ANGGARA

By nadialarasati705

14.6K 2.9K 2.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-m... More

PROLOG
1. Pertemuan kedua
2. Ancaman
3. Siapa Anggara?
Numpang lewat🐋
4. Kekejaman Anggara
5. Pacar?
6. Sisi kelam Anggara
7. Menggemaskan
8. Amarah
9. Pemuda Misterius
10. Teka-teki
11. Berubah-ubah
13. Broke!
14. Anggara itu Aneh
Visual Cast♥
15. Mimpi Indah
16. Rencana terselubung
17. Rencana terselubung (2)
18. Ancaman
19. Papa?!
20. Pembekapan!
21. Tertangkapnya Impostor!
22. Tetap tinggal atau pergi?
23. Anggara Pergi?
24. Pendonor darah rahasia
25. Musuh dalam selimut

12. Cemburu?

459 105 93
By nadialarasati705

Halooo guys...

Jangan lupa votenya💜

Thank you, bye.

H A P P Y   R E A D I N G ! ! !

***

"Weits... kenapa lo senyam - senyum gitu? Kesurupan lo?!" sambar Farhan - sepupunya yang sudah nangkring dengan ponsel miring sembari menyantap kripik kentang ketika melihat kedatangan Zahra dengan raut wajah yang terbilang---aneh.

Pandangannya kini beralih pada kedua tangan Zahra yang sedang menenteng totebag belanjaan. "Pizza kan? Bagi dong..." serbunya dengan merebut kantong itu.

Saat akan merebut totebag-nya, Zahra menahannya kuat. "Apaan sih?! Makanan mulu pikiran lo." sungutnya kesal sambil memukul lengan cowok itu.

"Ini itu bukan pizza... tapi novel..." jelas Zahra dengan mata berbinar-binar.

Farhan kembali menatap Zahra dengan curiga. "Punya cuan dari mana lo, sampe beli novel sebanyak itu?" tanya Farhan dengan meletakan tangannya di bawah dagu seperti tengah berpikir. "Atau jangan-jangan---lo?!" ucapnya menggantung dan menatap mata Zahra menyipit. "Ngepet yah!" tebaknya dengan raut wajah mengintimidasi.

"Anjir! Jangan ngadi-ngadi lo." semprotnya tak terima. "Yakali seorang Zahra Agastya yang cantiknya badai... anaknya Bunda mama cantik yang berduit, ngepet!" balasnya sambil mengibaskan rambutnya yang tergerai. "Anjir! Kutunya berterbangan..." ujar Farhan berlagak jijik dan menjauhi Zahra.

Zahra berkacak pinggang, tak terima dengan perkataan sepupunya itu. "Heh! Zahra gak kutuan yah... emangnya si Zaham apa?!" serunya dengan raut wajah emosi.

"Miaw..."

"Miaw..."

"Rawr..."

Zaham---kucingnya yang merasa dibicarakan, berlari menghampiri Zahra dan bersiap mencakar majikannya itu. "Mampus lo, hahaha..." tawa Farhan menggelegar seketika.

Zahra mendelik kesal ke arah Farhan. "Eng---h nggak kok sayang... Zaham tuh cakep, lucu, imut, ngegemesin... u---tayang tayang... nggak kayak si bocah itu yang jelek, dekil, kumel, nyebelin, gak jelas, bajunya lusuh, bego, nggak ada imut-imutnya dan... faktanya lagi... kalau dia yang melihara kutu. Bukan Zaham kok sayang... bukan..."

Farhan yang merasa dirinya sedang dijelek-jelekan berhenti tertawa dan mengernyitkan dahinya bingung, "Dia siapa?" sahutnya, pasalnya yang sedang memakai baju lusuh itu dirinya. Bukan lusuh yah... lebih tepatnya favorit aja!

"Si onoh..." ucapnya menggantung dan bersiap berlari. "FARHAN WIJATMOKO!" lanjutnya dengan nada berteriak setelah sampai di dalam kamarnya.

"Anjasss! Sabar..." umpat Farhan namun ia lebih menghiraukan ledekan dari sepupunya itu.

