ANGGARA

By nadialarasati705

14.6K 2.9K 2.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-m... More

PROLOG
1. Pertemuan kedua
2. Ancaman
3. Siapa Anggara?
Numpang lewat🐋
4. Kekejaman Anggara
5. Pacar?
6. Sisi kelam Anggara
7. Menggemaskan
8. Amarah
9. Pemuda Misterius
10. Teka-teki
11. Berubah-ubah
12. Cemburu?
13. Broke!
14. Anggara itu Aneh
Visual Cast♥
15. Mimpi Indah
16. Rencana terselubung
17. Rencana terselubung (2)
19. Papa?!
20. Pembekapan!
21. Tertangkapnya Impostor!
22. Tetap tinggal atau pergi?
23. Anggara Pergi?
24. Pendonor darah rahasia
25. Musuh dalam selimut

18. Ancaman

224 37 35
By nadialarasati705

Happy Reading♥

Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan commentnya yah, temen-temen♥

Thank you, aku sayang kalian♥🐥

***

Dengan langkah pelan dan sembari menatap megah keindahan Villanya, tak sengaja telinganya mendengar suara kebisingan dari arah belakang Villa yang dia datangi.

Glutak.

"Suara apaan tuh?" gerutu Zahra sembari melangkahkan kakinya pelan memasuki Villa besar ini. Dan karena penasaran Zahra akhirnya berjalan ke arah sumber suara tersebut.

"Siapa disana?"

Suara Zahra tak mendapat sahutan sama sekali dari arah suara kebisingan tersebut.

"Nggak damage banget kalo villa sebagus dan seindah ini dihuni sama makhluk halus yang tak kasap mata," ucap Zahra masih dengan melangkahkan kakinya menghampiri suara kebisingan itu.

"Andaikan gue indihome, mungkin gue bisa ngeliat yang kayak acara di luar nalar itu," tambahnya lagi sambil terkekeh geli.

Brak.

"Woy, lo setan atau mbak kunti sih? Zahra Mau kenalan dong, kalo perlu Zahra ajak pulang sekalian, biar nanti Zaham kalo di rumah ada temennya," teriak Zahra tanpa ada rasa takutnya sama sekali. Ingat guys! Zahra itu nggak takut sama sekali sama setan, jin dan sebangsanya. Yang dia takuti adalah gagal move on sama mantannya, hiks curhat.

"Bodo ah, gue capek, mending gue duduk aja." ucap Zahra sambil mendudukan dirinya di sofa.

"Buat kalian si para mbak kunti, mas jin, dek tuyul, mbah gendruwo atau yang lainnya? Kalian kalo mau keluar, keluar aja deh, Zahra tunggu disini. Zahra capek main petak umpet sama kalian, kalian kalo mau kenalan samperin Zahra aja sini," ucapnya lagi sambil terkekeh.

"Lumayan buat kerjain si Farhanjingan juga." tambahnya sambil mengusap keringat dipelipisnya.

"Panas juga hari ini, Ish. Ini kenapa juga si Almira lama sih..." gerutunya sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

Glutak.

Brak.

Dak.

Netra mata Zahra menangkap bayangan seseorang dengan badan tinggi tegap dari arah samping villa tersebut. Angker juga, eh kenapa gue jadi parno gini dah. Batin Zahra agak merinding.

Zahra segera berdiri, "Suara apa woy?! Gak usah malu-malu, maju aja sini kalo berani," teriak Zahra dengan nada menantang sok berani, sembari menggulung lengan seragamnya ke atas.

"Kalo lo nggak keluar, berarti emang lo ce---" Zahra memberhentikan ucapannya dan tercengo di tempat dengan matanya yang membelalak lebar ke arah seseorang yang sedang berjalan gontai dan sepertinya akan menghampiri dirinya.

"Mal--Anggara?"

"Kenapa? Lo mau nantangin gue?" tanya Anggara dengan tangan menyilang di depan dada seraya menatap Zahra dengan pandangan datar. Lebih datar dari tembok maybe, wkwk.

Zahra hanya terkekeh sebagai jawaban.

"Jadi---lo yang dari tadi glatak, glutuk, brak kedubrak itu?" tanya Zahra sambil tertawa ngakak. Namun Anggara hanya tetap pada posisinya, yaitu memandang datar gadis yang tengah menertawai dirinya.

Setelah tertawa puas, dahi Zahra seketika mengernyit kembali. "Kok lo di s--"

"Ini villa gue." potong Anggara cepat yang membuat Zahra hanya ber-oh ria.

