Universe : Galaxy

By JeonJsk14

8.6K 1K 188

Kalian tahu teori Universe? Ya, teori yang mengatakan bahwa ada planet yang sama seperti bumi kita di galaksi... More

00 - 0 : Prolog
00 - 1 : Sebelum Peperangan Terjadi
00 - 2 : Family
00 - 3 : Friends
00 - 4 : Telpon Maut
00 - 5 : Kebersamaan
00 - 6 : Pertanyaan
00 - 7 : Jawaban
00 - 8 : Menyusup
00 - 9 : Masuk
00 - 10 : Hampir
00 - 11 : Akhirnya
00 - 12 : Berhasil?
00 - 13 : Pembukaan
00 - 14 : Mulai
00 - 16 : Pertarungan 1.2
00 - 17 : Pertanda Buruk
00 - 18 : Ketahuan
00 - 19 : Melarikan Diri
00 - 20 : Gerhana
01 - 00 : Terbukanya Segel
01 - 01 : Tanah dan Pasir

00 - 15 : Pertarungan 1.1

139 25 2
By JeonJsk14

“Tata Hyung, Tata Hyung,” panggil Ju Kook sambil menepuk paha Tae Ah beberapa kali.

“Hem, ada apa Kook? “ sahut Tae Ah.

“Tata Hyung, aku pernah baca di sebuah buku, di Adrona ini adalah 14 pengendali elemen. Tapi kenapa yang kulihat tadi hanya 12 elemen kemana 2 elemen lainnya? Para Ezveal itu di pilih dari berbagai pengendali elemen kan? “ tanya Ju Kook.

“15 elemen ? “ Tae Ah menoleh ke Ju Kook dengan tatapan bingung

“Ya, ada 15 Elemen, api, hewan, angin, petir, tumbuhan, es, air, suara, bayangan, cahaya, pasir, tanah, besi, batu, dan kegelapan, ke mana elemen es dan bayangan?, Apa pengendali kedua elemen itu tidak ada? “

“ Es dan bayangan ya? Hm, aku pernah dengar dari anak murid sini, pengendali elemen es sudah lama musnah, orang terakhir yang memiliki elemen itu adalah keluarga kerajaan Ethenasia sebelumnya, Raja John, Ratu Eliza dan Princess Britney. Tapi setelah kejadian 7 tahun silam mereka menghilang dan karena mereka menghilang di angkatlah kakak dari Raja John sebagai Raja, Raja Kasel,“

“Sedangkan elemen bayangan, katanya elemen itu hanya legenda yang berarti elemen itu kebenaran ada atau tidak adanya masih belum pasti tapi dipercaya banyak orang kalo elemen itu pernah ada. Termasuk para pengendalinya pun dianggap begitu, “

“Legenda? Berarti elemen dan pengendalinya sama halnya dengan Samjoko Shadow ya Tata Hyung? Elementum pet itu kan juga di katakan hanya sebuah legenda tapi legenda tentang elementum pet itu banyak di percayai orang kalau elementum pet itu ada,” ucap Ju Kook.

“Ya, benar sekali,”

Setelah bertanya perihal elemen dan elementalis, Ju Kook terlihat terdiam dan berpikir mengenai hal yang ia tanyakan tadi ke Tae Ah.

“Jika elemen bayang dan pengendalinya sekarang di anggap legenda, apakah elemen dan pengendalinya masih ada?”

"Dan benarkah Ice elemen sudah musnah?

