GALARA [END] ✔️

By Diitar

329K 17.8K 5.5K

⚠️ JANGAN PLAGIAT! ••• Siapa yang tak mengenal Gara Elang Rajawali? Hampir semuanya mengetahui nama itu. Bahk... More

01. Rosas Negras
02. Masalah nama
03. Ramalan Gilfa
04. Kecupan dari Gara
05. Dijodohkan?
06. Kamu, Lo!!
07. Fitting baju
08. Raganda menyerang
09. Si pengkhianat
10. Sah!
11. Ditolak terus
12. Di adu domba lagi
13. Gara celaka
14. Kertas kosong
16. Leon
17. Senyum misterius
18. Ngetes doang padahal
19. Singa betina marah
20. Hari bersejarah untuk Gilfa
21. Mencoba
22. Cukup menunggu
23. Ada apa dengan Leon?
24. Gak ada Leon gak seru
25. Mimpi dan penyesalan
26. Mengingat lagi
27. Malam yang terkutuk
28. Gara salah paham
29. Terumbar
30. Malam yang menyakitkan
31. Antara iya dan tidak
32. Ada apa dengan Gilfa?
33. Mengetahui, rencana, dan kebahagiaan
34. Anniversary dan tawuran
35. Sampai jumpa
36. Sebuah aib
37. Satu kesalahan yang berdampak
38. Memulai lagi dari awal
39. Thanks
40. Basi!
41. Seperti mati lampu
42. Gara mesum
43. Tidak sesuai ekspektasi
44. Pamit
45. Surat
46. Janji
47. Kembali, tapi bukan sekarang
48. Prom night dan pesan misterius
49. Penentu takdir
50. the end of everything
EXTRA CHAPTER
CERITA BARU

15. Teka teki

4.6K 419 87
By Diitar


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️


Kini tiga orang lelaki tengah kumpul di ruangan Gara. Sedangkan, untuk Gilfa. Tadi sudah diantar pulang oleh Dewa ke rumah ortunya, tidak ke apart, yang ada bisa kacau kalau Dewa curiga. Mereka bertiga akan membahas soal kertas yang kosong itu.

Samuel mebulak-balikkan kertas itu, matanya memicing kecil untuk memperjelas penglihatannya. Namun tetap saja tidak ada seutas tulisan yang tertera di kertas itu.

"Lo tahu caranya gak?" tanya Dewa. Karena sejak tadi bingung melihat tingkah yang dilakukan Samuel.

"Gue lagi berusaha. Gue kayak kenal sih kayak ginian, tapi di mana..." Samuel menerka-nerka. "Nah baru inget. Gue pernah nonton animasi anak kembar yang satu botak satu lagi ada rambutnya-"

"Upin Ipin tuh!" desis Gara.

"Iya si bocil pitak itu. Ada salah satu episode yang bahas kayak ginian, tapi film sana tuh lebih ke bukunya bukan kertas. Caranya tuh, pake air gitu tapi gak tahu kalau yang ini," katanya sembari mengangkat kertas polos persegi panjang itu.

"Kalau gak air ya cahaya. Bisa tuh kita coba dulu pake cahaya." Gara beropini.

"Nah iya!"

Kemudian, Samuel mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter ponselnya. Lalu kertas itu ditaruh dibalik senter. Gara dan Dewa mendekat untuk melihat, apakah ada perubahannya atau tidak?

Dan ternyata...

Kertas yang awalnya kosong itu, kini berubah sedikit demi sedikit. Di sana menampilkan sebagian huruf. Langsung saja Samuel menggeser kertas itu dari ujung ke ujung sampai menemukan sebuah petunjuk.

"Nah itu."

"Coba cari satu-satu dulu kata-katanya."

"Wah kok bisa gini ya?" Mereka bertiga heboh ketika sudah menemukan setiap kata dari kertas polos itu. Tulisan dari sana membuat kening mereka mengkerut berpikir.

Isinya adalah: Aku adalah orang yang sama
Namun yang membedakan hanya satu
Coba kamu tebak?

Itu yang membuat mereka berpikir keras untuk menebak. Apa itu sebuah teka teki yang harus mereka cari jawabannya? Ada-ada saja orang yang tak memiliki kerjaan mengirimi pesan seperti ini.

"Ini teka teki. Maksudnya gimana?" tanya Dewa.

"Aku adalah orang yang sama? Maksud orang yang sama tuh apa? Walaupun gue pinter dalam pelajaran, tapi tetap aja bingung tebak yang ginian." timpal Samuel.

"Coba senterin lagi, siapa tahu ada petunjuk lainnya." Gara berucap dan Samuel langsung patuh.

