WIIL YOU BE MY LIGHT?

By LyraRiaa

135K 14.4K 5.5K

Judul awal : Bulan untuk Bintang Apakah mampu Bulan bertahan dengan semua luka dihatinya? Apakah Bulan mampu... More

PROLOG
1. BULAN
2. BINTANG
3. NERAKA UNTUK BULAN
4. PENYELAMAT
5. BINTANG MARAH
6. CIUMAN PERTAMA
7. DI BAWAH HUJAN
8. SATU HARI BERSAMA
9. CAFFE
11. BULAN MILIK BINTANG
12. TATAPAN BULAN DAN GUDANG
13. BENAR-BENAR MENJAGA
14. Harapan
15. PERASAAN APA?
16. Cuek tapi peduli
17.

10. TOPI DAN UPACARA

4.7K 813 482
By LyraRiaa

Selamat membaca💙💙💙

Jangan lupa voment💛💛💛 💛💛

***

10. TOPI DAN UPACARA

Malam ini langit malam terlihat cerah. Bintang di langit terlihat bercahaya, cahaya yang di pantulkan rembulan mambuat bintang seperti memiliki cahaya. Padahal, bintang itu gelap, dan dingin. Cahaya bulan lah yang menjadi sumber seolah bintang bersinar.

Bulan duduk di atas kursi meja belajar, berhadapan langsung dengan jendela yang memperlihatkan luasnya langit malam.

Gadis cantik itu tersenyum saat semua robekan foto almh Asri di tempel kembali dengan lakban bening dari bagian belakang. Fotonya memang tidak sebagus sebelumnya. Lecek dan usang.

Wajah Asri dalam foto tidak lagi jelas, begitu juga foto Bulan saat masih menjadi anak-anak.

Setidaknya, ia masih memiliki foto itu. Mulai detik ini, Bulan akan menyimpan kenangan yang tersisa ini dengan baik. Semua barang peninggalan Asri ludes di bakar Erika. Hanya foto ini yang berhasil Bulan selamatkan.

Bulan mengambil sebuah sticky notes lalu menulis sesuatu di belakangnya.

Ibu, maafin Bulan ya nggak bisa jaga foto ini. Tapi mulai sekarang Bulan janji akan jaga seterusnya♡

-Your dughter.

Bulan tersenyum lebar lalu menempelkannya di belakang foto. Setelah itu, agar aman, Bulan memasukan foto itu kedalam sebuah plastik berukuran pas.

"Bulan sayang Ibu." Ucapnya tersenyum menatap foto itu. Agar aman, Bulan memilih untuk menyelipkan foto itu ke dalam buku diary'nya.

Bulan termenung, menatap langit malam dengan sebuah harapan ia akan berbahagia bersama Bintang suatu hari nanti. Setidaknya, Bintang mau menerima atau tidak merendahkannya lagi.

"Aku pengen jadi kayak bulan di langit. Ngasih cahaya buat bintang. Pakek cahayanya bareng-bareng," gumam Bintang pada dirk sendiri. Sebelah tangan menopang dagu.

"Tapi, bulan sama bintang di langit nggak sama kayak Bulan. Kalian akur, kalau Bulan nggak." Lanjutnya.

Brukk

Bulan terpelonjak kaget saat mendengar suara pintu kamarnya di buka begitu kencang hingga membentur dinding.

Gadis itu berdiri lalu berbalik agar bisa melihat pelakunya.

Ratu.

Ratu berjalan dengan langkah lebar penuh emosi menghampiri Bulan. Wajahnya sedikit memerah dengan kedua alis menukik. Mata nyalang dengan tangan terkepal kuat.

"Ra--"

Plakkkk

Tanpa aba-aba Ratu langsung menampar Bulan begitu saja dengan kencang, hingga ada bekas kemerahan di pipinya. Sebalah tangan Bulan memegang kulit yang barusan di tampar, terkejut dan takut.

"Lo jadi cewek resek banget sih?!" Kesal Ratu menatap Bulan penuh benci.

