20.12

Bởi NurAzizah504

2.6K 365 162

Katanya, euphorbia adalah lambang keberuntungan. Ketika Flower memutuskan untuk merawatnya, dia berharap kebe... Xem Thêm

PROLOG
1. Namanya Flower Edelweiss
2. Batas Pertahanan
3. Patah yang Sengaja
4. Yang Mengerikan
5. Tentang Dia
6. Berbicara Tentang Perasaan
7. Cerita di Pemakaman
8. Bisakah Kita Lebih Dekat?
9. Luka Tak Kasat Mata
10. Kiss Me
11. Si Penyair Gila
12. Patah Untuk Bahagia
13. Kutakut Kau Pergi
14. Gagal Melupakan
15. Jangan Pergi Terlalu Jauh
16. I'm Always Here
17. Yang Paling Pantas
18. Best Friends
19. Anak Kecil yang Ketakutan
20. Selangkah Lebih Dekat
21. Charlotte Sky
22. Kamar Nomor 37
23. Ungkapan Dalam Diam
24. Si Keras Kepala
25. Rencana Malam Nanti
27. Aku Itu Sampah
28. Terlalu Serakah
29. Harapan yang Terlalu Tinggi
30. Terlalu Sayang
31. Bertamu
32. Memilih Pergi
33. Kamu Lebih Tepatnya
34. Mencintai dan Dicintai
35. Banyak Tingkah
36. Egois

26. Harapan dan Mimpi

25 7 0
Bởi NurAzizah504

Kalau kamu pergi, aku bakalan sama siapa lagi?

* * *

Flower benci berjarak dengan Lion. Dia tidak suka saat laki-laki itu abai, seolah tak ingin peduli tentang semua hal yang ia lakukan. Berkali-kali Lion menasihatinya agar tidak menjadi gadis yang keras kepala. Berkali-kali juga, Flower membuatnya kecewa. Kejadian malam kemarin adalah contoh tentang hal bodoh dan bentuk dari keras kepalanya dia. Salah mengambil langkah, yang pada akhirnya malah membuat Lion marah. Malam ini, Flower mencoba untuk memperbaikinya lagi.

Usai membereskan meja makan dan mencuci piring bekas yang ia pakai untuk makan malam, Flower memberi ruang untuk dirinya rebah pada sofa empuk di ruang tengah pada apartemen Lion. Pada sebuah layar televisi di depannya, tampak sebuah film barat yang tidak Flower ketahui judul dan alurnya. Biarkan saja. Toh, dirinya juga sedang tidak ingin menonton film.

Tuk!

Flower membuka mata saat mendengar suara gelas bertemu dengan meja kaca. Sewaktu mengalihkan pandang, netra kecokelatan miliknya langsung bertemu dengan sosok Lion yang saat itu telah mengambil tempat di bagian ujung kakinya. "Green tea hangat buat kamu," ucap laki-laki berkaus hitam dengan celana santai selutut.

Flower mengucapkan terima kasih usai bangkit dan duduk sedikit lebih rapat dengan Lion. Dilihatnya laki-laki itu tengah fokus menonton film sambil sesekali menyesap kopi panas yang dipegang olehnya. Flower diam tak banyak kata. Malam ini, keadaan sudah kembali baik seperti semula. Awalnya Lion memang berencana untuk makan malam di rumah Flower. Namun, si gadis tiba-tiba membatalkannya. Dia mengatakan bahwa, 'Biar aku saja yang ke sana'. Itulah kenapa malam ini Flower menghabiskan waktu di tempat Lion.

Berlama-lama di apartemen Lion adalah salah satu hal yang disukai olehnya. Bersama laki-laki ini, Flower tak pernah sekalipun merasa bosan. Seperti saat ini, usai meletakkan gelas kopi di atas meja, Lion terlihat membuka sebuah permen cokelat dan menyerahkannya untuk Flower. Membuat ia tersenyum lalu mengucapkan terima kasih kepadanya. Sama halnya seperti hari-hari sebelumnya, apartemen Lion akan selalu terbilang rapi dan bersih. Menurutnya, Lion bukanlah orang yang terlalu suka mengoleksi barang. Interiornya pun cukup enak dilihat. Simple, tapi elegan.