“Tak mungkin lenyap begitu saja kan? Jika pun elemen dan pengendalinya sudah hilang atau punah, kenapa sampai sekarang kristal Exousia masih berjumlah 14? Harusnya jika suatu kaum pengendali elemen musnah, maka kristal Exousia yang berkaitan dengan kaum tersebut akan menghitam setelahnya menjadi batu lalu menjadi abu,”

“Yang berarti jika Shadow elemen dan Ice elemen musnah berserta pengendalinya, berarti sekarang jumlah kristal Exousia yang masih ada hanya 12 kristal,”

“Menurut buku yang aku baca, yang sebenarnya kristal Exousia ada 15 buah, tapi karena suatu kejadian, kristal Exousia yang berwarna hitam menghilang dan menyisakan 14 kristal,”

“Jika Shadow elemen dan Ice elemen sekarang sudah tidak ada lagi, yang berarti kristal Exousia tinggal 12, kenapa di buku pelajaran yang aku baca masih tertulis 14 kristal?”

“Apakah Shadow elemen dan Ice elemen beserta pengendali nya masih ada? Jika masih dimana mereka sekarang?”

“Dan lagi, apa yang membuat Shadow elemen dan Ice elemen beserta pengendali nya musnah? “

Di saat Ju Kook bergulat dengan pikirannya sendiri perihal dua elemen yang dianggap banyak orang telah musnah dan yang lain terlihat sibuk dengan keasikan masing-masing. Ju Kook dan teman-temannya tidak menyadari ada sepasang mata yang dari tadi mengawasi mereka di seberang area tempat duduk mereka.

–❇️❇️❇️–

Di seberang area tempat duduk Ju Kook dan teman-temannya terlihat seseorang dengan jubah putih duduk di antara murid-murid lain. Pandangan mata orang itu mengarah ke Ju Kook dan teman-temannya yang duduk di area tempat duduk di seberang area tempat duduknya. Sepertinya orang berjubah putih itu adalah orang berjubah coklat tadi atau duplikasi orang berjubah coklat tadi yang di perintahkan oleh orang berjubah coklat yang asli untuk menggantikan tugasnya mengawasi dan melindungi Ju Kook dan teman-temannya untuk sementara. Di lihat dari penampilannya yang berubah, memakai jubah putih dengan seragam MHS berwarna putih, sepertinya orang berjubah coklat sedang menyamar juga menjadi salah satu murid di MHS. Agar dia dapat mengawasi Ju Kook dan teman-temannya dengan tenang dan aman.

“15 elemen?” lirih orang berjubah coklat.

–✳️✳️✳️–

Di tempat lain

Terlihat Tuan Jeon dan asistennya, Vania tengah sibuk merakit sesuatu. Saat sedang merakit Tuan Jeon teringat dengan anaknya. Dia menghentikan sejenak kegiatannya. Vania yang melihat Taun Jeon berhenti merakit dia langsung menghentikan kegiatannya juga, mendekati Tuan Jeon dan bertanya.

“Tuan Jeon? “ ucap Vania.

“Ah, Vania ada apa? “ ucap Tuan Jeon.

“Kenapa tuan berhenti? Ada apa?” tanya Vania.

“Tidak apa apa Vania, hanya saja aku teringat dengan anak ku, Ju Kook,” jawab Tuan Jeon.

“Ju Kook? Memang ada apa dengan Ju Kook? Dia sakit?” ucap Vania.

“Tidak, dia sehat kok,” ucap Tuan Jeon.

“Lalu apa yang membuat tuan kepikiran dengan Ju Kook anak tuan?” ucap Vania.

“Aku kepikiran dengannya karena dia kan home schooling online dan sekolah nya di mulai jam 10. Dan Ju Kook tadi pergi main dengan teman-temannya. Karena dia pergi main itu yang buat aku kepikiran. Apakah dia ingat tidak dengan sekolah nya? Apakah sekarang sudah jam 10? Dan apakah Ju Kook sudah pulang ke rumah untuk sekolah?” ucap Tuan Jeon.

“Ah, begitu ya,“ ucap Vania.

Di meja lain

Terlihat wanita tua berambut putih yang sedang membaca ‘Cetak Biru’ yang ada di atas mejanya menghentikan kegiatannya lalu dia melihat ke arah meja Tuan Jeon tempat dia mengerjakan pekerjaannya dengan asistennya.

