ICE GIRL (HIATUS)

By nisawlt

161K 11.9K 581

Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehan... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51

Chapter 10

3.5K 252 3
By nisawlt

Hari ini jam pelajaran sedang kosong, karena adanya rapat guru.

Agatha yang sedang berjalan di koridor kelas 11, menuju tempat lokernya berada. Dengan buku Novel favorit nya yang ia genggam di tangannya. Ia sedari dulu sangat suka membaca apalagi jika itu adalah Novel.

Namun langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang berdiri tepat di depannya.

Agatha mendongak karena seorang didepannya ini terlampau lebih tinggi. Bahkan tinggi Agatha pun hanya sebatas dada orang itu. Gadis itu sedikit terkejut ketika melihat orang dihadapannya.

"Hai. Masih inget gue?!" Lelaki itu memamerkan senyum manisnya.

Agatha tak menghiraukannya. Ia berjalan begitu saja melewati lelaki itu, namun lelaki itu menahan tangannya.

"Lepas," Agatha berusaha melepas tangannya, tapi tenaga nya tak cukup kuat.

"Ikut gue," lelaki itu pun menarik Agatha, ia tak peduli pada Agatha yang terus saja memberontak.

Akhirnya Agatha pun menyerah dan memilih untuk mengikuti kemana lelaki itu melangkah. Tapi seperti nya ini menuju Rooftop.

Sesampainya lelaki itu melihat ke arah Agatha yang tengah menatapnya tajam. Ia terkekeh melihatnya, "Tha, maafin gue ya, gue sadar kalau gue emang salah. Gara-gara gue, lo jadi di drop out dari sekolah--"

"Gak penting," potong Agatha. Ia pun melangkah pergi tapi ditahan lagi oleh lelaki itu. "Kenapa lagi sih Leo?"

"Please... maafin gue dan kembaran gue..." ucapnya memohon.

"Ya. udah kan?" Leo menatap Agatha yang tengah menatapnya datar. Sebenarnya ia belum bisa menerima permintaan maaf dari orang yang telah memfitnahnya dan membuatnya di drop out dari sekolah lamanya. Namun ia malas berurusan dengan orang dihadapannya ini. Jadi ia hanya mengiyakan saja.

"Serius?"

"Hmm," dengan tiba-tiba Leo membawa Agatha kedalam dekapannya. Agatha terkejut dengan perlakuan Leo.

"Makasih Tha," Agatha mendorong kuat Leo hingga lelaki itu sedikit menjauh.

"Apaan sih lo,"

"Tha. Sebenernya tujuan gue pindah ke sini itu elo," Agatha mengernyit heran.

"Gue--"

"Berisik amat sih, heh lo berdua napain disini? Ganggu gue tidur aja." ucap Zio yang sepertinya baru saja bangun dari tidurnya. Memang di Rooftop itu tersedia Sofa panjang yang lumayan empuk dan nyaman untuk di tiduri.

Agatha dan Leo pun menoleh ke arah Zio yang tengah menguap lebar.

"Gue tanya lo berdua ngapain? Pacaran?" Zio menatap dingin.

"Bukan urusan lo!" Zio berjalan ke arah mereka dan langsung mencekal lengan Agatha, membuat gadis itu sedikit tertarik. "Apa-apaan sih lo yo!" Bentak Leo.

"Lepas," Agatha dengan susah payah melepaskan cekalan Zio, namun tak bisa. Tenaganya tak sebanding dengan Zio.

"Agatha kesini sama gue, dan balik ke kelas pun harus sama gue juga!" Leo menarik lengan Agatha yang satunya.

"Lo kenapa sih Le? Lo ga ada cewek lain apa buat lo gebet?" Zio menarik lengan kiri Agatha.

Agatha yang berada ditengah mereka pun jengah. Ia pun membentak keduanya "DIAM!".

Keduanya pun terkejut saat mendengar bentakan dari mulut manis Agatha.

"Maap ya om-om pedo, saya ingin pergi," ucapnya dengan menekankan setiap kalimatnya.

"Njir bener-bener ya lo, nyebut gue om-om. Oh atau lo emang mau ya kalau gue bertingkah seperti om-om pedo?!" Zio mengeluarkan smirk nya lalu sedikit mendekat ke arah Agatha. Leo yang melihat Zio pun sedikit mendorong Zio.