Bulan tidak mengerti apa maksud Ratu yang tiba-tiba marah dan kesal padanya? Bulan menatap Ratu dengan tatapan sulit diartikan.

"Bulan gak ngapa-ngapain? Kenapa Ratu marah?" Tanya Bulan dengan nada pelan. Bulan selalu megalah pada Ratu, walaupun perlakuannya kasar. Karena kalau tidak, Sandi dan Erika bisa turun tangan.

"Bulan gak ngapa-ngapain? Kenapa Ratu marah?" Kesal Ratu menirukan gaya bicara Bulan yang menurutnya seperti anak kecil yang lugu dan polos.

"Lo gak usah sok deh! Jadi cewek yang suka tebar pesona aja bangga! Ngaca lo! Mikir! Gara-gara lo gue berantem sama Gehan?!" Ratu mendorong bahu Bulan ke tembok dengan kencang hingga gadis itu meringis.

"Bulan kan--"

"Gehan belain lo! Selalu aja belain lo dari pada gue!" Tatapan Ratu tidak meluluh, melainkan semakin emosi.

"Gue udaha bilang sama lo yaa, jauhin Gehan dan jangan cari muka sama dia! Ngerti gak sih lo!" Ratu menekan pelipis Bulan seolah meminta gadis itu berfikir.

"Bulan enggak minta Gehan belain Bulan, lagian juga kenapa kalian bisa ngomongin Bulan?" Tanya Bulan berusaha sabar dan tenang. Jika ia emosi, Ratu bisa semakin menjadi.

"Karena lo caper! Sok sedih lah, sok paling tersakiti kayak enggak ada yang belai lo! Udah tau Gehan punya gue! Masih aja mau lo deketin lewat ekting murahan lo? Biar dapet perhatian? Gitu?" Tanya Ratu menyilangkan tangan menatap Bulan remeh. Selalu saja ada alasan Ratu untuk melawan Bulan. Mengatainya seolah ia memang paling benar.

"Sekali lagi, Bulan nggak pernah caper sama siapapun! Termasuk sama Gehan! Bulan nggak ada tuh--"

"Bacot lo basi!" Ratu membuang muka sambil menghela napas kasar. Mencoba tidak melayangkan tangan pada saudarinya.

"Emang niat jadi perusak hubungan orang ya lo? Mau jadi bibit perusak kayak ibu lo dulu?!" Cukup. Bulan muak jika Ratu sudah membawa-bawa Ibunya. Bulan tidak masalah jima Ratu menghinanya seberat apapun, tapi jika Ibu... Bulan tidak akan diam.

"Kamu... gak usah bawa-bawa Ibu aku! Aku gak masalah kalau kamu hina atau apapun sama aku." Bulan akan menggunakan aku-kamu jika ia mulai marah. Menurutnya, panggilan nama tidak lagi diperlukan karena itu terlalu halus jika untuk melawan seseorang.

"Tapi kalau kamu ucap Ibu kayak tadi aku bakal--"

"Apa?! Bakal apa?! Emangnya lo bisa apa lawan gue?! Hah?! Cewek murahan dan cupuk kayak lo gak akan pernah menang lawan gue!" Hardik Ratu mengerlingkan mata pada Bulan.

Bulan mengepalkan tangannya, ia tidak boleh sampai seemosi Ratu. Akan semakin sulit nantinya.

"Gue ingetin yaaaa, pokoknya lo harus jauhin Gehan! Jangan sampai gue liat lo deket apalagi ngonbol! Ngomong atau nanya juga gah boleh!" Ratu menunjuk wajah Bulan dengan wajah emosi.

"Sampai lo berani ngelanggar---inget, disini gue yang lenih dipandang dan berkuasa di banding lo! Dan gue gak akan segan ngelukain lo di rumah atau di sekolah!" Ucapnya ketus lalu melangkah pergi dengan emosi yang menggebu.

Bulan menarik napas panjang lalu menunduk, padahal Bulan tidak pernah ada niatan caper atau minta perhatian pada Gehan. Memang pada dasarnya, Gehan dan Bulan dekat.