"Terus Alm---"

"Gue yang nyuruh Almira buat ngajak lo ke sini," pungkas Anggara memotong ucapan Zahra lagi.

Zahra kembali mengernyitkan dahinya. Apa maksud dari ucapan Almira sih, kok gue nggak paham. Kan dia yang ngajak me-time bareng, tapi kok gue malah ditinggal sama nih orang. batin Zahra.

"Gue juga yang nyuruh Almira pergi." ucap Anggara yang seakan mengetahui apa isi hati gadis di hadapannya sekarang.

"Dan sebenernya... Gue yang mau me-timean sama lo." ungkap Anggara tanpa keraguan apapun.

WHAT? DEMI APA? batin Zahra, dengan tatapan melotot dan mulut menganga tak percaya.

Anggara memutar bola matanya malas. "Nggak usah kegeeran gitu, Gue cuman mau ngomong sesuatu hal yang penting sama lo!" ujarnya sambil menghampiri Zahra.

"Duduk." titahnya yang membuat Zahra spontan mendudukkan dirinya.

Anggara menyodorkan segelas air minum ke depan wajah Zahra yang masih tercengo itu. "Minum. Biar otaknya agak encer,"

Mata Zahra melotot setelah menuruti semua ucapan Anggara. Kenapa kok gue disini jadi bego yah? Apa aja mau, kok kayak lagi dihipnotis? Pikirnya.

Anggara tersenyum dalam diamnya. Lucu juga. ujarnya dalam hati.

"Permisi, Mas Anggara." Kedatangan seseorang laki-laki yang Zahra akui sebagai Pelayan di Villa ini karena datang dengan membawa sebuket bunga itu, kembali membuat Zahra mengernyitkan dahinya bingung.

"Lah? Siapa yang meninggal? Lagipula komplek Villa di sini 'kan juga nggak ada kuburan?" gumam Zahra pada dirinya sendiri.

"Masuk. Taruh aja disitu." cetus Anggara pada pelayan yang membawa sebuket bunga, lalu menunjuk meja di hadapannya dengan dagu.

Pelayan laki-laki itu tersenyum ke arah Zahra dan berganti menoleh ke arah Anggara. "Pacarnya cantik mas, cocok sama mas Anggaranya."

"Saya nggak menyuruh anda untuk mengomentari setiap perbuatan saya atau orang-orang yang ada disekitar saya. Tapi saya hanya menyuruh anda untuk mengantarkan bunganya saja." sindirnya pedas.

"Pedes banget kayak samyang," gumam Zahra kembali mengomentari ucapan pedas Anggara. Yang terdengar cukup keras di telinga Anggara dan bahkan telinga Pelayan lelaki itu.

"Gue denger." cetus Anggara yang membuat mata Zahra melotot lebar ke arahnya dan sontak membungkam mulutnya lagi.

Pelayan itu terkekeh kecil melihat perdebatan yang terjadi antara kedua sejoli yang terlihat lucu di hadapannya itu. Lalu kembali menoleh ke arah majikan mudanya yang sepertinya tengah kesal karena dirinya terang-terangan memuji gadis itu dan gadis itu malah seperti membela dirinya. "Saya minta maaf mas, kalo saya lancang," ujarnya meminta maaf dengan kepala menunduk.

Zahra menatap iba pelayan lelaki itu, "Eh jangan---"

"Gue nggak nyuruh lo buat ngomong!" peringat Anggara yang membuat Zahra terdiam lagi.

Anggara menoleh pada Pelayan yang masih menundukkan kepalanya seperti merasa bersalah itu. "Pergi." usir Anggara.

"Tap--i saya---"

"Gak bakal gue pecat. Tapi lain kali jangan diulang lagi." simpul Anggara yang membuat pelayannya mengelus dadanya lega.

"Alhamdulillah, oke siap mas! Makasih mas, tenang aja... saya mah nggak bakal nikung mas kok. Aman pokoknya teh," ucap Pelayan itu enteng dan sontak membuat Zahra dan Anggara saling berpandangan sebentar.

Pelayan itu lalu terkekeh, "Tapi, kalo masnya udah putus sama mbaknya... boleh dong mas oper ke saya, wkwk just canda mas..." candanya seraya berlalu pergi, sebelum tanduk di kepala majikan mudanya kembali terlihat.

"Bambang!!!" geram Anggara sambil menatap tajam punggung pelayannya yang bernama Bambang tersebut.

"Di oper? Emangnya gue bola apa?" celetuk Zahra sembari menatap polos kepergian pelayan tadi.

Anggara hanya melirik Zahra sekilas. "Lo suka dia?"

