Aku berjalan santai melewati lorong rumah sakit dengan blazer putih kebanggaanku. Sesekali aku tersenyum, saat bertegur sapa dengan beberapa orang yang aku kenal.
Sebelum kalian lanjut untuk membaca kisah cintaku yang sedikit absurd ini. Aku ingin memperkenalkan diriku kepada kalian semua. Oke, langsung saja ya.
Perkenalkan, namaku adalah Rendi Jason. Seorang dokter spesialis mata di salah satu rumah sakit terbesar dan termegah di Asia tenggara.
Mamaku bernama Ratna, Dan beliau adalah orang tua tunggal yang membesarkan aku, setelah kematian Papah sepuluh tahun lalu.
Skip
Lanjut lagi ke cerita.
Suara dering telpon menghentikan langkah kakiku. Aku lalu mengambil ponsel dari saku blazer untuk melihat siapa yang menelpon.
"Assalamualaikum ma, Ada apa?"
Walaikumsalam ...
Kamu ada di mana sekarang?
"Masih di rumah sakit Ma."
Loh, memangnya kamu belum selesai ngurusin pasien?
"Udah selesai kok mah, ini Rendi baru aja sampai di parkiran. Rencananya dari sini Rendi mau mampir dulu ke tempat lain, sebelum Rendi berangkat menuju kantor."
Kamu nggak usah balik ke kantor dulu hari ini. Malam ini keluarga Lusi mau datang ke rumah kita, untuk membahas tentang rencana pertunangan kalian.
"Tapi mah, hari ini Rendi banyak kerjaan di kant..."
Mama tunggu kamu sekarang!
KLIK ...
Aku menatap sejenak layar ponsel ditangan ku yang telah berubah gelap. Aku hanya dapat menghela napas pelan, sambil memasukkan kembali benda persegi tersebut ke dalam saku blazer.
Ah, jadi batal deh mampir ke PIM buat beliin kado ulang tahun anaknya dokter Adam. Kalau gitu besok aja deh. Kan masih tiga hari lagi acara ultahnya.
Dua jam kemudian aku pun sampai juga di rumah. seorang pelayan segera membukakan pintu untuk ku. Dengan santai aku berjalan melintasi ruangan demi ruangan, hingga akhirnya aku sampai di area dapur yang cukup luas.
+++
"Halo ma," Sapaku. Sambil mengecup ringan pipi mama yang tengah sibuk menghias buah. Atau istilah kerennya tuh garnish. Hehehe...
"Nggak ngucap salam dulu?" Sindir mama, sambil melirik sekilas ke arahku.
"Udah tadi di depan."
"Ooh." Jawab mama singkat. Mama lalu kembali menoleh ke arahku yang sedang asyik menatap tumpukan kentang goreng di atas piring.
"Kamu siap-siap gih."
Hah? Siap-siap kemana.
"Acaranya kan masih nanti malam ma, kok Rendi udah di suruh siap-siap."
"Mama tuh nyuruh kamu bersiap bukan untuk acara nanti malam. Tapi mau Mama suruh buat beli bahan makanan yang lupa mama beli."
Oh, kirain...
"Tapikan di rumah ada mang Ujang ma, kok malah Rendi yang di suruh. Masih capek nih ma. Baru aja nyampe." Ucapku lagi bernada protes.
"Mang Ujang tuh suka error kalau mama suruh. Tadi siang aja, pas mama mintain tolong buat beli tahu putih sama ayam potong. Eh, dia malah beli kembang tahu sama ayam idup. Gimana mama nggak stres coba."
Hahahaha...
"Rendi nggak nyangka kalau Mang Ujang sampai error kayak gitu."
"Udah gitu, ayam yang dia beli lepas lagi. Sampai bikin repot orang satu dapur."
Hahaha....
"Rame dong Ma," Ucap ku geli. Sambil terus mencomot kentang goreng di atas piring, dan memakannya dengan lahap.
"Ya pasti rame lah, semua pelayan berusaha nangkep tuh ayam yang udah berani ngobrak-abrik dapur mama. Kentang goreng yang kamu makan itu juga sempet di injak-injak ayam tadi."
Uhuk.. Uhuk.. Uhuk...
"Mama kok nggak bilang sih, malah Rendi udah makanin banyak lagi." Protes ku kesal.
Aduh, mudah-mudahan saja aku tidak sakit perut nanti malam.
"Lah ini, mama barusan tadi bilang."