Lagi pun, semenjak Ratu dan Gehan berpacaran, Bulan sudah sedikit renggang dengan cowok itu. Jangan tanya kenapa, ya jelas saja karena Ratu yang melarang, baik pada Bulan ataupun Gehan.

Bulan memilih sabar dan kembali duduk di kursinya. Menahan gejolak panas di dada sambil menarik napas panjang mencoba sabar dan tenang.

Api harus dipadamkan dengan air. Bulan lebih sabar menghadapi sikap Ratu yang seenaknya padanya.

Bulan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Apa pun yang ia lakukan selalu salah di mata orang.

Brukk

Bulan kemabali dikagetkan oleh setumpuk buku yang di lempar ke arah mejanya dari belakang.

"Kerjain PR gue! Jangan ada yang salah! Besok pagi harus udah selesai dan gue mau jam 06.00 buku itu udah ada di kamar!" Bentak Ratu.

"Bul--"

"Gue gak nerima alasan apapun, sebelum nyokap gue yang hukum lo," bisik Ratu do dekat telinga Bulan.

"Iya." Jawan Bulan pasrah. Lalu mengambil beberapa tumpuk buku di depannya dengan perasaab berkecamuk.

Padahal jam sudah menunjukan pukul 09.30. Bulan juga butuh istirahat setelah seharian membersihkan rumah. Apalagi, PR yang Ratu berikan tidak sedikit.

Bulan menarik napas sambil memejamkan mata. "Oke, Bulan kuat!"

📖📖📖

Gadis itu berlari sekencang mungkin menuju gerbang sekolah. Peluh nembanjiri pelipis, rambut berantakan karena terhembus angin.

Sebelah tali tas juga merosot sampai lengan, apalagi kaos kaki kanan yang ikut turun sebelah.

Bulan berusaha menacapai gerbang sekolah sebelum Pak Satpam menutupnya. Harusnya, Bulan tidak kesiangan. Tapi karena tidur jam dua malam dan disuruh mengepel lantai oleh Erika, pasti Bulan akan datang tepat waktu.

"Pakkk!! Jangan duluu di tutupp!!" Teriak Bulan menambah laju larinya.

Pak Satpam terpejonjak kaget lalu sedikit membuka gerbang agar Bulan masuk.

"Hati-hati atuh, neng!" Ujarnya geleng-geleng kepala melihat Bulan yang mengejar waktu upacara.

"Makasih Pak Satpamm!!" Teriaknya sambil terus berlari. Bulan berlari menuju lapangan yang sudah padat dengan para siswa yang berjejer.

Dengan segera, Bulan melepar tasnya ke tumpukan tas khusus orang-orang telat. Setelah itu, Bulan berlari menuju barisan kelasnya. Tepatnya di samping Chailla.

Nafas terengah dan sesak. Bulan segera mengekuarkan inhaler dari dalam saku lalu menghirupnya sambil berusaha menetralkan nafas.

Chailla menoleh pada Bulan, "tumben lo telat! Pasti kesiangan?!" Tebak Chailla tidak dibalas. Bulan masih menghirup inhalernya sambil sedikit membungkuk.

"Gimana ceritanya sih lo bisa telat? Baisanya juga pagi?" Setelah nyaman, Bulan berdiri tegak lalu menatap Chailla yang berada di sampingnya.

"Bulan kesiangan," jawabnya. Bulan mengelap peluh yang turun membanjiri pelipisnya.

"Lo begadang?"

"Iya!"

"Ngapain? Nonton bola? Drakor? Atau--" ucapan Chailla terhenti saat menyadari Bulan yang tidak mengenakan topi.

"Lo gak pake topi?" Tanya Chailla membuat Bulan melotot lalu memegang kepalanya. Benar, ia tidak mengenakan topi.

"Jangan bilang lo lupa bawa topi??" Tebak Chailla menunjuk wajah Bulan.

Rautnya berubah panik, Bulan panik! Murid yang tidak memakai topi akan di pajang di dekat tiang bendera dan disaksiakan oleh seluruh warga sekolah SMA Angkasa.

