VOUS ATTEINDRE

By angelhwang968

6.1M 398K 17.2K

{COMPLETE/belum direvisi} Taylor Hazel William, semua orang mengenalnya sebagai sekretaris Billionaire paling... More

Introduction
P R O L O G U E
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
PART 57
PART 58
PART 59
PART 60
PART 61
PART 62
E P I L O G U E
Extra Part
Caitlin Reynalds Story

PART 21

98.1K 6.4K 124
By angelhwang968

Carlos dan Taylor makan dalam diam. Tidak ada dari mereka yang bersuara sejak tadi, sibuk dengan pikiran masing-masing. Jujur saja, mereka tidak tahu basa-basi apa yang harus dibicarakan. Mereka sudah banyak berbicara satu minggu yang lalu.

Carlos sendiri bingung dengan apa yang diinginkannya. Lebih tepatnya, perasaan apa yang dirasakannya saat ini? Dia ingin terus berdekatan dengan Taylor, tidak mau menjauh lagi dari wanita ini.

Carlos sangat kesal ketika mengingat saat-saat yang mungkin akan terjadi di masa mendatang—Taylor yang menemukan pria pilihannya. Dia mungkin akan bertindak egois. Tapi, Carlos juga sangat bodoh untuk menyadari perasaan dia sendiri.

Selama satu minggu ini, Carlos terus merenung. Memikirkan perasaannya, apa wajar seorang sahabat ingin menahan sahabatnya terus agar tidak bersama orang lain? Tentu saja tidak, tapi dia tidak mau percaya. Richard sampai bingung melihat kelakuan tuannya yang aneh.

Taylor mendongak, menatap Carlos yang melamun dan tidak memakan makanannya. Pria itu sepertinya sedang banyak pikiran, Taylor melambaikan tangannya di depan wajah Carlos. “Carlos, back to earth!” kata Taylor.

Carlos tersadar, dia menatap Taylor dan tersenyum kecil, lalu melanjutkan makannya. Taylor menatap pria itu lama. “Kamu sedang banyak pekerjaan, ya?” tanya Taylor.

Everyday.” jawab Carlos, fokus menatap makanannya. Perang antara hati dan pikiran masih belum selesai—jawaban akhir masih belum dia dapatkan.

“Seberat itukah? Sampai kamu tidak fokus?” tanya Taylor, setahunya Carlos orang yang sangat santai menjalani pekerjaannya.

Actually bukan soal pekerjaan. Aku hanya punya masalah lain. Masalah pribadi dengan diriku sendiri.” jawab Carlos, sambil menggeleng pelan.

Taylor hanya mengangguk dan memakan makanannya. Dia tidak mau bertanya lebih lanjut, kalau itu menyangkut privasi. Selesai makan, Taylor dan Carlos masih belum beranjak, tatapan mereka tertuju ke luar—melihat salju yang turun semakin lebat.

“Apa yang akan kamu lakukan di hari Natal nanti?” tanya Carlos.

Taylor tersenyum. “Berkumpul bersama keluargaku, sudah lama aku tidak merayakan Natal bersama mereka. Terakhir tiga tahun yang lalu, ketika mereka mengunjungiku di Paris. Sisanya kakak-kakakku datang secara bergantian setiap tahunnya untuk merayakan hari Natal bersamaku.” jawab Taylor.

“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan, kalau tidak keberatan.” kata Carlos.

“Di hari Natal?” tanya Taylor, Carlos mengangguk.

“Sore hari, tidak akan lama, lagipula aku yakin keluargamu tidak akan melepaskanmu terlalu lama bersamaku.” jawab Carlos, terkekeh.

Taylor mengembuskan napas, mengingat sikap kakak-kakaknya yang overprotektif. Scott sudah tidak terlalu parah, kalau Alastair tetap saja. Dia masih memandang Carlos dengan tatapan bermusuhan. Taylor heran, kenapa mereka tidak mencari pendamping hidup saja daripada mengurusi dia? Scott sudah tiga puluh lima tahun, Alastair tiga puluh dua tahun. Sebentar lagi mencapai kepala empat.

“Aku tidak bisa mengiyakanmu sekarang, aku perlu berunding dengan keluargaku dulu. Apalagi hari Natal, kami biasa menghabiskan waktu di mansion—kamu tahu.” balas Taylor, Carlos mengangguk. Dia tahu setiap hari Natal, Taylor dan keluarganya selalu menghabiskan waktu di mansion, lagipula cuaca di luar sangat dingin.

“Setelah itu, apa yang akan kamu lakukan? Bucket-list?” tanya Carlos, dia masih ingat ketika Taylor bilang ingin berlibur ke luar negeri untuk merayakan tahun baru. Tapi dia ingin mendengar jawaban Taylor sekali lagi, siapa tahu berbeda.

“Hmm... aku belum mengatakannya pada keluargaku. Sehabis hari Natal—beberapa hari mungkin, aku akan berangkat ke Bali.” jawab Taylor.