“Hai! Kalian berdua yang ada di sana kenapa berhenti? Ada apa?! “ teriak wanita tua berambut putih itu.

Mendengar teriakan itu Tuan Jeon langsung menoleh ke wanita tua itu.

“Ah, tidak ada apa-apa Prof,“ ucap Tuan Jeon.

“Jika tidak ada apa apa, lanjutkan pekerjaan kalian,” ucap wanita tua berambut putih itu.

“Ya prof,” ucap Tuan Jeon.

Tuan Jeon kembali melanjutkan kegiatannya. Sambil merakit dia menghela nafas dan berkata “ Semoga anak itu ingat dengan sekolahnya, kau tahu sendiri kan dia itu pelupaan anaknya,”

“Ya Tuan, semoga ya, “ ucap Vania.

Vania kembali melanjutkan kegiatannya juga. Sambil melakukan kegiatan merakitnya Vania membatin dalam hati.

“Jika Ju Kook lupa dengan sekolahnya apa yang akan di lakukan Tuan Jeon padanya? Apakah dia akan memarahinya?” batin Vania.

Vania menoleh ke Tuan Jeon yang sedang sibuk merakit, “ Atau apakah dia akan menghukumnya?”

“Tuan,” panggil Vania ke Tuan Jeon.

Tuan Jeon menoleh ke Vania “Ya, ada apa Vania?” ucap Tuan Jeon.

“Tuan, jika seandainya nanti Ju Kook lupa dengan sekolahnya, kau jangan marahi dia apalagi menghukumnya ya,“ ucap Vania.

“Memang kenapa?” ucap Tuan Jeon.
“Ya, pokoknya jangan, saya kasihan dengan Ju Kook jika kau memarahinya atau menghukumnya hanya karena dia lupa dengan sekolahnya. Ya dia salah tapi tidak sepatutnya Tuan Jeon begitu dengannya. Dia masih anak-anak jadi maklumlah jika dia masih suka membuat kesalahan. Jadi tolong jangan marahi dia dan hukum dia tolong kali ini maafkan dia,” ucap Vania.

“Tapi...,”

“Aku mohon tuan jangan marahi dan hukum Ju Kook,” ucap Vania dengan wajah sedikit melas.

“Hah...baiklah, “ ucap Tuan Jeon.

“Terima kasih Tuan, “ ucap Vania dengan senyum manisnya.

–❇️❇️❇️–

Kembali ke auditorium

Di tengah arena, seluruh murid sudah selesai mengambil undian di kotak kayu yang di bawa wanita berambut hitam memakai pakaian berwarna abu-abu itu. Wanita berkacamata yang ada di samping wanita berambut hitam itu pun memulai pertarungan.

“Semua peserta sudah mengambil nomor undian, baiklah sekarang dua murid yang mendapat nomor undian pertama di persilahkan maju,”

“ Corarel Endevour, anak pengendali Nature,“

“ Xavier Thompson, anak pengendali Thunder,“

“ Untuk yang lain silahkan kembali ke tempat duduk kalian sambil menunggu giliran kalian,“

“Baik, Bu!,” ucap semua murid yang menjadi peserta turnamen kenaikan tingkat. Setelah itu murid yang tidak di panggil, mereka semua meninggal kan arena turnamen, kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Kedua murid yang di panggil tadi melangkah maju ke tengah lapangan lalu mereka saling berhadapan satu sama lain.

Melihat peserta pertama sudah berdiri di tengah arena dan saling berhadapan. Semua murid berbisik-bisik membicarakan kedua murid itu.

“ Gadis populer di angkatan kelas 2 lawan pria terpopuler di sekolah yang notabenenya adalah seorang pangeran dari kerajaan Helliconia. Kira-kira siapa yang menang ya? Arel atau Xavier?” bisik salah satu murid duduk di barisan belakang tempat duduk Ju Kook dan teman-temannya sambil melihat dua murid yang berdiri di tengah arena itu.

