Ghost7

By Minfanda

26.1K 2.8K 4.9K

BTS mendapat insiden saat konser tengah berlangsung. Insiden itu sampai membuat mereka koma. RM terbangun se... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
cast
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
29

21

401 74 143
By Minfanda

"Busan ...." Tatapan sendu Eunha seketika terganti dengan tatapan kagumnya saat baru saja sampai di Busan.

Tatapannya seakan menjelaskan betapa terpesonanya ia dengan kota Busan yang ramai dengan turis ini. Yah, Busan memang salah satu tempat yang tak boleh dilewatkan jika kamu sedang berkunjung di negeri ginseng ini.

"Kenapa dia?"

"Coba tanya pada pohon itu," jawab Jin dengan telunjuk mengarah ke pohon pinus di seberang mereka.

RM yang bertanya hanya diam dengan pandangan terus berganti menatap Jin dan pohon di seberangnya itu. "Mwo?"

Jin menghela napas panjang dengan tangannya yang berkacak pinggang, seolah-olah mengatakan bahwa ia tengah kesal memiliki teman se-loading lama RM.

"Sama seperti pohon itu, aku pun tak tahu," ucapnya kemudian.

RM menatap datar Hyungnya itu. Apa salahnya ia hanya menjawab 'nan molla'? Itu sudah cukup.

"Ya Namjoon-ah! kenapa berdiri saja di sana? Kemarilah!" panggil J-Hope yang hendak memasuki toko manggeteok bersama Eunha dan maknae line. Dimana Suga? ia sedang tidur mengambang di udara, RM mengikat pinggangnya dengan tali dan membawa namja itu layaknya  membawa balon gas.

***




Eunha memasuki toko itu dengan senyum lebarnya, ia terkagum-kagum dengan desain interior ruangan itu, aroma teh dan mangggaetteok yang memenuhi ruangan juga menggelitik indra penciumannya. Ia duduk di salah satu bangku dekat jendela dan disambut hangat oleh Bibi si pemilik toko.

"Bibi, tolong berikan aku satu porsi untuk semua menu makanan di sini, lalu untuk minumannya aku pesan 2 maehwa cha, 2 mogwa cha, 1 yuja cha, 1 ssuk cha, 1 omija cha, dan 1 dohwa cha, itu saja, terima kasih~." Eunha tersenyum manis sembari meletakkan kembali buku menu itu ke atas meja. Entah mengapa bibi itu sama sekali tak merasa heran dengan pesanannya yang terlampau banyak, ia hanya balas tersenyum lalu mengangguk dan berlalu ke dapur untuk menyiapkan pesanan.

20 menit berlalu, bibi itu kembali menghampiri meja mereka dengan berbagai macam teh dan manggatetteok hangat.

"Wah manggaeteok di sini benar-benar legendaris! Aku selalu ingin mencobanya!" seru Eunha saat bibi itu menghidangkankan pesanannya.

Kakinya bergerak riang, tak sabaran memasukkan sesuap manggaetteok hangat itu ke dalam mulutnya hingga lidahnya terasa kebas beberapa saat.

"Ah aghwirha aghu hisa hencicihi hwasa hanghehok has husan!"(Ah akhirnya aku bisa mencicipi manggeotteok khas busan!)

"Ya! Jika tak ingin aku mengomel, habiskan makanan di mulutmu itu sebelum bicara!" tukas Jin dengan wajah lelah. Ia tampak seperti seorang ibu yang mengurusi tujuh anaknya seharian. Sementara Eunha hanya terkekeh geli dan cepat-cepat mengunyah.

Jimin yang berada di antara mereka tampak fokus pada hal lain. Ia tersenyum-senyum dengan pandangan meneliti setiap sudut ruangan. Ia teringat saat syuting untuk aplikasi game mereka, dirinya menjadi cucu pemilik toko manggaetteok di Busan.

Ah ... ia jadi rindu bekerja, ia rindu sekali dengan rasa lelah syuting, berlatih koreografi dan lelah pemotretan. Ia juga rindu keluarganya, ARMY fansnya, dan ... semua hal yang ada saat ia hidup di tubuhnya.

Jimin memandangi rekan-rekannya itu satu per satu. Ia tersenyum kecut dengan pandangan yang kini sedikit kabur, hampir saja ia menangis. Ia menghela napas, lalu meyakinkan diri bahwa apapun yang terjadi sekarang bukanlah masalah, ia tak sendirian, ia masih memiliki Bangtan dan juga teman baru yang seumuran, Cha Eunha.

"Min-ah!" panggil V sambil menepuk pundaknya, membuat lamunan Jimin buyar seketika.

Jimin menatapnya lalu mengangkat sedikit dagunya seakan bertanya 'ada apa?'

V mendengus, "Aigoo hyung! Lihatlah dia! Tak mendengarkan kita sejak tadi!" adunya pada RM yang kini tersenyum kecut.

Jimin menggaruk tengkuknya malu-malu. "Mianhae ... ada apa hyung? Aku ketinggalan apa?"

"Hotelnya, hanya ada satu kamar yang tersisa. Hotel lain yang tak jauh dari sini pun tak punya kamar kosong lagi. Menurutmu bagaimana?"

