ANGGARA

By nadialarasati705

14.6K 2.9K 2.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Humor/Sad Romance] Bermulut pedas, seperti monster, berkuasa, dan suka marah-m... More

PROLOG
1. Pertemuan kedua
2. Ancaman
Numpang lewat🐋
4. Kekejaman Anggara
5. Pacar?
6. Sisi kelam Anggara
7. Menggemaskan
8. Amarah
9. Pemuda Misterius
10. Teka-teki
11. Berubah-ubah
12. Cemburu?
13. Broke!
14. Anggara itu Aneh
Visual Cast♥
15. Mimpi Indah
16. Rencana terselubung
17. Rencana terselubung (2)
18. Ancaman
19. Papa?!
20. Pembekapan!
21. Tertangkapnya Impostor!
22. Tetap tinggal atau pergi?
23. Anggara Pergi?
24. Pendonor darah rahasia
25. Musuh dalam selimut

3. Siapa Anggara?

863 186 213
By nadialarasati705

Vote dan Commentnya Gaise, ditunggu. Xixixi😗

'Anggara'

***

Seluruh arah pandang penghuni kelas XII IPA 3 mengarah pada seseorang yang tanpa sopan santunnya, memasuki ruang kelas dengan santai. Pak Beno---selaku Guru Sejarah yang sedang mengajar, menghentikan materinya sejenak ketika melihat kedatangan seorang pemuda dengan memasukkan kedua tangannya disaku celananya dan mendudukkan dirinya di tempat duduknya yang tepat berada di pojok, bahkan berjalan gontai tanpa salam atau izin apapun.

Tidak ada orang yang berani menegur bahkan menggurui Anggara. Mereka hanya boleh diam dan memandang Anggara saja tanpa perlu mengomentari sifatnya. Kecuali orang terdekat Anggara, seperti sahabatnya dan Ibunya.

Meskipun Sikapnya yang dingin bahkan cuek dan memiliki mulut pedas, namun tak sedikit kaum hawa yang menyukai sosok Anggara. Mereka hanya mampu mengagumi Anggara dari kejauhan tanpa mengusik kehidupan Anggara.

Sangat kejam dan berkuasa. Itulah sosok yang menggambarkan tentang diri Anggara.

Pak Beno mengelus dadanya sabar melihat Anak dari salah satu sahabatnya dulu. Sifat dan sikapnya benar-benar seperti jiplakan dari 'Arga - Ayah Anggara' saat SMA dulu.

"Oke Anak-anak, karena materinya sudah selesai. Kerjakan soal nomor 1 sampai 10 halaman 78. Dan dikumpulkan setelah istirahat nanti." simpul Pak Beno, seraya menutup buku paketnya.

"Baik pak," jawab seluruh siswa serempak. Kecuali gerombolan Anggara yang malah ribut sendiri.

"Gar! Baru berangkat lo?" tanya Taufan, teman duduk Anggara sambil menggelengkan kepalanya heran. "Bahkan lo nggak ngucapin salam?" cibir Taufan seperti emak-emak.

Anggara seolah menulikan pendengarannya, Ia sedang tidak ingin mendapat ceramah dari sahabat yang bercita-cita ingin menjadi ustadz ini.

"Ga ada akhlak lo Fan, mau ceramah pas lagi pelajarannya Pak Beno? Kesian goblok. Setidaknya kita harus menghargai." celetuk Rega yang tempat duduknya tepat di depannya.

Farhan yang duduk di sebelahnya langsung saja mengecek suhu Rega, dengan menempelkan telapak tangannya ke dahi Rega.

Farhan mengernyitkan dahinya ketika suhu tubuh Rega normal. "Normal kok. Tapi, tumben..."

"Tumben, apa?" sahut Farhan.

"Tumben waras! Biasanya 'kan dia juga gada akhlaknya." celetuk Farhan sambil tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan tawa Farhan sampai terdengar ditelinga Pak Beno.

"Ye! Si bajing," ujar Rega kesal, sambil menimpuk Farhan dengan buku miliknya.

"Lo gak bawa tas, gar?" tanya Taufan lagi yang menatap kedatangan Anggara sejak baru saja masuk kelas. Memang benar, Anggara tidak pernah membawa tas ke sekolah sama sekali.