“Xavier lah pastinya, secara kan tingkat Xavier lebih tinggi daripada Arel si gadis sok cantik itu. Ya walaupun mereka sama-sama satu angkatan tapi kan tingkat mereka berbeda. Xavier tingkatnya lebih tinggi daripada Arel, “ jawab murid lain.

“ Memang tingkat Xavier apa? “ tanya seorang gadis.

“Dia tingkat Exy 3,“ jawab gadis lain.

“Wah, serius?! Exy 3 ?! Wah hebat sekali dia, sudah ganteng, populer, pintar dan hebat lagi,“ ucap gadis lain takjub dengan salah satu peserta turnamen yang sekarang tengah berdiri di tengah arena.

“Setahuku Si Arel itu tingkat Pante 3 kan?,” sahut gadis lain sambil memperhatikan kedua murid yang berdiri di tengah arena yang merupakan peserta turnamen yang mendapatkan urutan no. 1.

“ Apa?! Pante 3?! Wah kalau gini fiks sih yang bakal menang Xavier, fiks Arel kalah,“ ucap gadis lain terkejut.

Ju Kook yang sedari tadi mendengar percakapan murid yang duduk di barisan belakang tempat duduknya dan teman-temannya hanya bisa diam dan membatin dalam hati “Segitu hebatnya kah orang yang bernama Xavier sampai di eluh-eluh kan oleh murid-murid lain. Aku penasaran dia sehebat apa?”

“Dan apa mempunyai tingkat yang tinggi di sini akan di anggap hebat?”

“Karena setahu ku orang yang hebat itu orang yang mampu mengembangkan dirinya tiap waktu dan mampu juga menggunakan kelebihan itu untuk hal yang positif,“

“Tingkatan, jabatan, pangkat, gelar dan lain lainnya itu menurut ku tak lebih dari sebuah nama yang tak penting,”

“Karena itu aku bingung, murid-murid MHS menentukan orang yang hebat itu dari tingkat mereka kah? Semakin tinggi tingkat yang dipunyai seorang murid makin di pandang hebat lagi murid itu? Apakah begitu konsepnya?”

“Jika begitu berarti tingkat menentukan persentase kemungkinan seorang murid menang dalam pertandingan kan?, Murid yang tingkatnya tinggi itulah murid yang akan menang?”

“Tidak, sepertinya tidak, mempunyai tingkat yang tinggi itu tidak menentukan segalanya kan? Sebuah kemenangan itu tergantung pada orangnya kan? Bukan tingkatnya,”

–✳️✳️✳️–

“ Xavier,“ ucap wanita berjubah putih memakai kacamata yang berdiri di depan dua murid yang saling berhadapan menoleh ke kanan ke pemuda berambut emas.

“ Arel,“ lalu wanita itu menoleh ke kiri ke gadis berambut putih.

“Silahkan kalian berdua saling berjabat tangan,” ucap wanita itu kepada dua murid itu. Lalu  kedua murid itu pun berjabat tangan.

“Kalian berdua sudah siap? “ tanya wanita itu kepada dua murid itu.

“Siap Bu!” ucap kedua murid itu bersamaan.

“Baiklah, kedua belah pihak sudah siap, silahkan bertarung,” ucap wanita berjubah putih itu. Setelah mengatakan itu wanita berjubah putih itu pergi meninggalkan tengah arena dan menyisakan kedua murid yang berdiri di tengah arena itu. 

Layar besar yang ada di auditorium yang menampilkan sebuah angka yang menjadi patokan waktu berlangsungnya pertandingan per ronde pun berjalan.

