"Jam berapa?"
Itu suara Doyoung yang menginterupsi di sebelahnya. Masih dengan wajah lelahnya ia sematkan di satu bantal besar yang menahan berat kepalanya.
"Jam setengah dua."
Doyoung sedikit menarik nafasnya berat sambil menarik tubuh istrinya ke dalam rengkuhannya. "Masih bisa tidur 5 jam lagi. Bangunin aku ya.."
"Heem. Kalo inget" cibir Kejora pada Doyoung. Dia masih kesal, sebab Doyoung selalu memintanya melakukan rutinitas malam mereka ketika Doyoung tiba di rumah.
"Kok kalo inget sih.. besok aku ada ngajar pagi" Doyoung menyahuti, membuat Kejora semakin mendesis tak karuan karena permintaanya.
"Kamu tuh ya, kalo tau ada jadwal ngajar pagi.. ya harus tidur lebih awal. Jangan pas kamu ngajar malem.. pulang pulang minta sama istri, emang kamu pikir aku gak capek?"
Melihat perangai istrinya yang sedang mengomel Doyoung justru mengikat kuat tubuh Kejora dalam rengkuhannya. Menurut Doyoung istrinya itu berubah secara drastis, yang tadinya bersikap menggoda di atasnya kini bagai beruang yang sigap menerkam mangsanya lahap-lahap.
"Kamu kan tau aku cari nafkah buat siapa?"
"Tapi kan gak harus minta tiap waktu? Kalau kamu kesiangan kan aku juga yang repot Mas.."
"Ya habisnya kamu gak bisa dibawa ke kampus, Aku kangen kamu banget Ra,"
"Oh.. kalo aku udah di angkut ke kampus terus kamu mau gituin aku juga disana? Iya?" Netranya tajam. Ada keseriusan di setiap intonasi yang dia ucapkan.
"Boleh. Kalau ada ruangan kosong. Atau mau di kelas? Ssh.. sensasi baru tuh" desisan itu membuat Doyoung menguntaikan kata perkatanya makin jelas. Namun justru membuat Kejora bergidik ngilu. Dia letih. Doyoung tidak memberikan kemudahan untuknya di setiap mereka melakukan sesi intim itu.
"Mesum!"
"Bukan mesum, itu kebutuhan seorang suami tau"
"Jangan bawa bawa status ya. Daridulu kamu tuh kayak gitu. Hormonnya gak normal." Kejora menyibirkan bibirnya kesal. Ada sedikit dengkuran yang terdengar di sebelahnya.
"Astaga. Udah aku bilang Mas.. kalo habis gituan wajib bersih bersih dulu biar gak kena penyakit, ayok sekarang bangun!!"
Omelan itu datang tepat di telinga suaminya. Mendadak Doyoung bangun spontan dan beralih ke kamar mandi tanpa banyak bicara. Rupanya dia sedikit kesal atas segala sikap Kejora. Dalam sehari Doyoung bisa mendengarkan lebih dari sepuluh kali celotehan yang di lontarkan istrinya.
***
"Dasinya kurang rapih" Kejora menyimpan spatula pada tempatnya kemudian dia berjalan ke arah Doyoung yang baru saja menghampirinya semenit yang lalu.
"Jangan makan di luar lagi, nggak sehat. Aku bawa bekal. Dijamin isinya empat sehat lima sempurna."
"Udah kayak bekal anak SD ya. Empat sehat lima sempurna."
"Nyaut aja ih. Aku juga harus perhatiin gizi kamu ya. Makan pagi, makan siang makan malem kamu. Nanti kalau kamu gak bisa jaga diri karena makan makanan yang nggak sehat, kalau sakit nanti siapa yang mau cari nafkah coba?"
"Ya kamu lah. Gantian" ucap asal Doyoung sambil mencomot roti lapis isi keju yang sudah disiapkan Kejora untuk menu sarapan suaminya.
"Kok ngomongnya gitu? Itu artinya kamu doain yang jelek jelek dong buat kita?"
"Nggak gitu sayang, kan aku cuma ngejawab? Salah?"
"Udah ah Mas mah ngaco. Ayo berangkat kalau udah selesai sarapannya."
"Morning kiss?"
Sebagai appetizer. Doyoung harus selalu mendapatkan makanan penutupnya dari sang istri sebelum mereka berpisah seharian lamanya. Mereka biasanya menghabiskan waktu kurang dari 5 menit hanya untuk berciuman.
"Stop"
"What?"
"Ten minutes left. Sebentar lagi kelas kamu dimulai, jangan terlalu nafsu"
Doyoung hanya mendecih pelan sembari melepaskan tautan tangannya yang melingkar di pinggang Kejora. Sebenarnya dia masih ingin menghabiskan appetizernya hari ini, sayangnya kelas paginya sebentar lagi akan dimulai.