Farhan itu ganteng, jadi kalau pake baju lusuh pun akan tetap ganteng. Pikirnya percaya diri sambil menyugar rambutnya ke atas. Iya syg kamu ganteng kok:D

"Gans gini... dibilang dekil. Buta kali kalo orang bilang gue jelek." ujarnya tersenyum percaya diri sambil mengaca di cermin yang ada di sampingnya, lalu memilih memfokuskan lagi aktivitasnya---main game.

***

"Gimana? Berhasil nggak?" ucap Taufan tiba-tiba saat Anggara baru saja memasuki rumahnya."

Anggara terdiam sejenak, "Apa gue jatuh cinta sama Zahra?" jawabnya dengan pertanyaan yang membuat mata Taufan membelalak seketika.

Perlahan bibirnya mencetak senyum ketika mengingat betapa menggemaskannya tingkah gadis itu. "Gue selalu ngerasa nyaman kalo deket sama dia, bahkan saat sama dia gue selalu tersenyum tanpa sebab."

"Dia itu beda, dia itu istimewa." ungkapnya dengan wajah sumringah.

Mata Taufan memicing, sebenarnya dia juga ikut senang melihat perubahan Anggara ketika bersama dengan Zahra. Tapi satu masalah membuat perasaan Taufan ikut kalut ketika mengingat tujuan Anggara untuk mendekati gadis itu. "Ingat bro. Tujuan lo..." ujar Taufan sambil menepuk pelan punggung Anggara memperingati.

"Lo harus inget Gar! Kita masih punya rencana lain lagi untuk hari esok. Gue berdoa, semoga lo berhasil!" tuturnya lagi lalu berdiri. Anggara berubah memandangnya datar. Ia juga tidak tahu, akan seperti ini akhirnya.

"Gue pamit." ujarnya sambil melangkahkan kakinya pergi.

Di tempat persembunyian seorang pemuda yang usianya tak jauh dengan mereka mendengarkan perbincangan yang terdengar sangat rahasia itu. "Rencana apa? Dan untuk siapa?" gumamnya kebingungan.

***

"Hai nona cantik..."

"Maaf mas nggak ada receh,"

Cowok itu membuka penutup kepalanya, mata gadis itu sontak membelalak lebar ketika mengetahui siapa cowok di depannya.

Gadis itu segera bangkit dari duduknya, "Lo---si cowok yang nggak punya perasaan dan yang mau bunuh kucing kesayangan gue 'kan?!" ujarnya emosi lalu memukul-mukul lengan orang itu dengan kuat.

"Heh... iya---iya ampun... dengerin penjelasan gue..." ucapnya dengan nada penuh ampunan dan akhirnya gadis itu menghentikan pukulannya.

Cowok itu terkekeh pelan, sebelum menjelaskan. "Sebenernya hari itu... gue mau nolongin kucing lo bukan mau bunuh. Jadi... kucing lo itu lagi tarung tuh sama kucing punya tetangga komplek sebelah karena---rebutan pacar, dan karena gue ngeliat kucing orennya kalah... jadi gue tolongin lah kucing oren itu," jelasnya panjang lebar yang membuat Zahra sedikit merasa bersalah karena telah menuduh yang tidak-tidak padanya.

"Pasti... lo lagi ngadi-ngadi yaaa, penjelasannya?" selidik Zahra memastikan.

Pemuda itu tersenyum simpul. "Jadi... lo gak percaya sama penjelasan gue barusan?" Zahra mengangguk antusias. "Gue itu cerita apa adanya. Lagian mana mungkin gue berani bohongin cewe secantik lo." ujarnya dengan gombalan dan diakhiri dengan kekehan.

"Hidih. Gembel!" sahut Zahra bergidik ngeri.

"Oke-oke. Gue percaya! Jadi... lo emang beneran nolongin kucing gue?" ucap Zahra lagi, yang membuat Pemuda itu menghela nafas pasrah.