“Silahkan perempuan duluan,” ucap pemuda rambut abu-abu tua itu pada gadis rambut coklat yang ada di depannya.
“Heh, baiklah jika itu mau mu Xavier, bersiaplah,“ ucap gadis rambut tua itu dengan ekspresi wajah meremehkan di awal dan di akhiri dengan tatapan tajam. Pemuda yang ada di depan gadis rambut coklat itu bernama Xavier Thompson, panggil saja Xavier.

“Baiklah, Arel cantik,“ ucap Xavier pada gadis rambut coklat itu, Corarel Endevour, itulah nama dari hadis rambut coklat itu. Panggil saja dia Arel.

Arel memulai pertarungan terlebih dahulu, dia menghentakkan kakinya ke tanah dan keluarlah tujuh buah tumbuhan raksasa berduri dari tanah di sekeliling daerah tempat Xavier berdiri.

“Living forest,” Arel menggerakkan tangannya seketika tumbuhan raksasa berduri itu bergerak melesat ke arah Xavier ingin mengunci pergerakannya tapi dengan gerakan cepat Xavier melompat ke belakang menghindari tumbuhan raksasa berduri.

Brak

Kedua kaki Xavier menapak di atas tanah, lalu dengan ekspresi santai dia menatap Arel.

“Kau ingin mengunciku Arel? “ ucap Xavier.

“Sial, dia bisa membaca serangan ku,“ batin Arel kesal sambil menatap tajam Xavier.

Arel menggerakkan tangannya lagi dan tumbuhan raksasa berduri itu bergerak melesat cepat ke arah Xavier. Tapi lagi-lagi Xavier dengan gerakan cepat berhasil menghindari tumbuhan raksasa berduri itu.
“Kau tak akan bisa mengunci pergerakkan ku Arel,” ucap Xavier dengan percaya diri tinggi. Xavier melesat cepat bagaikan kilat dan tiba-tiba dia sudah ada di belakang Arel. Xavier tersenyum licik ke arah Arel. “Sekarang giliranku,”.

Mendengar itu dengan gerakan cepat Arel menoleh ke belakang.

“Thunder Ball,” 

Bola petir berwarna kuning keemasan terbentuk di tangan Xavier, ia menyeringai menatap Arel yang masih diam terkejut karena dirinya tiba-tiba ada di belakangnya. Xavier melempar bola petir itu ke arah Arel. Bola petir itu melesat cepat ke Arel.

Arel yang melihat itu dengan gerakan cepat menggerakkan tangannya dan tumbuhan raksasa berduri bergerak cepat membentuk tembok melingkar membungkus dirinya di dalamnya.

Bola petir itu menghantam tembok tumbuhan itu dan meledak, Arel yang ada di dalam yang juga merasakan hantaman dan ledakan itu hanya bisa memejamkan matanya. Merasa sudah aman, Arel menggerakkan tangannya dan tumbuhan raksasa berduri yang membungkus nya bergerak menjauhi nya.

Xavier yang berdiri di sana menatap Arel senang sambil kedua tangannya di lipat di depan dadanya, “Pertahanan yang bagus Arel,” ucap Xavier.

“Aku akui kau cukup hebat untuk seukuran anak pengendali Nature tingkat Pante 3, “ ucap Xavier sedikit kagum dengan Arel.

“Kau!” desis Arel menatap nyalang Xavier. Tangan Arel mengeras membentuk kepalan. Xavier yang melihat tangan Arel yang mengepal, dia tersenyum kecil.

“Kenapa? Kau marah? Kenapa marah? Apa ada yang salah dengan ucapan ku? Jika iya, di mana letak salahnya?, tapi menurutku ucapan ku tadi tidak ada yang salah. Malah ucapan ku tadi itu adalah sebuah pujian untukmu,” ucap Xavier.

“Iya memang tidak ada yang salah dari ucapan mu, tapi yang salah di sini adalah ekspresi wajahmu,“ Arel menggerakkan tangannya dan tumbuhan raksasa berduri itu bergerak melesat ke Xavier seperti ingin menyerangnya. Melihat itu Xavier dengan cepat melesat menghindari tumbuhan raksasa berduri yang hendak menyerangnya itu.