"Aku berangkat. I Love you" Doyoung mengusap puncak kepala sang istri sambil meninggalkan kecupan di dahinya. "Hati-hati di rumah, nggak usah keluar keluar. Kalau mau keluar izin dulu ya"
"Iya sayang. Mas hati hati. Nggak usah ngebut, bekalnya di makan. Jangan lupa bekas makannya di cuci juga. Jangan kayak kemarin ya.. sampe bau banget tuh di tas kamu!"
"Mau berangkat masih sempet aja ceramah." Cetus Doyoung
"Hehe. I love you too suamiku."
***
Doyoung kembali pulang larut malam, untungnya besok hari minggu, yang mana membiarkan dirinya bersantai seharian dan menikmati waktu panjang bersama istrinya. Tapi bukan Kejora namanya kalau belum mengomeli Doyoung sepulang kerja.
Kebiasaan buruk Doyoung selepas bekerja adalah menyimpan barang bawaanya ataupun pakaian kotornya secara sembarang. Padahal Kejora sering mengingatkannya untuk disiplin. Namun semua ucapan itu bagai masuk di telinga kiri lalu keluar lagi di telinga kanan. Alias sia sia.
"Aku memang Ibu rumah tangga Mas, tapi kan kita bangun rumah tangganya sama sama? Masa aku terus sih yang di andelin? Kamu juga disiplin dong. Nanti kamu juga harus nerapin itu loh ke anak anak kita nanti.."
"Mas capek sayang, minta tolong dong.." gumam Doyoung tanpa rasa bersalahnya.
Sikap Doyoung semakin kesini semakin manja, dikarenakan menurutnya sekarang ada orang lain yang mengurus dirinya. Itu memang tugas Kejora sebagai seorang istri. Namun tidak salah juga jika dia ingin suaminya lebih disiplin dan teratur.
Alhasil Kejora yang harus mengalah lagi. Mungkin menurutnya Doyoung masih menikmati masa masa dimana Kejora masih mengurusnya dengan baik. Mereka belum dikarunia seorang anak, dan selama itu pula Doyoung masih bisa bermanja manja bersama istrinya.
"Mas.. tadi Ibu sama Ayah kamu telpon" Kejora menempatkan segelas air putih hangat di nakas sebelah ranjang mereka.
"Oh ya? Terus kalian ngobrol?"
"Hm.. mereka nanya kita disini keadaanya gimana"
"Ibu sama Ayah baik baik aja kan?" Doyoung menenggak segelas air putih miliknya.
"Baik kok Mas.."
"Syukurlah." Ucap Doyoung lega. Dia merapatkan selimut mereka berdua.
"Ayah tanya sama aku Mas, udah ngisi apa belum.."
Doyoung sedikit terkejut. Rupanya niat sang Ayah untuk bersikeras menjadikan anak anak Doyoung penerus Ayahnya masih menggebu. Ayahnya Doyoung sangat mengharapkan hadirnya cucu di tengah tengah mereka yang baru memasuki usia 8 bulan pernikahan.
"Terus kamu bilangnya gimana?" Doyoung mengusap surai panjang istrinya dengan lembut sambil mengecup hampir seluruh wajah istrinya penuh.
"Aku jawab belum Mas.. terus kata Ayah kita suruh program biar aku cepet hamil" dengan nada penuh keragu raguan. Doyoung tahu. Kejora takut mengecewakannya beserta keluarganya. Mengingat dia pernah mengalami kecelakaan dan gagal sekali dalam menjaga sang jabang bayi. Luka itu masih tertimbun dalam di benak wanitanya.
"Nggak apa apa. Setahun menikah juga belum. Kita hanya harus berdoa sama berusaha dulu. Sisanya biar itu jadi urusan Tuhan. Nggak usah mikir macem macem ya? Didalam sini Doyoung junior akan segera hadir." Doyoung merangkul istrinya lekat sambil mengusap usap perut rata Kejora. Mencoba membuang energi negatif yang ada di diri sang istri atas semua ketakutan mereka yang pernah gagal.
"Tapi Mas.. kayaknya aku harus periksa ke dokter aja deh. Aku takut kenapa kenapa."
"Besok aku anter, nggak usah khawatir lagi ya? Nggak usah dijadiin beban pikiran. Kalau kamu stres juga nggak bagus kan?"
"Makasih ya Mas.."
"Sama sama sayang, jadi gimana nih?"
"Gimana apanya Mas?"
"Ya kan kita harus berdoa sama berusaha. Doanya udah, usahanya jangan lupa"
"Jadi.. usaha lagi yuk?"
Doyoung cakep banget. Btw, dilarang salpok. Tidak menerima emot bulgos, kecuali anda mau menyumbangkannya :)
Aku nggak akan terlalu ngasih banyak konflik sih di chapter ini sama kedepannya. Kasian Doyoung - Kejora terlalu banyak sakitnya kemaren kemaren. Biarin mereka bahagia dulu deh hehe.
Btw yang mutualan sama teteh punten monmaap kalo teteh jarang bales/nyapa/ ngewall balik. Ini tuh lagi kurang sehat gitu, semoga temen temen semua sehat sehat terus ya?
See you dear!