ANGGARA

By nadialarasati705

14.6K 2.9K 2.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-m... More

PROLOG
1. Pertemuan kedua
2. Ancaman
3. Siapa Anggara?
Numpang lewat🐋
4. Kekejaman Anggara
5. Pacar?
7. Menggemaskan
8. Amarah
9. Pemuda Misterius
10. Teka-teki
11. Berubah-ubah
12. Cemburu?
13. Broke!
14. Anggara itu Aneh
Visual Cast♥
15. Mimpi Indah
16. Rencana terselubung
17. Rencana terselubung (2)
18. Ancaman
19. Papa?!
20. Pembekapan!
21. Tertangkapnya Impostor!
22. Tetap tinggal atau pergi?
23. Anggara Pergi?
24. Pendonor darah rahasia
25. Musuh dalam selimut

6. Sisi kelam Anggara

579 155 130
By nadialarasati705

Perubahan sifat seseorang bisa terjadi karena Orang yang sangat berarti dikehidupannya meninggalkannya pergi.

***

'XII BAHASA 1'

Terlihat sekali dari luar ruangan bahwa sedang ramai-ramainya kelas ini. Apa lagi kalau bukan tengah sibuk menyalin tugas yang belum dikerjakan dirumah masing-masing. Itu adalah tradisi dari anak-anak kelas Bahasa dari dulu. Desas desus dan lempar-lemparan tipe-x dari bangku pojok ke pojok lagi. Dan emosi para siswa yang lelet ketika mencontek jawaban teman yang lain. Membuat darah tinggi teman yang lain kambuh.

Beda dengan kedua sahabat yang tengah mondar-mandir di pintu kelasnya menanti kedatangan Pawang sepercontekannya belum datang dari tadi.

"Njir! Si Jahra sama Almira kemana sih, kok belum dateng?" celetuk Sekar yang tengah kebingungan mencari sumber jawaban darimana. Hanya Almira dan Zahra lah yang bisa membantu mereka berdua.

Erika berdecak. "Iya ah, nggak asik nih. Mana 10 menit lagi bel masuk bunyi lagi,"

"Apa jangan-jangan mereka berdua sekongkol lagi buat nggak masuk sekolah?" cetus Sekar yang membuat keringat dingin bercucuran didahi Erika, mengingat hari ini adalah tanggal 14 dan absen dirinya adalah 14. Dapat ditebak, kalau Erika lah yang hari ini akan menjadi buron semua guru.

"Njir! Coba lo telfon Zahra, gue coba telfon Almira. Oke kar!" ujarnya berapi-api.

"HALO, AL! LO DIMANA WOY!!!" teriaknya ketika telah tersambung dengan telfon Almira.

"Ehmmm---Anjir kek toa banget mulut lo hah? Oh iya, Er. Hari ini gue nggak enak badan nih. Jadi, izinin gue sakit yah? Oke? Thank you Erikasayang. Salam juga ke sahabat kampret lo yang lain. Bye, uummmm---"

Pip.

Erika memutuskan panggilan secara sepihak. Dirinya kesal! Kenapa saat-saat seperti ini otak sahabatnya yang cerdas tidak bisa diandalkan?

"Gimana kar?" Sekar menggelengkan kepalanya miris, "Nomornya nggak aktif." Saat itu juga, Erika menghembuskan nafasnya pelan dan berjalan sedih ke tempat duduknya.

***

"MERDEKA SEKALI KELAS KITA KALI INI!"

"HIP... HIPP.. HOREE!!!"

"SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!!!"

Berbeda dengan kelas Bahasa yang tengah kelimpungan menyalin jawaban. Kelas XII IPA 3 malah sedang merayakan kebahagaiaanya karena guru mapel hari ini tidak hadir. Dan dapat dinyatakan kalau mereka jamkos satu pelajaran.