"Apanya?" tanya Jimin lagi, masih tak mengerti. Membuat sang leader spontan mendengus pelan.

"Eunha, bagaimana dengannya? apa kita tidur di rooftop hotel itu saja?" jawab RM lagi dengan sabar.

Jimin mengangguk kecil dengan pandangan seperti tengah berpikir keras. Namun tiba-tiba ia tersadar sesuatu. "Ah iya di mana Eunha?"

"Dia sedang ke toilet bersama Jungkook." jawab Jin seadanya.

"MWO?!" Mata sipit Jimin terbelalak. Ia terkejut, pikirnya kenapa Eunha dan Jungkook bersama ke toilet?

"Dia hanya menemani Jungkook."

"MWO?!!"

"Aigoo! Haruskah kujelaskan?!"

"Jungkook tadi sudah ke toilet itu sendirian tapi entah bagaimana bocah itu membuat pengunjung lari ketakutan, jadi dia kembali kemari dan meminta Eunha menemaninya untuk berjaga-jaga jika ada yang datang. Apa. Kau. Sudah. Paham? Ada pertanyaan lagi?" Jin menatap Jimin geram. Walau masih ada satu pertanyaan lagi di benaknya, Jimin memutuskan mengangguk saja tanpa menyela lagi. Ia tak mau Hyungnya itu akan menjadi udang rebus sepenuhnya, melihat wajah dan leher Jin yang kini mulai memerah akibat menahan kesal.

"Jadi bagaimana Park Jimin?" tanya RM yang sejak tadi terabaikan.

"A ... aah itu ... Kenapa kita tak menginap bersamanya? Em maksudku, tak ada salahnya kan kita menginap di satu kamar dengannya? Toh kita teman, tak akan melakukan yang aneh-aneh juga." Final Jimin.

"Ide bagus. Kenapa tadi tak ada yang terpikir ide ini?" sahut J-Hope. Mereka lalu saling menatap dan mengangguk bersamaan, tanda setuju dengan ide Jimin.

Sementara itu Suga menggeliat di sofa yang tak jauh dari kursi mereka.

"Hoahhm ...."

"Apa kita sudah di Busan?"

***




"Kau benar-benar tak keberatan kan?" tanya RM dengan raut khawatir.

Eunha yang ditanya hanya merotasikan bola matanya malas. Sudah belasan kali namja di sampingnya ini menanyakan hal yang sama dan sudah belasan kali pula ia menjawab dengan sabar.

"Joon-ssi dengarkan aku, aku. tidak. keberatan. Kumohon berhentilah menanyakan itu ... aku sungguh tak apa-apa. Eo?"

RM masih menatapnya dengan raut khawatir namun kemudian mengangguk pelan. Sejujurnya ia tak setuju dengan ide ini, ia masih tak enak hati jika Eunha menginap bersama mereka untuk dua malam ini. Alasan pertamanya, ia tak pernah sekamar dengan wanita lain selain ibu dan adik perempuannya. Lalu alasan kedua, Bangtan itu selalu rusuh, bahkan saat terlelap, ia khawatir jika gadis ini tak dapat tidur dengan tenang. Tapi apa boleh buat, orang yang dikhawatirkannya saja langsung mengiyakan ide itu dan tampak tak mempermasalahkannya.

Kini mereka sampai di kamar 103.

Para maknae langsung masuk dengan heboh dan mulai memperebutkan kasur. Sementara yang lain sibuk dengan urusannya.

Eunha saat ini tengah merapikan koper dan tas Bangtan yang berserakan. Lalu setelah selesai, ia ikut berebut kasur bersama maknae line. Dan bertengkar kecil dengan Jin karena minuman botolnya diminum hingga habis tak bersisa oleh sang world wide handsome itu. Karena itu, ia pergi ke minimarket di dekat sana untuk membelinya lagi.

Di perjalanan pulang ia tak sengaja melihat toko buah dan tanpa pikir panjang ia langsung memasuki toko itu.

Mungkin karena malam hari, toko itu sangat sepi, hanya ada dirinya dan penjaga toko yang asik membaca koran.

Cekrek.

Eunha menoleh cepat ke belakang, ada Jungkook di sana yang tengah  cengegesan sambil memegang kameranya.

"Dasar ... kupikir siapa. Sejak kapan kau di sini? Apa kau mengikutiku?" tanya Eunha dengan girang. Namun seketika senyumnya sirna, sadar dengan Jungkook yang sedang membawa kameranya.

Ia paham betul jika di pandangan orang lain saat ini kamera itu terlihat melayang-layang di udara. Cepat-cepat ia merampas kamera itu dari Jungkook.

"Ya! Hati-hati! Kau lupa kalau kau tak terlihat?" bisiknya sambil menatap si penjaga toko dengan cemas. Syukurnya penjaga toko itu masih fokus dengan korannya.

Jungkook merengut. "Ah mianhae ... tapi berikan kameranya, aku masih ingin memotret ...," pintanya dengan wajah memelas.