Xavier sudah ada di belakang Arel di tempat ia berdiri tadi, dia menatap punggung Arel dan berkata “ Wo, wo, wo, Apa? Ekspresi wajah? Memang kenapa dengan ekspresi wajah ku?”.

Arel membalikkan badannya dan menatap Xavier yang berdiri di sana.

“Ekspresi wajahmu menyebalkan,” Arel menggerakkan tangannya dan tumbuhan raksasa berduri bergerak melesat ke arah Xavier. Dan Xavier dengan cepat melesat ke arah kanan menghindari itu.

“Menyebalkan? Memangnya ekspresi wajahku seperti apa sampai kau bilang bahwa ekspresi wajah itu menyebalkan, seperti ini kah? “ Xavier melipat kedua tangannya sambil dia menunjukkan ekspresi wajah sok cool dan sok ganteng ke Arel.

Arel yang melihat ekspresi yang di tunjukkan Xavier membuat Arel semakin marah kepada Xavier.

“CUKUP!” teriak Arel kesal.

“Cukup main-mainnya, aku tidak suka” ucap Arel dengan penekanan di setiap kata.

Xavier menyeringai menatap Arel yang sepertinya sangat marah padanya sekarang.

“Oh, kau tidak suka? Baiklah, ayo mulai serius sekarang “ ucap Xavier.

–❇️❇️❇️–

Di tengah hutan

Terlihat ada rumah tua aneh, rumah itu berdinding kan kayu dan dinding kayu itu terlihat beberapa bagian sudah rusak, atap rumah itu terbuat dari jerami yang sudah kekuningan. Begitu penampakan rumah tua aneh itu. Walaupun penampakan luar rumah itu jauh dari kata bagus, jangan mengira kalau rumah itu tidak lagi layak huni dan isi dalam rumah itu pasti juga tak jauh berbeda dengan penampakan luarnya. Belum tentu apa yang di lihat di luar itu dalamnya juga sama. Jadi jangan segampang itu menilai sesuatu dari sampulnya saja. Terkadang sampul itu bisa menipu.

Yail, burung rajawali emas itu turun secara perlahan ke bawah. Dia turun pelan-pelan ke bawah karena dia membawa tuannya yang sedang terluka dia takut jika dia turun dengan cepat itu akan melukai tuannya.

Brak

Kaki burung itu menapak di tanah, sekarang burung itu sudah mendarat dengan selamat di atas tanah itu. Orang berjubah coklat yang ada di atas punggung burung rajawali itu segera turun dari punggung burung itu lalu berjalan menuju ke rumah tua itu.

Orang berjubah coklat itu terlihat berjalan tertatih tatih menuju rumah itu. Pertarungan tadi membuatnya kehilangan banyak tenaga dan dia merasa sekujur tubuhnya sakit dan remuk jadi maklukmi saja jika cara berjalannya jadi seperti itu.
Yail yang melihat orang berjubah coklat yang notabenenya adalah tuan nya itu berjalan tertatih tatih menuju rumah itu dia dengan sigap mengubah dirinya menjadi manusia dan menghampiri tuannya.

“Nona, maaf jika saya lancang, tapi perkenankan saya membantu Nona” ucap Yail menawarkan diri dan sekalian meminta izin dengan sopan kepada orang berjubah coklat itu untuk membantunya berjalan ke rumah tua itu.

Belum mendapatkan jawaban dari orang berjubah coklat itu, tangan Yail yang ingin mencoba menolong orang berjubah coklat itu di tepis halus oleh empunya.

Setelah menepis tangan Yail, orang berjubah coklat itu berkata “ Ah, tak perlu Yail, saya bisa sendiri”

“Tapi nona–“

“Tidak Yail, tidak usah “ ucap orang berjubah coklat itu sambil mengangkat tangan.