Memutar pandang dari potongan adegan pembunuhan di layar kaca, Flower tak sengaja menemukan selimut yang dilipat rapi dan diletakkan di atas sebuah bantal tidur. Kedua benda tersebut berada tepat pada ujung sofa sebelah kirinya. Melihat itu, membuat Flower tertarik untuk bertanya, "Bantal sama selimut ini punya siapa?"

Lion menoleh sebentar untuk menjawab, "Punya aku," dan kemudian menatap ke arah televisi lagi.

"Terus kenapa diletakkan di sini? Nanti kotor, lo. Aku pindahin ke kamar kamu, ya?"

"Jangan!"

"Eh?" Pergelangan Flower ditahan saat tubuhnya nyaris berdiri sempurna. Dia menoleh hanya untuk menemukan sosok laki-laki yang sudah meninggalkan tatapannya pada layar televisi. Kini, kedua netra sehitam arang itu menatap dengan tajam ke arahnya. Yang pada sorot tersebut, malah membuat Flower merasa seakan-akan ia baru saja melakukan kesalahan yang fatal.

"Biarin aja di situ." Lion melepaskan tangannya yang beberapa detik tadi sempat mencengkeram pergelangan tangan Flower. Dia berdeham lalu sekali lagi memusatkan perhatiannya untuk jatuh hanya pada layar di depannya.

"Tapi──"

"Green tea kamu bentar lagi udah gak hangat lagi, lo. Gak mau langsung dihabisin?"

Melihat Lion berkata seraya menyelipkan seulas senyum tipis yang tak sampai ke mata, membuat Flower paham bahwa Lion ingin segera menyudahi obrolan ini. Flower terdiam sambil sesekali menyesap teh hijaunya yang telah menjadi dingin. Hingga ketika matanya kembali memandangi Lion, dia dibuat terkejut dengan raut wajah laki-laki itu yang berubah mengeras. Kedua tangannya pun dikepal kuat. Yang dengan jelas menyuratkan bahwa emosi Lion sedang tidak baik-baik saja.

Flower tak berani untuk bertanya apa pun kepada laki-laki ini. Ia yakin, semua ini disebabkan oleh pertanyaannya barusan. Karena itu Flower hanya berani mendekat untuk kemudian menyentuh rambut Lion dengan perlahan. Tepat ketika laki-laki itu menoleh lantaran kaget karena sentuhannya, Flower memutuskan untuk memberikan seulas senyuman ringan. "Padahal abis mandi, tapi kenapa gak langsung sisiran aja, sih? Bikin aku gregetan aja pas liat rambut kamu berantakan kayak gini."

Lion bungkam dan membiarkan Flower menyentuh rambutnya sesuka hati. Mau ditahan bagaimanapun, gadis ini akan selalu ada pada kebiasaannya. Sialnya, kebiasaan itu malah membuat Lion makin sulit untuk mengendalikan perasaannya. Lion makin merasa nyaman. Bahkan nyaris menarik Flower untuk segera masuk ke dalam pelukan.

"Foto, yuk! Biar bisa dibikin instastory." Tanpa menunggu jawaban Lion, Flower sudah lebih dulu mengeluarkan ponsel dan siap-siap membidik wajah keduanya. "Senyum yang lebar, ya. Soalnya aku mau bikin fans kamu iri."

"Fans? Emangnya aku ada penggemarnya?"

"Lo, masa kamu gak tau, sih?" Flower balik bertanya. Sesaat kemudian, dia melupakan tujuan awalnya untuk berfoto dengan Lion. "Di kampus itu banyak banget yang suka sama kamu. Bahkan Avery sama Ava juga sering nanya-nanyain tentang kamu ke aku."

"Nanya apa aja mereka?"

"Banyak. Kayak makanan kesukaan kamu, hobi, kebiasaan kamu. Ya ... gitu-gitulah. Bahkan mereka juga pernah nanyain kita ini pacaran atau emang sekedar sahabatan. Terus pas aku jawab kita cuma sahabat, mereka nanyain lagi apa kamu udah punya pacar atau belum."