Buat apa Anggara membawa itu semua? Kalau Otak Anggara saja mampu menampung semua mata pelajaran hanya dengan mendengarkan penjelasan tanpa perlu mencatat. Jenius sekali bukan?

Anggara menatap sinis Taufan lalu berdecih. "Bokap gue aja yang biayain gue sekolah nggak nanya kenapa gue nggak bawa tas ke sekolah. Kok lo sekarang banyak bacot sih!" jawab Anggara ketus, yang membuat mulut Taufan bungkam. Taufan sangat tahu bagaimana sifat Anggara sejak dulu, ketika dia sudah mengeluarkan kata-kata pedasnya berarti sebentar lagi akan ada perang dunia kalau Taufan melanjutkan perkataannya.

Rega dan Farhan yang hendak mengeluarkan suara pun, mereka urungkan dan menutup rapat-rapat mulutnya.

"Yang kerja itu tangan dan otaknya. Bukan mulutnya!" sindir Pak Beno karena sedari tadi memperhatikan bahkan mendengarkan obrolan Anggara dan sahabatnya.

"Asssyiappp." jawab Rega karena merasa tersindir dengan ucapan Pak Beno.

"Jangan asiap asiap aja! Tapi dikerjakan."

"Ya, ini lagi proses atuh pak. sabar dong," ujar Rega sambil menyengir lebar. "Kan kata Bapak, kalau orang sabar pantatnya lebar. Ye gak an?" ucap Rega sambil menatap Farhan sekilas.

"Iya pak, Bapak harus sabar kalau pengen pantatnya lebar." ujar Farhan dengan terbahak dan membuat seluruh teman sekelasnya tertawa.

Anggara hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rega yang sedari dulu suka memancing keributan Guru itu.

Pak Beno berdecak. "DIAM SEMUA!"

"Kerjakan tugas kalian, atau mau saya tambah tugasnya?!" ancaman Pak Beno membuat mereka ketar-ketir dan terdiam seketika.

"Good job." Rega dan Farhan bertos ria pelan, karena telah berhasil memancing emosi Pak Beno.

"Bocah Gada akhlak emang!" celetuk Taufan yang membuat Rega dan Farhan menengokan kepalanya ke belakang.

Mereka tertawa, "Kan ini ajaran dari Pak Ustadz Taufan Megantara." jawabnya kompak.

"As---" saat Taufan akan melontarkan umpatan kasarnya.

"Astagfirullah," celetuk Anggara menyindir, dengan membenarkan umpatan Taufan.

"Astagfirullah." ujar Taufan sembari mengelus dadanya menghadapi dua sahabat kampretnya itu. Rega dan Farhan menahan tawanya ketika Anggara meniru ucapan yang biasa Taufan longarkan.

***

"W.O.W! Wow..." Zahra yang baru saja mendudukkan dirinya di tempat duduknya, langsung saja memutar bola matanya malas ketika mendengar suara toa dari salah satu sahabatnya. Padahal baru saja dirinya memasuki kelas karena telat tanpa diberi hukuman. Sudah gempar seluruh dunia.

"Demi apa, Demi apa!" sahut Sekar. "Seorang Zahra Agastya, siswi SMA Guarda kelas XII Bahasa yang hapenya aja masih kentang dan masih pake wifi Indihome kadang juga masih minta hotspot temen! tapi memiliki bakat suara emas dan tingkat humornya yang tinggi yang mampu memikat para kaum adam diseluruh seisi dunia sejagad raya bumi dan isinya, langit dan bumi jadi saksinya... Baru saja diselamatkan oleh seorang siswa yang tergolong populer dan berkuasa bahkan ditakuti banyak orang!" pekik Sekar heboh dengan sekali tarikan nafas.

"Keajaiban dunia." ujar Erika ikut menimpali seraya menggelengkan kepalanya takjub.

Zahra berdecak, "Alay banget kalian! Najong. bukan sahabat gue." ujar Zahra sambil bergidik ngeri.

Almira, teman duduk Zahra sedari tadi hanya diam tanpa mau ikut menimbrung obrolan. Dan sibuk dengan tugas yang baru saja diberikan oleh Bu Sera. Di antara mereka hanya Almira lah yang tau waktu untuk menggosipkan suatu masalah.