“Nona...”

Yail ingin sekali membantu tuannya tapi karena tuannya sudah berkata seperti itu jadi dia hanya bisa diam dan tidak bisa melakukan apa pun.

Setelah menolak bantuan dari Yail, orang berjubah coklat itu masih berusaha menuju ke rumah tua itu. Kurang beberapa langkah lagi menuju rumah itu orang berjubah coklat itu merasa kepalanya berputar, dia menghentikan sejenak langkahnya. Dia memegangi kepalanya yang terasa pening.

Melihat orang berjubah coklat itu berhenti, Yail dengan cepat menghampiri orang berjubah coklat itu.

“Ada apa Nona?” tanya cemas Yail pada orang berjubah coklat itu.

“Ah, tidak apa Yail, aku baik-baik saja “ ucap orang berjubah coklat itu.

“Nona, biar saya bantu anda nona” tawar Yail.

“Tidak, saya bisa sendiri Yail” ucap orang berjubah coklat itu menolak tawaran Yail untuk kedua kalinya.

Saat merasa kepalanya sedikit mendingan, orang berjubah coklat itu melanjutkan langkahnya, tapi baru beberapa langkah ia ambil, dia jatuh pingsan.

Yail yang melihat tuan nya limbung, dia dengan sigap menahan tubuh tuanya agar tidak jatuh ke tanah. Tubuh orang berjubah coklat itu jatuh ke dada bidang milik Yail.

Yail merasa sedikit lega karena berhasil menahan tubuh tuan sebelum menyentuh tanah. Tapi kelegaan itu tidak bertahan lama. Setelahnya kelegaan itu tergantikan rasa khawatir yang begitu besar saat Yail melihat wajah tuannya yang begitu amat pucat seperti mayat.

“Nona!, Nona!, Nona!” panggil Yail sambil menepuk pipi orang berjubah coklat itu untuk menyadarkannya. Berkali-kali Yail memanggil dan menepuk pipi orang berjubah coklat itu tapi tidak mendapatkan respons yang berarti dari empunya.

Karena tak kunjung mendapatkan respons, Yail segera menggendong tuannya itu, menggendongnya ala bridal style dan membawanya ke rumah tua itu.

–✳️✳️✳️–

Di lorong yang gelap

Orang-orang berjubah hitam terlihat duduk bersandar di tembok sambil menahan sakit yang teramat menyakitkan di sekujur tubuh mereka karena pertarungan mereka tadi dengan orang berjubah coklat dan duplikasinya.

“Tuan, kenapa kita pergi dari sana? Bagaimana dengan anak yang tidak memiliki kekuatan yang di perintahkan tuan Zazel untuk mencarinya?” ucap salah satu dari mereka kepada ketuanya.

“Ya, tuan, tadi kita hampir dekat dengan anak-anak yang tidak memiliki kekuatan,” sahut orang berjubah yang lain.

“Aura mereka sangat terasa di Mazesthy High School tadi, kita bisa merasakannya, kenapa kita tadi pergi tuan? Padahal kita sudah dekat dengan target kita,” ujar yang lain

Mendengar ocehan-ocehan anak buahnya, ketua orang-orang berjubah hitam itu naik pitam, “ DIAM!” teriak marah ketua orang-orang berjubah hitam itu.

“Kalian ingin mati di tangan Inggrid huh?!” bentak ketua orang-orang berjubah hitam itu menatap tajam ke anak buahnya.

Suara bentakan ketua mereka menggelegar di telinga mereka, seketika mereka mendengar itu hanya bisa diam dan menundukkan kepala ketakutan.

“Kalau kalian ingin mati di tangannya, kenapa ikut pergi?! Kenapa tidak tinggal saja di sana?!” dengan mata menyalang dan tangan kanannya menunjuk ke tembok, dia memarahi anak buahnya dengan kemarahan hanya menggebu-gebu.