Samuel dengan sabar menyenter setiap bagian kertas itu lagi. Dari ujung, ke tengah, sampai ujung lagi tak ada apapun yang akan menjadi petunjuk.

"Gak ada, Bos."

"Wa, coba mana kotak itu? Siapa tahu di sana ada petunjuk."

Dewa memberikan kotak itu pada Gara. Dengan senang hati Gara pun menerimanya dan memeriksa dengan teliti bagian-bagian setiap jengkal dari kotak hitam itu.

Samuel nampak berpikir. Jika kertas ini bisa terlihat tulisannya karena senter, apa kotak yang dalamnya berwarna putih itu sama seperti kertas polos ini? Jika sama, maka caranya pun akan sama.

"Bos, coba sini gue senterin. Siapa tahu sama kayak nasib nih kertas." Samuel merebut kotak itu dan langsung menyorot senter ponselnya ke arah dalaman kotak berwarna putih itu.

Mata lelaki itu sangat teliti melihat ke arah bagian kertas. Namun belum menemukan petunjuk lagi. Samuel terus mencoba sampai pada akhirnya ia menemukan kata yang berada di bagian ujung dalaman kertas warna putih itu.

"Lihat? Tulisannya tuh, cuma wajah. Kalau dipikir-pikir, aku adalah orang yang sama, namun yang membedakan hanya satu. Coba kamu tebak? Jawabannya wajah. Benar 'kan?"

"Lo emang pinter, El!" kata Dewa tersenyum bangga.

"Lo orang yang bisa diandalkan di Rosas Negras. Gue bangga, Bro!" balas Gara tersenyum bangga pula.

"Gue gak sombong nih. Cuma otak gue ini yang paling pinter diantara anggota-anggota lainnya." Perkataan Samuel mendapatkan jitakan kecil di daerah dahinya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Gara dan Dewa.

"Terus kalau jawabannya wajah, yang menjadi jawaban yang memastikannya tuh apa?" tanya kembali Dewa. Karena jujur saja, ia masih bingung. Jika jawaban teka teki ini wajah, lantas apa fungsinya si orang itu mengirim hal beginian?

Seperti tak ada hubungan apapun dengan Rosas Negras.

"Gue yakin, pasti orang itu bakal kirim lagi hal beginian. Bukan cuma satu, mungkin banyak."

"Bener Ga! Yakin banget gue."

"Gue bakal simpen dulu yang ini. Kalau lo atau yang lain nemuin sesuatu yang mencurigakan, langsung kasih ke gue aja dulu, jangan sampai dibuka sama yang lain." Gara memberitahu pada dua orang itu. Dan mereka pun mengangguk setuju akan perintah Gara.

Gara sudah diijinkan pulang dari pihak rumah sakit. Kini lelaki itu tengah menidurkan badannya di atas kasur empuk tempat ternyaman nya. Pandangannya mendongak untuk menatap benda pipih yang ia pegang. Kegiatan itu tak berhenti sampai jam di dinding menunjukkan pukul lima sore.

Gilfa yang masuk ke kamar langsung berdecak sebal. Tingkah suaminya itu seperti tak berdosa sekali. Seprai kasur acak-acakan, bantal dan guling tergeletak dilantai. Apa sih yang dilakukan oleh Gara, sehingga membuat kekacauan di ranjang itu?

"Gara kamu tuh 'kan lagi sakit, kok bisa seprai, bantal, sama guling jadi kayak gini? Orang sakit biasanya diem doang, rebahan. Lah ini motah!"

Lelaki itu hanya menatap malas ke arah Gilfa. Dengan sengaja kakinya menendang-nendang seprai dan selimut, hingga menambah kesan acak-acakkan.

"GARA!"

"Berisik lo!"

"Bisa gak sih nurut?"

"Gue nurut sama lo?"

Gilfa mengangguk.

"Gak sudi!"

"Serah!" Gilfa mengakhiri dengan suara tak kalah tinggi. Lalu, perempuan itu memungut kembali bantal dan guling yang berada di lantai lalu menyimpan benda itu di sisi kasur.

"Awas dulu kakinya." pintanya. Namun tetap saja lelaki itu hanya diam tak berkutik sedikitpun. Gilfa berdecak lalu mengangkat kaki suaminya dan menghempasnya dengan sedikit kasar.

Gara memekik ketika kakinya dihempas. "Anj! Kaki gue tuh sakit. Lo amnesia apa?"

Gilfa memasukkan lidahnya ke dalam. Matanya melotot," Lupa."

"Lupa, lupa! Lo." ketusnya. "Udah beresinnya nanti aja. Sana bikin air panas buat gue mandi."