Meskipun kelas mereka IPA, tapi tak menutup kemungkinan bahwa siswanya rajin-rajin semua. Yaps! Hanya beberapa dari mereka yang rajin, yang lain? Hanya numpang gelar nama IPA doang. Wkwkkw:"

Kita lihat gerombolan laki-laki dengan hp miringnya dan earphone yang menggantung di telinganya dan teriakan-teriakan gak jelas mereka. Gerombolan perempuan yang sudah mempersiapkan bangku untuk mendengarkan ceramah dari si tukang gibah untuk menggosipkan cerita yang sedang hangat-hangatnya di televisi maupun di lingkungan mereka dari cerita a ke b ke c ke a lagi dan bolak-balik sampai waktu jamkosnya habis. Kadang aku juga heran, mulut mereka emang nggak cape apa? Ngomong terus, wkwkw

Berbeda dengan si tukang tidur yang sudah menggabungkan kursi dirinya dengan temannya sejajar dan tas yang menjadi bantalannya. Dan kita lihat si Anak kutu buku yang sibuk menamatkan buku-buku mata pelajarannya. Si pecinta drama korea yang tengah serius menatap layar laptop dengan tak lupa teriak-teriak ketika biasnya menampakkan roti sobeknya. Si tukang selfi yang selalu eksis poto-poto sendiri dan mencari-cari cahaya ilahi dari jendela kelasnya. Kalau udah nggak ada cahayanya bisa pindah potoin aib-aib temannya yang lain. Si biduan kelas yang siap menyanyi-nyanyi nggak jelas dan membuat konser dadakan, meskipun suaranya nggak ada biduan-biduannya sama sekali. Si duta kantin, yang hobinya makan terus tapi tetap kurus. Dan ada si tukang bolak-balik ke toilet padahal nggak ngapa-ngapain cuman mau modus ngeliat gebetannya. Lihat 'kan bermacam-macam serba-serbi anak IPA 3 SMA Guarda?

Berbeda dengan Rega, Taufan dan Farhan yang masih stay duduk dibangku mereka. Dan malah membicarakan sahabatnya yang belum ada tanda-tanda masuk kelasnya.

"Si Anggara kemana? Tumben?" celetuk Taufan.

Rega terbahak, "Lo bilang tumben? Ini baru jam 7 ege. Belum ada tanda-tanda bos kita masuk. Dia itu berangkat jam 12 juga nggak bakal kena hukum, pas jam 3 sekalian pulang juga santuy-santuy aja..."

"Sultan mah bebas." sahut Rega lagi yang membuat ketiganya ketawa.

"Anjir! Enak bat ye jadi Anggara," ujar Farhan yang sudah siap dengan ponsel miring ditangannya. Kalian nggak tau ada gimana kehidupan asli Anggara. batin Author.

Taufan menghela nafas, "Dari pada buang-buang jamkos buat hal-hal yang sia-sia mending kita ngaji aja," ujar Taufan sambil membuka aplikasi al quran di hpnya. Aduh, alim sekali mas yang satu ini:"

Farhan dan Rega hanya meliriknya sekilas. Astagfirullah nak, diajak ke hal yang baik kok malah cuman lirik-lirikan doang?

"Anu bro, lo aja. Gue dengerin. Siapa tau ntar gue dapet hidayah," ujar Rega sambil terkekeh diakhir ucapannya.

Farhan hanya mengangguk-angguk ikut-ikutan. "An! Mabar kuy!" teriak teman sekelasnya yang duduk di pojok kelas pada Farhan.

"Kuy!" Dengan sigap Farhan menuju ke arahnya. "Gue ijin bro-bro. Ustadz, lain kali mungkin bisa, hehe.."

"Eh Jun! Mau kemana lo?" tanya Rega ketika melihat gerombolan Juna dan temannya yang lain seperti akan keluar kelas.

"Godain dedek gemes." Mata Rega seketika berbinar, lalu perlahan menolehkan pandang pada Taufan yang sedang menatapnya datar. "Gue--- duluan. Lo ngaji aja sendiri yah. Lain kali mungkin bisa, Sorry man, bye. Umchhh," Izin Rega dan meninggalkan kissbye untuk Taufan.

"Juna!!! Gue ikut!!!" ujarnya sambil berlari. Taufan hanya menggelengkan kepalanya dan memilih melanjutkan bacaan al-qurannya.

***

Berbeda dengan di tempat lain...

"Turun." titah Anggara dingin pada gadis di sampingnya. Zahra menatap sekeliling, Dahinya seketika mengernyit. Mereka bukan sampai Sekolah, tapi ke sebuah pekarangan rumah dengan tulisan 'Panti Kasih Bunda'.

"Bawain bahan-bahan pokok dan mainan buat anak-anak panti. Sekarang." titah Anggara dengan suara datarnya lewat telepon.

