Treat You Like An Enemy | ✔

By xuyashun

11.1K 2.8K 13.2K

[Amazing cover art by: Laven K. | @LavenWho] [⚔️] [TEEN FICTION-ROMANCE, COMEDY] Diajari secara private oleh... More

[2] Theolifia, Here I Come!
[3] Thank you, I Think?
[4] You're Not Welcome
[5] So Be It
[6] Demonic Nature
[7] Her Again. Really?
[8] My Feeling
[9] Truly Love You

[1] Ugh, I Hate Him!

2K 625 2K
By xuyashun

This cover art and the banner was made by: LavenWho

Happy Reading!

"Kami tidak ditakdirkan untuk menjadi seseorang, kami ditakdirkan untuk mengenal seseorang."

[1] Ugh, I Hate Him!

"Guru private? Tapi, aku-"

"Itu hukumanmu karena kamu pergi ke klub malam."

Jawaban telepon dari ujung sana membuat gerakanku yang hendak membuka kulkas, terhenti.

"Ma, aku, 'kan sudah cerita tentang itu. Kemarin itu aku hanya menanyakan alamat kantor baru mama. Lagipula aku tidak memesan minuman di sana."

"Mama percaya padamu, Hyolin."

"Kalau begitu, batalkan saja, ya? Mama telepon orang itu dan bilang kalau aku tidak memerlukannya lagi. Kumohon ...."

"Kamu seharusnya berterima kasih karena ada guru yang mau mengajar private tanpa imbalan."

"Tapi-"

"Apalagi kamu ini jahil sekali dan susah diatur. Nanti kalau bertemu dengan guru private, jangan jahil, harus patuhi perintahnya. Karena perintahnya adalah perintah mama juga."

"Ma-"

"Mama sudah ditegur oleh pramugari. Jaga diri kamu dan jangan nakal."

Setelah mengucapkan itu, mama mematikan teleponnya secara sepihak. Aku mengambil segelas susu, berjalan menuju ruang tamu lalu duduk di sofa yang empuk.

Aku ditinggal sendirian di apartemen dengan luas 375 meter persegi. Tiga kamar tidur dan dua kamar tamu yang kosong tidak pernah ditempati karena aku selalu tidur di sofa karena takut jika suatu saat ada kebakaran ataupun mati listrik.

Walaupun aku tinggal di tempat yang cukup mewah, tetap saja aku akan kesepian untuk 6 bulan ini. Waktu yang cukup lama untuk membuatku menderita karena bosan.

Mama pergi ke Singapura untuk membangun cabang perusahaannya yang ke-20 itu. Banyak yang bilang kalau ingin membangun perusahaan di sana tidak mudah karena proses penyiapan perusahaan yang cukup rumit.

Kalian tahu apa yang dikatakan oleh mama? Ia tidak peduli. Mamaku adalah orang yang nekat. Dua tahun yang lalu, mama membangun perusahaan dari hasil ia memenangkan permainan mahjong sebanyak 500 juta. Aku saja hampir pingsan ketika tahu mama memenangkan uang yang cukup menggiurkan untuk para perampok. Padahal, uang yang mama bawa untuk arisan hanya 3 juta.

Tidak hanya pandai berjudi, mama juga memiliki kemahiran dan pengalaman yang lebih dari cukup dalam urusan bisnis. Sekarang saja, mama memiliki 500 karyawan di setiap perusahaannya.

Tinggal di apartemen sendirian. Kalian pasti mengira aku akan berfoya-foya, bukan? Kalian salah besar. Aku hanya akan mengeluarkan uang jika ada konser Andy Lau dan wahana baru yang dibuka di tempat wisata terbesar se-Theolifia.

Aku melihat jam pada handphone yang kupegang sejak tadi. Kurang dari lima menit, guru itu akan datang. Kalau aku tidak suka dengan orang itu, aku akan membuatnya menghilang dari hadapanku. Tetapi, cara apa yang akan kupakai untuk mengusir guru itu dengan waktu yang kurang dari tiga menit?

Saat sedang berpikir keras, tiba-tiba aku mendapat sebuah ide yang sangat cemerlang.

"Terima kasih, lampu. Berkat dirimu, aku tahu harus berbuat apa untuk membasmi guru private itu."

"Dengan cara ini, seluruh baju guru itu akan lengket. Akhirnya ia kesal dan tidak akan mengajar. Untuk selamanya!" Aku melangkahkan kaki menuju sofa lalu duduk dengan rasa percaya diri.

Kurang dari satu menit, guru itu akan datang dan aku tidak perlu susah payah berdiri dari sofa yang empuk ini untuk mengusirnya.

Bunyi pintu diketuk pelan. "Aku Frosta Maximo, yang akan menjadi guru private-mu." 

Suara tersebut membuatku yang sedang memainkan handphone tersenyum, lalu berkata, "Masuk saja, pintunya tidak dikunci."