Air panas sudah jadi. Gilfa pun sudah memindahkan air itu ke bathtub yang sudah diberi air dingin. Lalu perempuan itu kembali ke hadapan Gara untuk memberitahu bahwa air hangat sudah siap. Gilfa dengan senantiasa memapah tubuh tinggi suaminya untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Walaupun kondisi Gara sudah membaik. Namun tetap saja, tubuh lelaki itu masih membutuhkan bantuan orang lain ketika ingin mengerjakan sesuatu, contohnya seperti memapah Gara ke kamar mandi. Dan nanti setelah Gara mandi, tugas Gilfa yang lainnya adalah memberikan setiap olesan salep pada bagian lebam milik suaminya.

Gilfa duduk di atas kasur sembari menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup. Suara keran air menyala menandakan bahwa suaminya telah usai mandi. Perempuan itu langsung bangkit dan mengetuk pintu untuk memastikan.

"Masuk!"

Gilfa masuk ke dalam kamar mandi. Matanya sedikit terpejam, karena ia masih belum terbiasa melihat penampilan Gara yang sekarang. Tubuh toples dengan bawahan handuk yang bertengger manis dipinggang lelaki itu.

Gilfa mendudukkan Gara di kasur lalu tangannya mengambil alih handuk yang berukuran kecil itu. Ia mengusapkan handuk itu pada rambut basah suaminya, secara perlahan ia lakukan agar tak dibentak jika mengenai luka yang berada di dahinya.

"Kenapa langsung pake baju? 'Kan lebam yang ada di badan kamu harus dipake salep dulu, biar ilang bekasnya."

"Repot pake begituan segala."

"Nurut deh satu kali ini aja. Kalau kamu udah sembuh terserah mau lakuin atau mau apapun juga. Hargai aku dong sebagai istri kamu, bukan orang asing."

"Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya. Tapi, kamu... kayak gak hargai keberusahaan aku."

"Ck, lo banyak omong. Cepet lakuin."

Dengan sedikit kesal Gilfa pun duduk di kasur dan berhdapan langsung dengan wajah datar suaminya. Perempuan itu mencopot plaster dan perban di dahi suaminya, lalu diganti dengan yang baru. Setelahnya, mengoleskan salep pada permukaan wajah, lalu leher, dan terakhir bagian perut. Gilfa harus berusaha menahan degupan kencang jantungnya, pipinya juga harus ia tahan agar tidak menyemburatkan kemerahan.

Tangan Gilfa yang lembut yang memutar-mutar secara perlahan bagian perutnya, merasakan sensasi geli sekaligus merinding. Olesan perlahan itu membuat pertahanan Gara runtuh.

"Shh... udah." Gara menyetop kegiatan yang dilakukan Gilfa. Ia tak tahan dengan tangan mulus perempuan itu, bisa-bisa nanti perempuan itu akan membangunkan sesuatu yang tersembunyi dibalik handuknya.

"Pakai baju, pakai celana. Terus tidur. Aku tidur duluan, bye."

Gilfa bangkit dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa sedang yang berada di kamar apart itu. Sudah berhari-hari ia tidur di sana. Sakit? Pasti. Jangan ditanya lagi. Setiap bangun dari tidurnya, tubuhnya akan merasakan sakit dan ngilu. Tulangnya seperti dipatahkan secara bersamaan. Namun apa boleh ia buat? Itu adalah syarat yang diberikan oleh Gara. Dan Gilfa harus menurutinya.

Setelah memakai pakaian lengkap. Lelaki itu langsung merebahkan tubuhnya. Tak lupa mematikan lampu disebelah nakas, dan keadaan kamar pun akan terlihat temaram. Ia menatap ke arah sofa, di mana Gilfa tertidur. Ia pikir, Gilfa akan kesakitan tertidur di sana terus. Tetapi, Gara seperti tak ambil pusing, karena rencananya ia ingin membuat Gilfa semakin menderita. Ya, itu caranya.

-

Bagaimana?

Teka tekinya mudah bukan?

Ets tunggu dulu! Masih banyak kok beberapa part yang bahas teka teki lainnya.

Follow akun ini ya!

@galara.official


@rosasnegras_team
@raganda_team
@cobra_team205

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 1.3K 38
harap follow dulu sebelum baca! biar tambah sopan!! menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang baru berusia 17 tahun yang harus menghadapi lik...
7.8K 399 22
Update: 2 hari hanya 1x ••••• Zhang Xiao tiba-tiba menyeberang ke dunia paralel, dan dia menjadi pria dengan tanggung jawab yang berat di awal! Saat...
6.8M 288K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 41K 18
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...