Zahra menatap miris dirinya, entah apa yang akan dilakukan manusia kejam di sampingnya ini. Zahra menolehkan kepalanya ke arah Anggara, "Lo mau nitipin gue ke panti asuhan?" celetuknya polos dengan tatapan seperti ingin menangis.

Perkataan yang terlontar dari mulut gadis itu seketika membuat Anggara terbahak. Anggara menertawakan celetukan polos yang keluar dari mulut Zahra tanpa henti. Anggara tertawa permisa? Waw:)

Mata Zahra membelalak lebar dan menutup mulutnya dengan satu tangan takjub menatap Anggara yang tengah tertawa renyah karena ucapannya. Zahra terhipnotis dengan tawa bahagia Anggara. Saat seperti ini bahkan sisi kejam dan dingin Anggara tak terlihat. Dia terlihat semakin tampan dengan memunculkan tawanya. Menurut gosip-gosip yang terdengar dari telinganya, Anggara adalah pemuda kejam yang tak pernah memunculkan tawa bahkan senyum dihadapan semua orang. Bahkan seperti seseorang yang tak punya ekspresi. Yang selalu Anggara munculkan adalah perkataan pedasnya dan seringai jahatnya. Tapi sekarang? Bahkan Zahra tengah menikmati tawa renyah Anggara. Beruntung sekali Zahra:"

Anggara menghentikan tawanya dan dalam sekejap merubah raut wajahnya menjadi datar seperti sebelumnya karena merasa diperhatikan oleh Zahra sejak tertawa tadi. "Terserah lo mau turun apa enggak." ujar Anggara dingin, yang sekarang sudah berada di luar mobil dan hendak memasuki Panti.

"Gue nggak mau Malik. Gue maunya sekolah. Gue nggak mau bolos. Titik." ujarnya dengan wajah cemberut. Anggara menghentikan jalannya dan berbalik menghampiri Zahra yang tengah memasang wajah cemberut. "Jam udah nunjukkin ke angka 8, emang lo yakin masih mau berangkat?" tanyanya dengan satu alis terangkat.

"Kalau gue ogah." simpulnya lalu pergi. Zahra bergidik ngeri mengingat betapa kejamnya nanti guru-guru menghukumnya karena berangkat sangat telat. Ya udahlah, nggak masuk sekolah satu hari nggak papa. Tapi Bunda? Maafin ara yah bunn.. cuman satu kali kok bun, Ara nggak bakal bolos lagi deh. Janji. ujar Zahra ketakutan.

Sekilas Anggara melirik Zahra yang tengah merapalkan doa dengan raut wajah sedihnya. Lah ngapa tuh bocah? pikirnya.

"Ayo Zahra." suara lantang Anggara menginterupsinya dan membuat Zahra perlahan berjalan mendekatinya.

"Assalamualaikum," salam Anggara setelah sampai di depan pintu Panti.

"Waalaikumsalam." Seorang wanita paruh baya menyahut salam Anggara dari dalam rumah dengan senyum yang merekah.

Wanita itu tersenyum, "Eh, Nak Anggara. Udah lama yah nggak kesini..."

"Iya bu, soalnya akhir-akhir ini saya sibuk ngurusin kerjaan papa." jawab Anggara sambil menyalami Wanita itu. Wanita itu tersenyum sebagai jawaban. Pandangan mata wanita itu kini beralih pada Zahra dan menatapnya dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibir wanita itu. Zahra yang merasa ditatap dalam hanya bisa tersenyum kikuk. Apa ada yang salah sama penampilan gue? ujarnya membatin.

"Dia pacar saya." celetuk Anggara santai, dan membuat wanita itu tersenyum simpul. Mata Zahra melotot seketika, apa-apaan ini!

Wanita itu perlahan menghampiri Zahra dan mengelus lembut rambut Zahra, "Nama Ibu, Bu Kanti. Nama kamu siapa nak?"

"Zahra bu." jawab Zahra dibarengi senyuman. "Ayo nak Zahra, masuk dulu." ajak Bu Kanti dan saat Zahra mencari-cari keberadaan Anggara, dia sudah tidak ada bersamanya. entah kemana dia menghilang!