Eunha mendengus pelan lalu menyerahkan kembali kamera itu padanya. "Hem baiklah, ini. Tapi hati-hati! Jangan sampai orang lain salah paham dan ketakutan. Mengerti?"

"Ye~"

Eunha kembali memilih buah labu di keranjang buah itu. Sementara Jungkook kembali memotretnya.

Cekrek.

"Jungkookie ...." Eunha meliriknya tajam, namun dengan polosnya Jungkook tertawa kecil seperti bayi.

"Hehe mianhae~."

Eunha mendengus, Jungkook hanya menurutinya di saat-saat awal pertemuan mereka saja, setelah itu ia seperti bocah kecil yang tak peduli jika diomeli.Segera ia menyelesaikan belanjaannya karena tahu namja itu akan memotretnya lagi.

"Nah ayo pulang."

"Hem~"

Di jalan pulang Eunha terus bicara tanpa henti sementara Jungkook asik memotret jalanan.

"Jungkookie, menurutmu bagaimana kalau kita beli soju ...."

Cekrek.

"Jungkookie hentikan! Berhentilah memotretku tanpa izin!"

"Hahahah kau jadi seperti Jin Hyung!"

"Dasar ... coba lihat!" Eunha melihat-lihat fotonya dari kamera yang masih menggantung di leher Jungkook

"Hem lumayan~" Eunha tersenyum manis melihat hasil jepretan namja itu. Sesekali ia memuji dan bertanya-tanya mengapa Jungkook tidak menjadi fotografer saja? Jungkook hanya membalasnya dengan gurauan.

Tanpa sadar mereka melewati jalan memutar dan sampai di pasar yang berada tak jauh dari pantai. Jalan ini cukup jauh dari hotel mereka, namun keduanya tampak tak mempermasalahkannya walau tahu saat ini mereka tengah tersesat.

Mereka berjalan ke tepi pantai dengan pasir putih dan laut biru gelap yang luas.

Jungkook duduk di pasir putih itu lalu perlahan berbaring tanpa alas, diikuti dengan Eunha yang asik memakan buah jeruknya.

"Kau mau tidur di sini?" tanya Eunha dengan pandangan asik menguliti jeruknya.

"Jika bersama noona, tak apa," jawab Jungkook dengan senyum kelincinya.

Eunha tersenyum remeh. "Kau mengatakan itu sudah seperti pria saja, dasar bocah."

"Memang aku pria."

"Ya~ pria kecil~."

"Noona ...."

Jungkook menatap awan yang gelap tanpa bintang itu. Tatapannya tiba-tiba sendu, seperti tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya sedih.

"Noona."

Eunha menatapnya lama. Pikirnya, namja di sampingnya ini ternyata tampan juga, apalagi jika dilihat dari sisi samping seperti ini, ia terlihat seperti lukisan potret.

"Noona?" panggil Jungkook lagi karena tak kunjung mendapat respon. Sementara Eunha tersentak dan tersenyum kikuk saat menyadari jarak wajah mereka sangat dekat.

"N ... nee?" tanya Eunha masih dengan senyum kikuknya.

Jungkook terkekeh, ternyata Noona barunya itu tengah melamun. Ia pikir tadi gadis itu melihat sesuatu seperti semut di wajahnya.

Kembali ia menatap langit malam itu, menutup matanya perlahan sambil menghirup udara malam yang menusuk.

Desiran angin malam dan suara ombak membuatnya sedikit tenang. Walau kemudian rasa sesak itu kembali lagi.

"Aku rindu hidup, noona," ucapnya pelan hingga nyaris tak terdengar.

"Aku merindukan kehidupanku dulu."

"... Bukannya aku tak suka hidup seperti ini tapi ... aku rindu saat di pagi hari berbaring di kasurku lalu suara Hobie Hyung yang berisik membuatku mau tak mau bangun dan kemudian kami terburu-buru bersiap ke Kantor Bighit."

"Aku juga merindukan keluargaku, ami kami, teman-temanku, dan yang lainnya yang saat ini semuanya tak tahu jika aku ... ah maksudku arwahku tak berada di tubuhku ...."

Jungkook menatap Eunha dengan tatapan sendunya, seakan mengadu betapa perih perasaannya saat ini.

Eunha hanya memandanginya dengan iba sambil mengusak pelan pucuk kepala namja itu, memberikan sedikit ketenangan untuk Jungkook, walau sebenarnya ia tak suka diperlakukan seperti bocah tapi kali ini ia diam saja saat Eunha melakukannya.

"Ah geunde noona, saat keadaan kembali seperti semula, kau akan terus bersama kami kan?" tanya Jungkook penuh harap.

Namun Eunha tampak menyangka mendapat pertanyaan itu. Ia bahkan tak terpikir sama sekali tentang masa depannya bersama Bangtan. Ia hanya berpikir, akan menjemput kakaknya dan membawanya pulang ke rumah mereka di Gochang.

Ditatapnya Jungkook lamat lalu perlahan  duduk menghadap hamparan laut.

"Mianhae Jungkookie

... sepertinya tidak."

***


Continue Reading

You'll Also Like

93.4K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
466K 46.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
56K 5K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
125K 8.9K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote