobil ini juga nanti.” balas Carlos, sesekali mengernyit mencium bau tubuhnya yang tidak sedap. Dia tidak akan mau masuk ke ruang bawah tanah itu lagi, entah virus apa saja yang ada di sana.
🍸🍸🍸
Carlos sampai di rumah sakit, dia langsung memasuki ruang rawat Taylor dan yang pertama kali dilihatnya adalah tatapan tajam istrinya. “Ada apa?” tanya Carlos, bingung.
“Ah kau sudah sampai, Mom ingin pulang beristirahat dulu, sekarang giliranmu menjaga istrimu.” kata Alana, seraya bangkit dari duduknya.
Alana berhenti sejenak ketika sampai di depan putranya. Dia menarik Carlos menjauh sedikit dari Taylor. “Kamu habis dari mana?” tanyanya, berbisik.
“Darkest Clan.” jawab Carlos, berbisik juga.
“Kamu tidak melakukan hal yang buruk, kan?” tanya Alana, menatap Carlos dengan mata menyipit. Carlos menggeleng.
“Hanya beberapa pukulan yang aku layangkan pada bajingan itu. Aku habis dari mansion untuk mandi, makanya sedikit lama.” jelas Carlos, Alana mengembuskan napas lega.
“Ya sudah, sekarang temani istrimu, Mom akan pulang, Ayahmu sudah meneleponku ratusan kali sejak tadi.” kata Alana, Carlos mengangguk sambil tersenyum geli.
Alana langsung keluar, tinggal Carlos dan Taylor di ruangan itu. Carlos mendekati ranjang Taylor dan menatap istrinya yang masih menatap dia tajam. “Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Carlos, menggenggam tangan Taylor.
“Apa yang tadi kamu bilang sebelum berangkat?” tanya Taylor.
“Aku akan pergi sebentar....” jawab Carlos, dia memelankan suaranya setelah menyadari arti tatapan Taylor.
“Sebentar? Ini sudah satu jam lebih, bahkan aku berbicara bersama Veronica saja tidak sampai setengah jam.” gerutu Taylor, Carlos memejamkan mata dan menghela napas.
“Maaf, sehabis menyelesaikan urusanku, aku pulang ke mansion untuk membersihkan diri. Aku yakin kamu tidak mau mencium bau tubuhku dan mengusirku keluar. Makanya aku mandi dulu. I’m sorry.” kata Carlos, sambil mencium punggung tangan Taylor.
Seketika Taylor langsung luluh, dia menarik Carlos dan memeluknya. “Tubuhmu hangat.” kata Taylor sambil tersenyum.
Carlos mengelus rambut Taylor lembut dan mengecup puncak kepalanya. “Kamu kedinginan?” tanya Carlos. Taylor menggeleng.
“Tidak, aku hanya suka memelukmu saja.” jawab Taylor.
“Ibumu tidak datang tadi?” tanya Carlos.
“Ada, dia sudah lebih dulu pulang. Ibuku tidak bisa begadang, jam tidurnya tidak boleh lewat jam 22.00, sekarang sudah hampir jam sebelas malam.” jawab Taylor, sambil melihat jam dinding.
“Bagaimana pembicaraanmu dengan wanita itu tadi? Dia tidak berbuat macam-macam, kan?” tanya Carlos, Taylor mengangguk.
“Memangnya dia akan melakukan apa? Keadaannya saja sangat lemah, bangun saja sulit. Dia meminta maaf pada kita.” kata Taylor, Carlos hanya terdiam.
“Dia juga bilang kalau kamu adalah orang pertama yang membuatnya tidak memandang semua pria itu berengsek, sayangnya dia yang membuatmu menjadi berengsek. Dia juga terbakar emosi dan ingin balas dendam akibat kejadian empat tahun yang lalu, jadi dia meminta maaf padamu.” kata Taylor lagi, Carlos menghela napas.
“Sudahlah. Ayo tidur, hari sudah sangat malam.” balas Carlos, tidak mau mendengar tentang Veronica lagi. Dia lalu berbaring di sebelah Taylor, untung saja ranjang itu muat.
“Sleep well, Ma chérie.” bisik Carlos, Taylor hanya tersenyum. Mereka tidur sambil berpelukan dalam sunyinya malam hari.
🍸🍸🍸
Last double up, karena sudah mau end, challenge–nya masih tetap sama.
Vote : 700
Comment : 100 lebih.
Seperti biasa aku tunggu sampai malam.
Happy reading :)
Jangan lupa tekan tanda bintang (vote) and comment 😊
IG : @angels_968
Note : picture source from pinterest.
Vous Atteindre
©2020 Angel Hwang
All rights reserved