“Kalau aku lebih baik mati di tangan tuan Zazel daripada mati di tangan Inggrid, aku tak sudi mati di tangannya, harusnya dia yang mati di tanganku,” dia mengangkat tangan, di telapak tangannya terlihat ada batu hitam berukuran sedang, dia meremat batu itu dengan tangannya dengan penuh amarah dan dalam sekali remat batu itu pun hancur di tangannya dan jadi pasir yang keluar dari sela-sela tangannya.

Anak buahnya yang melihat batu itu hancur di tangan tuanya dalam sekali remat hanya bisa menelan ludah mereka dengan perasaan takut yang membuncah di diri mereka.

“Sudah, lebih baik kita menyembuhkan diri dan mengembalikan tenaga kita dulu, baru setelah itu kita lanjut lagi mencari anak-anak yang tidak memiliki kekuatan itu,“ ucap ketua orang-orang berjubah hitam.

“Ya, tuan,”

–❇️❇️❇️–

15 menit telah berlalu

Waktu masih berjalan dan turnamen pertama masih berlangsung.

Terlihat di layar besar yang ada di auditorium itu, angka yang ada di layar itu masih berjalan. Angka yang terpampang di layar itu adalah waktu yang tersisa. Dan sekarang waktu yang tersisa adalah 15 menit lagi.

Xavier dan Arel masih saling bertarung, menyerang dan menghindar itu lah yang mereka lakukan. Kondisi mereka sekarang sudah tidak baik. Tidak hanya mereka arena yang merupakan tempat mereka bertarung juga sudah tidak bagus lagi seperti sebelumnya.

Xavier yang terlihat sudah ada beberapa luka di tubuhnya karena serangan Arel. Dan Arel yang lebih parah dari Xavier, banyak luka yang ada di tubuhnya dan wajahnya juga sudah pucat.

Arena yang juga sudah hancur berantakan karena pertarungan mereka berdua. Banyak retakan di dinding pinggir arena, retakan di lantai arena dan lubang di lantai arena.

“Akh” rintih Arel yang merasa kesakitan di dadanya. Merasa rasa sakit menyerang bagian dadanya, Arel langsung memegangi dadanya.

Dari kejauhan Xavier yang melihat Arel memegangi dadanya, dia pun berkata “Sudahlah Arel, menyerahlah, lihatlah kondisimu, kondisi sudah begitu buruk,”
Mendengar perkataan Xavier, Arel langsung menatap Xavier dengan tatapan mematikan.

“Tidak!” teriak Arel.

“Tidak perlu kau memperhatikan kondisiku, aku tidak butuh perhatianmu, perhatikan saja kondisimu sendiri, kondisimu juga sama kan sepertiku, “ ucap Arel penuh penekanan.

“ Tak usah kau sok perhatian kepadaku Xavier Thompson,” lanjut Arel.

Ujung mata Xavier melirik ke arah layar besar yang ada di auditorium, di layar itu menunjukkan angka 14.24, itulah waktu yang tersisa sekarang, 14 menit 24 detik.

Jujur Xavier sebenarnya tidak tega melihat kondisi Arel yang sekarang, dia tidak tega bertarung lagi dengan Arel dengan kondisi dia yang jauh dari kata baik.

“Hah...,” Xavier menghela nafas.

Xavier menatap dalam Arel yang berdiri di depannya yang berjarak beberapa meter.

“ Karena aku tidak kuat lagi melihat kondisimu dan aku tidak mau membuatmu semakin terluka dan semakin lama menahan rasa sakit,” batin Xavier.

Dia memejamkan mata sejenak lalu membukanya lagi “Aku akan menyelesaikan pertandingan ini dengan cepat dan aku akan menyerangmu tanpa menyakitimu,”









To be continued....
















Semarang, 4 Februari 2021 21.33









Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 131K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
594K 15.6K 19
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
1.7M 136K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
596K 64.3K 66
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...