"Gue? Nggak lah... Tapi, kalo dilihat-lihat Pelayan Villa disini cakep-cakep juga yah,"

"Cakep-cakep tapi udah punya istri semua. Emang lo mau jadi pelakor?" sambar Anggara sinis.

Zahra bergidik ngeri, tapi kemudian dia tersenyum. "Tapi---kalo istrinya udah nggak mau, bilang sama Zahra aja, biar mas tadi dioper buat Zahra," ujar Zahra sambil tertawa renyah karena candaannya yang sepertinya membuat Anggara terbakar emosi atau api cemburu?

"Gak deng, canda-canda..."

"Candaan lo gak lucu sama sekali!"

"Iya maap, oh iya sebenernya hal penting apa sih yang mau lo bahas? Sampe lupa loh gue, oh iya bunga itu juga, emang kita mau ke kuburan siapa?" Anggara seketika hanya diam sebagai jawabannya.

***

Almira sontak membelalakan matanya lebar ketika netra matanya tak sengaja menangkap seseorang yang tengah tersenyum miring menatap ke arahnya dan juga Taufan.

Apakah dia mendengar semua rencana ini? Batin Almira dengan perasaan kalutnya.

Orang dibalik sana mengarahkan handponenya ke arah Almira, seolah memberi kode agar Almira segera membuka handponenya.

Kling.

Kling.

Getaran dihandponenya, membuat ia segera membukanya cepat. Taufan yang melihat perubahan yang tercetak jelas di diri Almira sontak segera dirinya berdiri untuk mendekati Almira.

Monster : Lo gagalin rencana Anggara! Atau nyokap lo bakal ninggalin lo pergi sangat jauh... sekarang juga!

Monster : Dan satu lagi! Jangan pernah kasih tau siapa-siapa kalo gue kirim pesan ini, atau kalian bakalan lenyap didetik ini juga!

Tangan Almira sontak bergetar ketakutan ketika membaca isi pesan ancaman tersebut. Ini akibat yang dari kemarin Almira takutkan kalau si Monster jahat itu tahu rencananya di belakangnya.

"Lo kenapa, Al?" tanya Taufan sembari memegang kedua pundak Almira. Almira menatap sayu Taufan, seolah menyalurkan keadaan yang sedang dirinya alami.

Namun Taufan yang diberi tatapan seperti itu, tak mengerti apa dari maksudnya. "Lo kenapa?" tanya Taufan lagi, dengan menggoyangkan tubuh Almira. Namun percuma, Almira sedari tadi hanya diam. Bahkan menatap kosong dirinya sejak tadi.

"Al..." panggil Taufan lagi, namun percuma saja Almira tetap pada posisinya. Menatap dirinya dengan pandangan kosong.

Terdiam lama dan sama sekali tak ada jawaban, satu bulir air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Almira.

"Al..."

Kling.

Bunyi satu notifikasi muncul kembali, yang membuat Taufan segera menarik paksa handpone yang digenggam Almira.

Saat akan membuka handpone tersebut dan ingin mengetahui sebenarnya apa yang membuat Almira syok saat membacanya, namun Almira kembali merebut handponenya dan berlari pergi. Taufan memijat pelipisnya pelan, namun segera ia membuntuti kemana perginya Almira.

Kling.

Monster : Gue butuh balasan cepat! atau dalam hitungan menit pekerjaan gue akan selesai tanpa membutuhkan bantuan orang penghianat seperti lo!

Monster : Saatnya say good bye buat sahabat lo, Almira Aradhia.

Deretan pesan ancaman dari handponenya membuat Almira yang sedang berlari, sontak menghentikan kegiatannya. Lalu dengan langkah cepatnya sekuat tenaga ia kembali melanjutkan larinya.

Hawa ketakutan mulai menghampiri dirinya. Ini yang ia takutkan bila berurusan dengan makhluk kejam seperti dia.

Karena dengan rencana liciknya dia bisa melakukan segalanya. Ternyata memang benar kata Anggara, sifatnya bahkan melebihi psikopat.

Dengan langkahnya yang sudah lemah, Almira sontak menghentikan larinya dan membeku di tempat ketika melihat asap kebal mulai mengerubungi Villa yang Zahra datangi.

"ZAHRA..."

***

TBC♥

Cie digantung😂

Gimana-gimana?

Penasaran gak?

Terima kasih untuk kalian, yang mah memberikan vote dan commentnya, terutama untuk para pembaca setia Anggara♥

See you next chapter guys♥

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 258K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
570K 7.2K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
400K 30.7K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
207K 9.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...