Sebisa mungkin aku menahan tawa. Saat pintu dibuka, segelas susu yang kutaruh di atasnya akan terjatuh dan mengenai baju guru tersebut.

Pintu dibuka yang membuatku menoleh, tak sabar untuk melihatnya menangis. Aku sudah lama tidak menjahili orang, tapi mungkin ini cara yang pintar untuk seorang profesional sepertiku.

Betapa terkejutnya aku saat melihat sesosok pria masuk dengan memakai payung berwarna hitam. Aku melihat gelas susu yang kutaruh, terjatuh mengenai payung, tapi ia segera memiringkannya sehingga susunya tertuang pada sebuah gelas yang ia pegang di tangan kiri.

"Terima kasih atas pelayanannya." Pria itu menutup payungnya lalu tersenyum tipis. Ia berjalan ke arahku, menaruh segelas susu hasil racikannya di atas meja.

"Hebat juga ternyata," umpatku.

"Pandai Matematika, pandai Fisika, pandai Kimia, dan pandai menjahili orang." Ia membuka jas berwarna biru yang dipakainya lalu menaruh di sofa beserta dengan tas jinjing kantor hitam yang ia kalungkan tadi pada lengan kanannya.

"Aku penasaran kenapa mamamu membutuhkan guru private untuk mengajarmu," herannya. "Ingin memberitahu?"

"Tanya saja pada mama," jawabku dengan ketus.

Sebuah notifikasi muncul yang membuat handphone berdering. Dengan cepat aku segera membukanya tanpa menghiraukan pria itu.

"Wah, Edgar tampan sekali saat sedang melakukan photoshoot di depan kolam renang!"

"Edgar Revano Javier?"

Saat aku hendak melihat postingan Edgar lainnya, ucapan Fro membuat gerakanku terhenti.

"Kamu mengenalnya?" tanyaku seraya menoleh.

Fro membuka tasnya lalu ia mengeluarkan beberapa lembar kertas, menaruhnya di atas meja.

"Apa enaknya hanya melihat dari handphone?"

Dia menyindirku? Berani sekali.

"Kerjakan semua soal ini kalau mau video call dengan Edgar." Aku hendak berbicara, namun kalah cepat oleh pria itu. "Aku mau masak," ucapnya lalu berjalan pergi.

Itu janji atau ancaman?

"Selamat ma-"

Aku hendak mengambil sepotong udang dengan sumpit, namun dihadang oleh sumpit Fro yang membuatku menoleh.

"Mana hasil kerjamu?"

Aku menatapnya kesal sebelum mengambil beberapa lembar kertas latihan yang berada di atas pahaku. Setelah itu, kuberikan pada Fro.

Fro menerimanya lalu ia membalik halaman demi halaman dengan cepat. Tak sampai lima detik, ia langsung menaruh kertas di atas meja.

"Lumayan." Fro mengambil handphone. Ia tampak sibuk mengutak-ngatik sesuatu.

"Apa aku sudah boleh makan? Aku la-"

Fro membalikkan handphone-nya. Hampir saja aku pingsan dengan apa yang kulihat.

"Hai, Hyolin! Aku dengar kamu-"

Aku hendak mengambil handphone yang berada di tangan Fro. Sialnya, pria itu tahu gerak-gerikku dan segera menarik handphone-nya dan ia matikan.

"Janji sudah kutepati." Fro mengambil sepotong udang dengan sumpit lalu ia taruh di piringnya.

"Apa-apaan itu? Video call-nya bahkan tidak sampai lima detik!"

"Kalau kamu mau video call yang lebih panjang, kamu harus belajar lebih giat."

Ugh, perhitungan sekali! Dasar pelit!

"Kalau aku pelit, aku tidak akan mengijinkanmu video call  dengan Edgar, bahkan jika aku punya nomornya."

Aku menarik nafas lalu menghembuskannya. Fro, Fro. Mungkin sekarang kamu bisa makan udang dengan lahap tanpa merasa terganggu, tapi mulai besok akan kubuat kamu tunduk padaku!

Semoga suka dengan cerita ini!

Sampai jumpa di episode selanjutnya!

Jangan lupa untuk vote dan comment setelah selesai membaca. Karena satu vote dan satu comment saja sangat berarti bagiku. (つ≧▽≦)つ

Continue Reading

You'll Also Like

766K 6.8K 20
10% dari 100% adalah besar kemungkinan saling jatuh cinta untuk pertemuan dua orang yang di jodohkan. Kalau termasuk, berarti mereka adalah orang yan...
692K 19.4K 54
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
8.8K 500 9
Cinta pertama itu... spesial. Orang yang menjadi cinta pertama kita, pasti akan selalu di ingat dan selalu merindukannya. Begitu juga dengan cowok in...
3.4K 224 24
Start: 06 Mei 2020 Cintailah dirimu sendiri dengan benar lalu cintai dia, kalau kamu belum bisa mencintai dirimu dengan benar, sama saja kau belum bi...