"Chailla!! Bulan lupaa!! Topinya masih di atas mejaa!" Bulan mencak-mencak dengan wajah pucat. Apalagi saat Pak Agus sedang berkeliling untuk mengecek siswa yang beratribut tidak lengkap.

"Aduh Pak Agus udah keliling lagi?! Gimana dong?!" Bulan mengguncang kedua bahu Chailla.

"Lo pinjem sono sama anak PMR. Anak PMR mah gak pake topi juga gak masalah, coba deh!" Ucap Chailla pada Bulan.

"Emang mereka bakal ngasih?" Panik Bulan.

"Coba aja dulu! Siapa tau ada yang mau berbaik hati sama lo!"

"Cepett!!" Chailla sedikit mendorong bahu Bulan agar segera meminjamkannya topi. Bisa malu Bulan kalau di pajang di depan lapangan.

Apalagi deretan orang-orang yang tidak memakai atribut lengkap biasanya anak cowok. Nakal dan tidak mematuhi aturan. Yanga gayanya urakan dan rajin membolos.

Bulan segera berlari menuju belakang barisan menemui anak PMR yang terdiam di dekat tembok.

Belum sempat Bulan keluar barisan seutuhnya, tba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang hingga Bulan hampir jatuh.

"Ehhh--" Bulan terkejut dan saat itu juga tubuhnya menabrak dada seseorang.

"Gak usah minjem. Pake punya gue." Ucap seseroang dengan suara berarnya.

Bulan memebalikkan tubuh. Terksima mendapati tubuh tinggi dan atletis seseorang di depannya. Kepala lantas mengodak untuk melihat wajahnya.

Bintang. Bintang diam dengan wajah santai dan datarnya.

"B-bintang?"

Tak hanya itu, Bintang mendekat lalu sebelah tangannya menarik ikat rambut yang di pakai Bulan hingga tergerai begitu saja.

"Acak-acakan, nanti rapihin." Bintang mengambil tangan mungil Bulan lalu memberikan ikat rambutnya.

"Baris. Nanti Pak Agus liat lo," Bulan terdiam. Kenapa Bintang rela meminjamkannya topi?

"Terus? Bintang gimana? Itu nggak pakai topi nanti Pak Agus marah dan bisa distrap di depan lapangan??" Bulan bertanya dengan wajah polos dan risau.

"Baris sana. Gue gampang," Bintang sedikit mendorong tubuh Bulan agar kembali pada barisan.

Sementara ia kembali berbaris di belakang dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana.

Bulan sedikit menoleh kebelakang, Bintang menolongnya dari amukan Pak Agus?

Menatap cowok yang terlihat begitu santai saat tidak memakai atribut lengkap. Seolah hukuman itu bukan apa-apa.

Dan benar saja, tak lama Pak Agus datang dengan wajah sangar menghampiri Bintang.

"Kamu?! Yang baris di belakang MIPA 3!! Kenapa tidak pakai topi?!" Amuk Pak Agus berkacak pinggang di samping Bintang..

"Lupa." Jawab Bintang tenang.

Pak Agus menjewer telinga Bintang agar keluar barisan dan mendorongnya.

"Kedepan sana! Gabung sama anak brandal! Kamu ini anak pemilik sekolah tapi kelakuan tidak mengikuti aturan." Kesal Pak Agus marah.

"Manusiawi." Jawab Bintang acuh lalu berjalan menuju lapangan seolah ia tidak bersalah.

Pak Agus geleng-geleng kepala kemudian kembali berkeleling selagi upacara dimulai.

Bulan diam dalam barisan. Menatap Bintang yang diam di lapangan. Ternyata cowok itu juga tengah memperhatikannya. Hingga pandangan mereka bertemu walau terhalang jarak dua puluh meter.

Entah apa yang terjadi pada Bintang, Bulan tidak tau kenapa cowok itu menolongnya.

💙💙💙

Spam next💖💖💖

Nyai lagi PTS jadi maap ya kalau agak lama updatenyaa💙💙💙

See ya💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

238K 18.1K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
982K 48.2K 64
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

599K 28K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
5.8M 247K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...