Wanita itu tersenyum dan menarik pelan lengan Zahra menyuruhnya masuk. "Duduk nak," titah Bu Kanti sambil menyerahkan satu gelas air putih. "Maaf yah nak, Kalau di sini adanya cuman air putih, berbeda dengan di rumahmu. Jadi, harap maklum,"

Zahra menggeleng dan tersenyum. "Eh--enggak kok bu, air putih lebih baik buat kesehatan. Saya juga nggak terlalu suka tuh sama air-air keruh yang berwarna-warna gitu. Malah Saya lebih suka air yang bening-bening gini," ujar Zahra sambil bercanda lalu meminum sedikit air itu untuk menghargai pemberiannya. "Kayak ada manis-manisnya," celetuk Zahra meniru iklan di televisi.

Bu Kanti tertawa dengan candaan ringan yang terlontar dari mulut Zahra. "Bukan hanya cantik, kamu juga dapat membuat orang lain tertawa karena kepolosanmu. Pantas saja nak Anggara menjadikanmu pacar." ujarnya dengan kekehannya.

"Hehe, bisa aja Ibu nih." Zahra tersipu dan meringis seketika, "T---tapi saya bukan pacarnya bu." cicit Zahra pelan yang membuat Bu Kanti tersenyum menanggapi.

"Ternyata pikiran Ibu memang benar, bahwa dia berbohong. Dulu Saat Anggara berkunjung kesini, kira-kira 5 bulan yang lalu dia berjanji akan membawa seorang pacar ketika dirinya berkunjung kesini lagi dan memperkenalkannya pada Ibu. Dan datangnya Anggara kesini denganmu sekarang, Ibu kira kamu benar-benar pacarnya." Bu kanti menghembuskan napas pasrah. "Tapi, ya gimana lagi. Mana mungkin dengan mudahnya dia mendapatkan seorang gadis yang hangat dan humoris seperti kamu? Sedangkan dia memiliki sifat yang berbanding terbalik denganmu?" ucap Bu Kanti panjang lebar dan diakhiri tawa hambarnya.

Bu Kanti mengarahkan pandangan pada seorang pemuda yang tengah asik bermain dan tertawa bersama anak-anak panti. Zahra ikut mengarahkan pandangannya. Seketika dirinya speechless dengan perlakuan Pemuda itu yang berbeda 180 derajat ketika di Panti. Bahkan seakan dia melupakan sikapnya yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu ketika di sekolah.

"Dulu saat Anggara masih kecil, dia adalah anak yang ceria bahkan lebih dari bocah perusuh yang suka lari-lari dan banyak bicara." Bu Kanti tersenyum sendu. "Tapi, semua itu lenyap ketika orang yang sangat berarti dikehidupannya meninggalkannya pergi, sangat jauh. Dan sangat sulit untuk tergapai."

"Perubahan sifat seseorang memang bisa terjadi karena Orang yang sangat berarti dikehidupannya meninggalkannya pergi. Dan itu terjadi sama Anggara," lanjut Bu Kanti dengan tatapan sendu.

Zahra terdiam seketika dan menatap Iba Anggara. segitu pilunya kehidupan Anggara yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu. Ternyata dibalik sifatnya itu ada luka yang mendalam dan nggak banyak orang tahu. pikir Zahra sedih.

"Kalau saya boleh tau, Orang itu pergi kemana bu?" tanya Zahra yang dibalas gelengan pelan Bu Kanti.

"Ibu tidak bisa memberitahu secara detail masa lalu Anggara. Karena itu rahasia keluarga Anggara. Kalau kamu mau tau itu semua, kamu hanya bisa tau dari mulut Anggara sendiri."

"Nak Zahra, meskipun kamu bukan pacar nak Anggara. Tapi Ibu minta tolong sama kamu," Dahi Zahra mengernyit. "Tolong bantu kembalikan sifat Anggara yang seperti dulu."

"Tap---pi--"

"Ibu yakin kamu bisa." ujarnya sambil tersenyum dan menepuk pelan bahu Zahra seraya beranjak pergi.

***

TBC💜

GIMANA PART KALI INI GUYS?

Sebelumnya saya mau mengucapkan "DIRGAHAYU INDONESIAKU YANG KE-75🎉❤"

Lekas pulih tempat berlindungku, Ibu pertiwiku❤

*BONUS PICT, ANGGARA LAGI SENYUM DI MULMED*

Mungkin segitu saja dari aku, Jangan lupa vote dan commentnya Suyung-suyungku tercingbta:3

See you next time:)

Bye!

Continue Reading

You'll Also Like

417K 43.8K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
202K 9.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
803K 61.1K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
6.6M 280K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...