“Berapa lama?” tanya Carlos.

“Entahlah, tergantung seberapa lama aku menikmati tempat itu.” jawab Taylor. Carlos tersenyum dan kembali mengangguk.

Mereka memutuskan untuk pulang, Taylor masih memakai seragam kerjanya, roknya pendek—sebatas lutut. Taylor akan kedinginan ketika keluar dari restaurant. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyelimuti bahunya, Carlos memberikan mantelnya pada Taylor.

“Carl, ini—”

“Tidak apa-apa. Pakai saja, nanti kamu kedinginan. Ayo kita pergi, sebelum ditangkap paparazzi lagi.” potong Carlos, lalu menarik Taylor keluar dan memasuki mobilnya.

Sepanjang perjalanan mengantar Taylor pulang ke mansionnya. Kedua orang tersebut kembali terdiam. Taylor sibuk dengan pikirannya, sedangkan Carlos fokus pada jalan.

Taylor sesekali melirik Carlos, perasaan ini kembali muncul. Bagaimana dia bisa bertahan lebih lama lagi? Pertahanannya mulai runtuh perlahan-lahan. Taylor tahu ini tidak baik, tapi dia sendiri yang ingin terus berdekatan dengan Carlos.

Tenangkan dirimu Taylor, semuanya akan baik-baik saja. Setidaknya untuk saat ini.

Sampai di mansion keluarga William, Taylor melepaskan mantel Carlos dan mengembalikannya. “Thank you.” kata Taylor, sambil tersenyum.

Carlos menahan Taylor sebelum turun, dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Taylor, membuat wajah Taylor memerah. Sial, ini sudah ketiga kalinya, jantungnya mulai berdetak cepat. Apa maksud perlakuan Carlos ini? Taylor tidak menemukan jawabannya sampai detik ini, terjebak dalam kebingungan.

“Sampai bertemu lagi.” kata Carlos.

“Aku belum tahu—”

“Aku akan menunggu jawabanmu nanti.” potong Carlos lagi, pria ini memang suka memotong perkataan orang.

Taylor tersenyum, lalu turun dari mobil Carlos dan masuk ke dalam mansionnya. Carlos berlalu dari perkarangan luas itu dan kembali ke mansion. Tapi baru setengah jalan, dia mengernyit melihat beberapa mobil yang sangat dikenalinya.

Carlos berhenti dan membuka jendela mobil. “Apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah sudah aku bilang jangan ikut?!” tanya Carlos.

Richard turun dan menghampiri Carlos. “Kami harus tetap mengawasi Anda, ini adalah kewajiban kami.” jawab Richard, Carlos menatap asistennya kesal, untung saja mereka tidak mengganggunya tadi.

“Ayo masuk!” pinta Carlos, Richard memasuki mobilnya dan mereka pergi dari sana. Ingin memecat Richard, tapi Carlos tidak dapat melakukannya. Hanya pria ini yang loyalitasnya bisa dipercaya.

🍸🍸🍸

Beberapa minggu kemudian....

Hari Natal sudah tiba, Taylor bangun dari tidurnya dan langsung membuka jendela, udara dingin menerpanya, salju turun tidak terlalu deras. Sangat indah.

Taylor bersiap-siap untuk membersihkan diri. Sesudahnya, dia memakai baju musim dingin agar tidak terkena flu. Hari Natal dan ditemani secangkir kopi bersama keluarganya pasti sangat menyenangkan. Biasanya setiap tahun mereka selalu seperti itu.

Taylor turun ke bawah dan menghampiri keluarganya. “Merry Christmas.” kata Taylor sambil tersenyum lebar.

Merry Christmas, Darling. Sebentar lagi kita akan sarapan.” kata Cordelia, sambil menyiapkan beberapa masakan ke atas meja.

Taylor mengangguk dan menuju ruang keluarga. Dia menemukan Victor di sana sedang membaca majalah, ditemani secangkir kopi. “Merry Christmas, Dad.” kata Taylor.

Victor mendongak dan tersenyum. “Merry Christmas,” balasnya.

Taylor menatap satu pohon Natal yang sangat tinggi di ruangan ini dan sudah dihias sedemikian rupa, sangat indah. Hanya saja ada yang kurang, tidak ada kado yang terpajang rapi di bawahnya.

Taylor menatap sekelilingnya—mencari sesuatu. “Di mana Scott dan Alastair?” tanya Taylor pada Ayahnya.

“Sepertinya di luar, mereka sedang mengangkut kado.” jawab Victor.

Tak berapa lama, Alastair masuk ke ruang keluarga dengan tangannya yang penuh dengan berbagai macam kotak yang sudah dibungkus dengan kertas kado.

“Kamu, ke sini bantu kami!” pinta Alastair pada Taylor, setelah meletakkan kotak-kotak yang dibawanya.