"Gausah maju-maju juga kadal," ucap Leo.

Agatha tak sedikit pun takut dengan perkataan Zio. Ia kembali menggerakkan kedua lengannya agar terlepas dari mereka berdua.

"Lagian Yo tampang lo kan emang kayak om pedo," Leo berkata dengan tampang songongnya.

Zio yang mudah terpancing emosi pun mulai menarik kerah seragam Leo. Menghiraukan kehadiran Agatha. "Apa lo bilang?"

Leo menatap Zio dengan tenang "ohh sahabat gue ternyata budeg ya!"

"Cih. Sahabat? Gue pikir lo itu musuh gue,"

Agatha yang sudah terlepas dari cekalan kedua orang itupun segera pergi dari tempat itu. Membiarkan kedua manusia itu berkelahi tanpa peduli ingin melerainya. Toh bukan salahnya juga.

Setelah sempat hampir beradu fisik, merekapun sedikit berbaikan. Faktanya mereka tidak akan bertengkar se-serius itu. Lalu keduanya pun menyadari ketidak hadiran gadis itu.

"Loh si cabul mana?!"

"Loh Agatha mana?!" Ucap mereka bersamaan.

.

Arka yang sedang malas ke kantin pun memilih perpustakaan sebagai tempat ia menenangkan diri setelah berhadapan dengan dokumen yang harus ia data di ruang OSIS.

Ia yang tengah berjalan ke arah perpustakaan pun terhenti karena ada seorang murid yang tengah menghadangnya di depan.

Arka pun heran kenapa gadis didepannya ini terus menunduk. ia melihat ke bawah, ah napak, ya ia berjaga-jaga saja siapa tau gadis di depannya ini hantu murid yang pernah bunuh diri di sekolah ini?! Ia pernah mendengar sedikit rumor yang beredar di sekolah ini. Ya ampun Arka ngapain sih lo mikir kayak gitu, batinnya.

"Umm... maaf?" Ucap Arka menyadarkan gadis di depannya yang sepertinya baru saja melamun.

Gadis itu mendongak. Tersenyum manis sembari memberikan susu pisang, roti Sandwich dan satu lembar kertas, "aku Hanin dari kelas 10 Bahasa, ini untuk kakak!" Balas gadis itu antusias.

Arka sebenarnya sedikit terkejut dengan pergerakan gadis itu. Namun ia hanya menatap gadis itu datar. Tetapi ia tetap menerima apa yang Hanin berikan.

"Oh iya, thanks," setelah itu Arka pun pergi meninggalkan Hanin yang sedang terjingkrak-jingkrak senang karena pemberiannya diterima oleh Arka tanpa menghiraukan tatapan sinis dari murid lain yang melihatnya.

"Iri? Bilang bos!" Gumam Hanin lalu pergi.

.

Arka pun masuk kedalam perpustakaan setelah menunjukan kartu pelajarnya pada penjaga Perpustakaan.

Ia pun mengambil buku paket Soal-soal ujian nasional. Ia memang seperti itu sedari dulu. Membaca buku yang nanti nya soalnya akan serupa dengan soal yang muncul saat ujian. Walaupun ia masih kelas 11, ia sudah semangat untuk mempelajari pelajaran yang akan ia hadapi saat ujian nasional tiba.

Arka pun berjalan ke arah kursi yang sedikit terpojok. Dan seperti nya ada seseorang yang terlelap disana.

Benar saja, ada seorang murid sedang terlelap dengan wajahnya sedikit tertutupi rambut panjang nya dan buku novel digenggam olehnya. Arka pun duduk disebelah murid itu lalu meletakkan susu pisang dan roti di meja. Jika kalian bertanya dimana kertas itu, jawabannya adalah di buang. Karena Arka tahu kertas itu berisi pernyataan perasaan para penggemarnya. Entahlah sudah keberapa kalinya ia mendapatkan kertas seperti itu, bahkan ada yang tak segan-segan menembak Arka secara tak langsung di kertas itu.

Arka sempat berfikir untuk apa mereka seperti itu, apa tidak ada lelaki lain selain dirinya? Walaupun begitu ia tetap menghargai apa yang mereka kerjakan. Ia pun membaca bukunya dengan tenang. Ia tak peduli siapakah murid disebelahnya. Lagipula tidak ada kursi kosong lagi selain kursi ini.