"Udah telat mama ku sayang. Malah Rendi udah makanin banyak banget tadi." Gerutuku kembali.
"Ya tinggal minum obat lah kalau sakit perut. Gitu aja kok repot." Jawab mama santai.
Duh, kalo berdebat sama mama nggak bakalan menang deh.
Mama kembali menoleh ke arahku dengan tatapan datar.
"Udah sana cepetan jalan. Entar keburu macet," usir Ratna cepat.
"Iya, Iya." Jawabku sambil mengecup pipi mama kembali sebelum pergi.
Ratna terkikik setelah kepergian Rendi. Ternyata, mudah sekali mengerjai putranya itu. Lihatlah, betapa panik dan cemasnya wajah putra semata wayangnya tersebut, saat dia bilang kentangnya di injak-injak ayam, hihihi....
Rendi berjalan menuju ruang tamu, setelah menerima catatan berisi nama-nama bahan makanan yang akan dibeli.
Lelaki itu lalu meraih kembali kunci mobil yang tadi sempat ia letakkan di atas meja bupet, sebelum menemui mamanya di dapur.
Tersenyum sekilas pada Mang Ujang yang sedang sibuk memangkas rumput sebelum masuk kedalam mobil dan mulai menyalakan mesin.
Mang Ujang yang menyadari anak majikannya yang akan pergi langsung menghentikan pekerjaannnya dan berlari untuk membuka gerbang.
"Makasih Mang," ucap Rendi sebelum berlalu pergi dengan mobilnya.
+++
Rendi melangkah santai saat memasuki supermarket yang terletak di dalam mall tersebut.
Cowok itu langsung mengambil keranjang plastik biru yang tersusun rapi didekat pintu masuk.
Suasana di dalam tampak ramai saat Rendy melewati lorong berisi aneka snack. Di ujung lorong, Rendy dapat melihat sekelompok remaja belia yang masih mengenakan rok sekolah. Tengah bercanda sambil memilih makanan ringan. Sontak para pelajar SMU yang sudah mengganti atasan mereka dengan baju kaos, langsung berbisik-bisik sambil melirik genit ke arah Rendi.
Ketara sekali para gadis berusia belia itu tengah berusaha mencari perhatian Rendy yang tengah melangkah santai ke arah mereka.
Dasar gadis bau kencur, gumam Rendi pelan, setelah melewati para pelajar tersebut.
Rendy melanjutkan langkahnya sambil melihat kembali catatan kecil ditangannya.
Ah iya pasta, ucap Rendi sambil berbalik kembali menuju lorong yang menjual aneka makanan kering. Rendi lalu mengambil beberapa kotak pasta beserta bumbu pelengkapnya.
Terakhit tinggal membeli sayuran dan buah. Setelah itu aku bisa langsung pergi dari tempat ini. Pikir Rendy senang. Ia merasa sedikit lelah juga mengantuk. Dan langsung ingin beristirahat setelah sampai rumah nanti. Sebelum dirinya di pertemukan, dengan wanita yang akan dijodohkan dengannya malam ini. Perempuan yang sama sekali tidak Rendy ketahui watak dan kepribadiannya tersebut. Entah kenapa saat memikirkan hal itu, dirinya jadi sedikit was-was ya. Ah, mudah-mudahan saja pilihan mamanya tidak salah.
Setelah memasukkan beberapa bungkus paprika dan jamur, yang terdapat dalam wadah styrofoam ke dalam keranjang belanjaannya, Rendi pun berbalik.
Pada saat hendak berbalik, tanpa sengaja tubuh Rendy menabrak keranjang belanjaan orang di belakangnya, hingga benda itu terhempas kelantai dengan isinya yang berhamburan kemana-mana.
Rendi tentu saja kaget. Sontak Rendi berjongkok, dan membantu gadis itu memunguti barang-barang belanjaanya yang berceceran di lorong lantai.
Rendy dapat mendengar gerutuan kecil gadis itu, yang masih sibuk memunguti belanjaannya yang tercecer, dengan kepala tertunduk.
"Maaf," ucap Rendy yang merasa bersalah.
Gadis itu akhirnya mendongak. Membuat Rendi seketika terpana, saat menatap wajah belia gadis dihadapannya. Begitu terpesona hingga tidak bisa berkata-kata. Bahkan, setelah gadis itu pergi. Rendy hanya bisa terdiam kaku sambil memandangi punggungnya yang kian menjauh.
"Cantik sekali," Gumam Rendy tanpa sadar.
TBC