"Kamu jawab apa?"

"Aku jawab belumlah. Dan, akhirnya ditanya lagi siapa cewek yang kamu taksir. Aku jawabnya gak tau," Flower memberi jeda sebentar lalu melanjutkan, "Emangnya kamu beneran gak naksir sama cewek manapun gitu? Di kampus kita banyak, lo, cewek yang cantik-cantik. Masa gak ada satu pun yang bikin kamu tertarik?"

Ada, kok. Nih, orangnya ada di samping gue. "Emang gak ada, Flower. Mau dibuat gimana lagi coba?"

Flower mengangkat bahu, meninggalkan percakapan untuk memotret wajah keduanya. Senyum mereka tampak cukup lebar. Terlihat begitu akrab, seakan tak pernah terjadi pertengkaran. "Aku tag kamu, ya? Awas kalau gak di-repost."

"Iya-iya." Lion juga ikut mengeluarkan ponsel untuk menunggu notifikasi dari Flower. Hingga ketika pop up tersebut muncul, Lion benar-benar melakukan apa yang gadis mau.

Flower tersenyum lebar saat tahu bahwa postingannya di-repost oleh Lion. Karena selama ini, Lion terbilang orang yang cukup cuek untuk meladeni banyak notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya. "Makasih, ya."

"Hm," balas Lion seadanya yang kemudian memutuskan untuk pindah ke topik lain, "Wira masih suka gangguin kamu gak?"

"Enggak, tuh. Denger-denger, sih, dia lagi dirawat di rumah sakit. Emangnya separah apa, sih, kamu mukulin dia? Sampai babak belur banget, ya?"

"Gak tau, udah lupa," jawab Lion dengan bahu diangkat sekali.

Flower mencebik kesal. Sedikit tak terima dengan jawaban Lion yang tidak masuk di akal. "By the way, karena udah jam delapan lewat, aku harus langsung pulang, nih."

"Aku anterin, ya? Mau ke taman dulu, 'kan?"

Melihat Lion yang hampir berdiri, buru-buru Flower mengatakan bahwa malam ini dirinya sengaja melewatkan kebiasaan rutinnya.

"Kenapa? Udah bisa move on dari dia?"

Dan, Flower terkekeh karenanya. Membuat hati Lion terasa panas dan ditusuk dengan benda tajam. Rasanya sakit ketika melihat Flower menggelengkan kepala. Nyatanya, selalu tak ada harapan untuk membuatnya masuk ke dalam hati gadis di sampingnya. "Ini aku lakuin juga karena Mas Genta. Soalnya malam tadi aku mimpiin dia. Waktu itu, dia minta aku untuk libur sekali saja. Dia mengatakan, tanpa aku ke sana pun, semuanya akan tetap sama. Dan, ya, semuanya memang tidak ada yang berubah. Bedanya, aku merasa sangat kehilangan."

"Oh, gitu?" tanya Lion hanya untuk mendapatkan sebuah anggukan ringan, "Em, jadi pulang, 'kan? Aku anterin, ya?"

"Gak usahlah. Aku bisa sendiri, kok. Lagian bentar lagi teman-teman kamu mau datang, kan, ya? Masa iya pas mereka datang kamunya malah gak ada." Flower berdiri dan mencangklong tas selempang berwarna hitam. Dia berhasil mencegah Lion untuk tidak mengantarnya pulang. Namun, dia gagal untuk mencegah Lion untuk terus di sisinya hingga ojek online-nya datang dan berhasil membawanya pulang.

Dari kejauhan, Lion tetap berdiri di tempatnya. Kedua matanya tetap mengarah ke ujung jalan. Mencoba mengais sisa bayang Flower yang mungkin saja bisa ia peluk saat dirinya merasa kesepian. "Kalau gitu, aku berharap malam ini kamu akan mimpiin dia lagi, Flower. Aku mau kamu berhenti menunggunya."

* * *

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

3.3M 25.7K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3M 30.9K 28
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.8M 87.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.8M 301K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...