Arka merasakan bahwa murid di sebelahnya mulai menegakkan tubuhnya. Ia menoleh. Sepertinya murid itu tidak menyadari jika Arka sedang memperhatikannya yang tengah menguap. Yang membuat Arka terdiam adalah murid itu. Akhir-akhir ini murid itu selalu singgah di pikirannya.

Walaupun sedang menguap tidak sama sekali mengurangi kecantikan gadis itu. Ia terus saja memperhatikan gadis itu.

Kruukk... kruukk...

Suara itu berasal dari seseorang disebelahnya. Dengan mata yang masih terlihat sayu sehabis bangun tidur. Gadis itu memegangi perutnya. Dan itu tak luput dari perhatian Arka.

Lucu dan cantik. Dua kata itu sepertinya cocok dengan gadis itu. Dan Arka menyukai itu.

.

Agatha yang memang sedang merasa lelah pun memilih perpustakaan sebagai tempat ternyaman untuk tidurnya. Setelah memasuki perpustakaan ia pun memilih kursi yang agak terpojok. Setelah beberapa menit membaca, rasa kantuk pun mulai menyerangnya.

Setelah beberapa menit ia tertidur. Ia pun membuka matanya lalu menguap. Sepertinya ia belum menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah memperhatikannya.

Krukk... krukk...

Suara perutnya berbunyi. dengan mata yang masih sayu karena habis tertidur ia pun memegang perutnya.

"Ekhem," suara dehaman yang cukup keras membuatnya tersadar sepenuhnya. Agatha pun menoleh ke samping dan sedikit terkejut.

"Kayaknya lo laper banget ya, gue jadi kasian. Nih roti sama susunya buat lo aja. Lain kali kalau istirahat jangan lupa makan," ucapnya tersenyum manis lalu sedikit mengusak rambut Agatha.

Agatha yang mendapat perlakuan seperti itu pun terpaku. Oh tidak! Ia baru menyadari kalau sejak ia tertidur dan menguap ada sepasang mata yang memperhatikannya. Apalagi wajah konyol nya saat sedang memegang perutnya, itu tidak cukup enak dipandang. Ia sungguh malu. Walaupun begitu ia dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Ngapain lo disini. Nguntit?" Kata-kata itu dengan spontan keluar dari mulutnya.

"Duh Tha kenapa dari setiap banyak kata, kenapa harus kata nguntit sih?! Itu kesannya lo kayak ke-geeran gitu!" Batinnya.

"Cih, geer amat lo, lagian lo liat aja ke sekitar. Ada kursi kosong lagi gak, selain disini?" Agatha melihat ke sekitarnya dan benar saja, tidak ada kursi yang kosong.

Tuhkan malu kan lo! Batin Agatha yang tentu saja hanya terdengar oleh dirinya saja.

"Gue gak butuh makanan lo!" Tukas Agatha.

"Gue tau lo laper. Gausah malu-malu. Ambil aja. Gue ikhlas kok," ucap Arka seraya menggeser susu dan roti ke arah Agatha.

"Gue udah gak laper," jawabnya.

Kruuk... krukk...

Sial. Perut nya berbunyi disaat yang tidak tepat. Rasanya ia ingin tenggelam saja di laut terdalam.

Arka tertawa. Membuat Agatha yang melihatnya sedikit tertegun. Arka memang tampan dan ia baru menyadarinya. Yaampun lo kenapa lagi sih Tha. Otak lo perlu dibersihin deh kayaknya. Batin Agatha meringis.

Arka pun menghentikan tawanya setelah mendapat teguran dari orang di sekitarnya. "Ternyata selain datar dan cuek. Lo cukup munafik juga ya. kalau lo gak laper, terus bunyi di perut lo apa dong?" Ucap Arka yang terus saja mengejeknya, membuat Agatha ingin sekali mencakar wajah itu.

"Bukan urusan lo!" Setelah mengatakan itu, ia pun pergi meninggalkan Arka yang tengah menahan tawanya.

.
.
.
.

Tbc

Bonus

Muka Agatha waktu bangun tidur di perpus:)  Ya anggep aja di perpus.

Muka Arka waktu nahan tawa. Ya anggep aja di perpus;)


.
.
.
.

Gua ngetik apasih😭

Maaf lama update. Skrng lgi jamannya banyak tugas. Hehe...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
255K 24.1K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
1.1M 43.3K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
573K 22.4K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...