Taylor mengikuti Alastair keluar, mereka bertemu Scott yang baru masuk dengan beberapa kotak besar yang menutupi pandangannya. “Hati-hati.” kata Taylor, melihat kotak yang dipegang Scott nyaris jatuh.

Taylor terkejut ketika melihat teras mereka penuh dengan kado, dari ukuran besar sampai yang terkecil. “Kenapa kadonya baru ada hari ini? Aku pikir ini seharusnya dikirim semalam,” tanya Taylor, mengambil beberapa kotak yang kecil untuk dibawa masuk.

“Kami baru memesannya kemarin, jadi orangnya mengusahakan untuk dikirim hari ini. Aku hampir lupa kalau Scott tidak bilang.” jawab Alastair, mengambil sebanyak-banyaknya kado yang bisa dijangkau tangannya.

“Kasihan sekali, ini hari Natal, seharusnya orang itu libur.” kata Taylor, lalu masuk ke dalam mansion bersama Alastair. “Apa kalian memberinya kado?” tanya Taylor.

“Tentu saja, yang paling besar, kamu jangan khawatir, setiap orang berhak mendapat kado di hari Natal. Kalau kado-kado ini terlalu banyak, kita bisa menyumbangkannya ke panti asuhan.” jawab Alastair, Taylor mengangguk, mengiyakan.

“Ah ya, aku belum bilang. Merry Christmas.” kata Taylor, lalu menatap Scott yang kembali ke teras.

Merry Christmas, Scott.” kata Taylor lagi.

Merry Christmas.” balas kedua kakaknya.

Taylor meletakkan kado-kado yang ada di tangannya ke atas permadani di bawah pohon natal. Selagi Alastair dan Scott membawa masuk kado-kado itu, Taylor menyusun semuanya agar terlihat rapi.

“Wow... banyak sekali,” kata Cordelia yang baru masuk ke ruang keluarga.

“Scott dan Alastair memang suka memboros.” kata Taylor sambil terkekeh.

Selesai membawa masuk dan merapikan semua kado tersebut. Mereka semua lalu memulai sarapan di hari pertama Natal ini. Suasananya sangat hangat, Taylor rasanya ingin menangis karena merasakan suasana yang sangat dirindukannya ini. Empat tahun sudah dia membuang waktu berharganya.

Setelah itu mereka semua berkumpul di ruang keluarga, mendengar cerita dari kakak-kakaknya berupa lelucon yang mengundang tawa, bahkan sampai perut sakit. Hingga tidak terasa sore hari sudah tiba. Waktu berlalu sangat cepat.

Taylor tiba-tiba teringat sesuatu, dia belum memberi Carlos jawaban mengenai ajakannya beberapa minggu yang lalu. Dia juga belum memberitahu orangtuanya. Bisa saja Carlos nekat datang ke sini sekarang. Alastair pasti tidak akan suka.

“Ada apa, Taylor? Kenapa kamu melamun?” tanya Victor, membuat Taylor terlonjak.

“Emm... aku tidak apa-apa, hanya saja teringat sesuatu.” jawab Taylor.

“Apa itu?” tanya Victor, semua orang di ruangan tersebut menunggu jawabannya.

Ting... tong....

Di saat yang bersamaan, bel mansion berbunyi—tanda ada orang di luar sana. Taylor terkejut, tidak mungkin itu Carlos bukan? Dia baru saja memikirkannya, tidak mungkin itu Carlos.

“Aku saja yang buka.” kata Scott, hendak beranjak.

“Aku saja!” timpal Taylor, langsung meninggalkan ruang keluarga, menuju pintu utama. Wanita itu mengembuskan napas perlahan, lalu membuka pintu dengan pelan.

Taylor tersenyum setelah melihat siapa yang datang, dia sebenarnya terkejut. “Carlos,” sapa Taylor.

“Taylor,” balas Carlos. Seharusnya tadi Taylor tidak memikirkan Carlos. Baru saja Carlos hinggap dalam kepalanya, sekarang dia sudah berdiri di sini, tersenyum sangat menawan. Pesona seorang Reynalds memang sulit ditolak.

🍸🍸🍸

Jangan lupa tekan tanda bintang (vote) and comment 😊
IG : @angels_968

Note : picture source from pinterest.

Vous Atteindre
©2020 Angel Hwang
All rights reserved

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 114K 35
Christian Spencer adalah pria berhati dingin yang dikenal dengan wajah tampan dan mengintimidasi, yang mampu membuat semua wanita bertekuk lutut. Bel...
1.8M 78.6K 55
The first book of Carsson Family Series [CFS #1] Theodore Carsson kembali menerima keluhan dari ayah dan ibunya, agar dia cepat menikah. Menjadi anak...
900K 54.7K 43
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
453K 25.6K 29
Danzell Linwood, seorang mafia yang menutupi identitas aslinya dengan menjadi seorang CEO. Sebenarnya, Danzell hanya memiliki satu tujuan dengan menj...