Zahra melirik Almira dan kembali menatap dua cecunguknya yang sedari tadi sibuk berdiskusi membicarakan sikap Anggara yang dengan baik hati mau menolong Zahra. Yang notebane-nya sama sekali tak mengenal seorang Anggara.

Mereka nggak tau aja, tadi si malik habis ngancem gue. ujar Zahra membatin.

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

Kata-kata itu terus saja berputar seperti vidio yang diputar berulang-ulang di kepala Zahra. Entah balasan apa yang akan pemuda kejam itu berikan. Namun, Zahra sebisa mungkin harus bersikap biasa saja ketika terancam.

"Tunggu balesan gue, Zahra Agastya!"

Zahra memukul kepalanya kuat sambil berteriak keras.

"Anjir!" umpat Zahra yang membuat seluruh temannya menatap bingung Zahra.

"Zahra?! Apa ada masalah?" tanya Bu Sera, yang dibalas gelengan kepala dan kekehan Zahra. "Nggak bu,"

Almira melirik Zahra, "Lo kenapa, Ra?" tanya Almira khawatir.

"Kenapa bos?" celetuk Sekar sambil menoleh ke belakang.

"Iya, kenapa lo? Kesurupan?" sahut Erika. "Setan apa yang merasukimu?"

Tuk.

Langsung saja Zahra menjitak dahi Erika. Dan membuat Erika mengaduh kesakitan. "Kok gue dijitak?" cetus Erika polos.

"Biar agak encer dikit otak lo," ujar Sekar dengan tertawa mengejek.

Almira dan Zahra hanya terkekeh menatap kepolosan Erika. "Nah bener tuh. Katanya kalo orang pinter yang ngejitak, ilmunya bakal nyalur." ujar Zahra sambil membanggakan diri.

Almira berdecak pelan. "Gak jelas dah lo!" celetuknya dengan memutar bola matanya jengah. Zahra memang sangat pandai sekali mengganti topik permasalahan, tapi tak pandai ketika berbohong. Raut wajahnya sangat jelas sekali, perbedaan ketika Zahra tengah berbohong karena menutupi suatu permasalahan.

"Eh, Kantin kuy! Dah istirahat 'kan?" ajak Zahra yang diangguki ketiga sahabatnya.

***

"Kita telat nih, makanya udah rame gini." keluh Erika sesampainya di kantin.

"Eh, kita duduk disitu aja tuh. Masih kosong soalnya," tunjuk Zahra di meja yang masih kosong.

Mereka bertiga bergidik ngeri, Mejanya kosong karena pemiliknya belum datang. "Gak. Gue masih belum sukses, Masih mau hidup!" tolak Sekar mentah-mentah.

"Gue juga masih mau ketemu jodoh gue yang ada di korea." sahut Erika.

Almira mengangguk, "Gue juga nggak mau berurusan dengan orang sok berkuasa seperti Anggara."

Zahra memutar bola matanya malas ketika mendengar tolakan mentah-mentah dari ketiga sahabatnya. Sebenarnya siapa sih Anggara sebenarnya? Kenapa seolah dia adalah penulis skenario hidup orang-orang di SMA Guarda? pikir Zahra.

"Ya udah. Gue aja yang kesana, kalian duduk disini aja ngedeprok." ujar Zahra yang membuat ketiganya bertemu pandang.

"Gawat." ujar Sekar dengan bergidik ngeri, ketika melihat gerombolan Anggara dan sahabatnya mulai memasuki kantin.

"Sekar! Almira! Erika! Sini..." panggil Zahra dengan tertawa bahagia ketika sudah sampai. Bahkan Zahra duduk tepat sekali di tempat yang selalu Anggara duduki.

Byurrr...

Mata Zahra membelalak lebar, ketika ada seseorang yang mengguyurkan sesuatu padanya.

***

TBC💜

Kira-kira apa tuh gais?😂

Next atau Stop? Please butuh comment😩

Ga ada yang comment huwaaa😭, dah lah. Mau nyemangatin diri sendiri aja😩

Semangat nulis Nad😗

Bye!

Continue Reading

You'll Also Like

257K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
453K 49.6K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...