"Emang selalu gini yah sifat cewek, kalo kita para kaum cowok bicara jujur nggak percaya. Apalagi kalo kita bicara bohong? Beh... bisa abis dong para kaum cowok." curhatnya panjang lebar. Dan berhasil membuat Zahra terkikik geli.

"Gue nih... daripada debat sama cewek, mending gue nguras sumur pake gelas aqua. Soalnya, capeknya sama," jelasnya dengan raut wajah pasrah.

Zahra tertawa lagi, "Lucu juga lo..."

"Ya udah deh... Gue minta maaf kemarin udah nuduh lo yang enggak-enggak. Dan... makasih yah..." ucap Zahra dengan tersenyum manis.

Pemuda itu tersenyum dan menoleh, "Tuh kan dari awal gue ngeliat lo... lo itu emang beda sama cewek-cewek kebanyakan diluar sana." Pujinya.

Zahra tak paham akan ucapan pemuda itu barusan. "Bedanya?"

Pemuda itu berdehem menetralkan rasa gugupnya. "Ya beda aja, wkwk."

Zahra berdecak, "His! Beda gimana?" cercahnya ingin tahu.

"Udahlah lupain. Bisa panjang ntar..." Dahi Zahra mengernyit lagi, tak paham dengan ucapan Pemuda di hadapannya ini. Ini salah satu kekurangan Zahra, lemot.

"Nama gue Arendra, nama lo siapa?" ujarnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya setelah lama saling terdiam.

Zahra tersenyum dan ikut membalas uluran tangannya. "Zahra Agastya."

"Oh, Zahra... pantes aja," ucap Arendra dengan mengangguk-angguk.

Dahi Zahra mengernyit, "Pantes gimana?"

"Cantik." ujarnya singkat dan memandang Zahra dengan raut wajah serius. "Setiap kali gue ketemu cewe yang namanya Zahra, pasti orangnya itu cantik." simpul Arendra yang membuat sedikit pipi Zahra memanas dan seketika tak bisa membuka suara lagi. Selemah ini gue...

Anjir, kok gue baper sih? batin Zahra sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Arendra tertawa, "Baper yah..." tuduhnya yang membuat Zahra salting sendiri. Ini adalah kali pertama Zahra dibuat baper sama orang yang padahal baru berkenalan beberapa menit yang lalu. Sepertinya, Zahra merasa tidak asing pada pemuda ini dan juga sepertinya dirinya pernah mengenal Arendra, tapi mana mungkin?

Di seberang sana, dua orang tengah mengamati kedekatan antara kedua orang asing yang baru saling mengenal satu sama lain beberapa menit yang lalu.

Reyhan tersenyum licik pada Anggara yang tengah menatap kedua sejoli itu dengan tatapan memendam amarah.

"See?"

Reyhan menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum miring. "Lo bahkan kalah sama Kakak tiri lo sendiri," ujarnya memanasi, dan berhasil membuat Anggara mengeraskan rahangnya kesal.

Setelah berhasil membuat jiwa Anggara benar-benar merasa terbakar karena ucapannya, Reyhan segera beranjak pergi dari tempatnya.

"Bangsat!" umpat Anggara emosi sambil meninju pohon yang ada di depannya. Darah segar mengalir begitu saja dari kepalan tangannya. Bukan perih yang ia rasakan, tapi penghianatan yang sekarang dirasakan kembali.

Kakak tirinya berulah lagi untuk yang kedua kalinya, dengan merebut apa yang sudah ditakdirkan menjadi miliknya.

***

Bugh.

Plak.

Dug.

Bugh.

"......!"

***

TBC💜

INI PART TERPENDEK, DIJAMIN😂

KIRA-KIRA APA TUH YANG BUNYI?

NANTIKAN NEXT CHAPTER, DIJAMIN SERU...

GAK KALENG-KALENG, WKWK...

DAN... JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA YAH GUYSS...

COBA DEH... DIPENCET DULU BINTANGNYA, DIJAMIN JADI BERWARNA😂

THANK YOU,

BYE💜

Continue Reading

You'll Also Like

432K 47K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 80.3K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
220K 9.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
413K 32K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...