My Dearest Cousin (Jitzu)

By prjh97

77.8K 10.5K 2.5K

Tzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan... More

Gratisan maunya?
Eh sayang
Saran dari Mina
Menulis puisi
Ada yang terdengar lagi?
Belanja ke Pasar
Nggak asik nih
Selamat Tinggal
(Trailer atau Ilustrasi)
Baik-baik saja
Dia aneh
Vlog
Chattingan
Cuaca yang cerah
Packing
Kok canggung ya
Ya udah iya
Pada akhirnya
Puisi Tzuyu
Bonus?
SEASON II
SNM? SBM?
Taman Pintar
Masih SMA
Good day tapi bukan kopi
Dinner uwu
Kepompong
I can't stop me
Pertemuan
Missunderstanding
Sekarang bukan cuma itu
Geli banget!
Batal UN
Kesepakatan
Aku datang
Kepergok
Jelly Jelly
Oh no!
Kita nggak usah kuliah aja, Jihyo
Double virtual date?
Pulang
Disappointed
Balik lagi
Yang bukan aku
If
So
Us

Ember sialan

2K 257 89
By prjh97

Tzuyu POV

Ketika aku membuka mata yang pertama kali kulihat adalah wajah Jihyo yang sedang tidur dan terlihat begitu damai. Lihatlah pahatan Tuhan ini begitu sempurna. Matanya, hidungnya, alisnya, mulutnya. Kalau begini terus lama-lama aku bisa jatuh cinta.

Sayang sekali aku sudah punya pacar

Dan sayang sekali juga Jihyo nggak mau pacaran.

Lagipula kami sepupuan!

Tzuyu ayo sadar!

Aku menepuk-nepuk pipi sendiri hingga membuat Jihyo mengerjapkan matanya. Apa tepukanku terlalu keras sampai ia bangun?

Jihyo tersenyum, lalu meraih ponselnya di atas nakas. Perlahan ia duduk dan merenggangkan ototnya. Aku juga ikut duduk.

"Pagi" sapa Jihyo sambil tersenyum

"Pagi" balasku. Jihyo berdiri dan segera membuka tirai jendela kamarnya.

"Mau ikut keluar?" Tanya Jihyo. Aku mengangguk antusias.

Aku segera kembali ke kamar untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Lalu setelah itu turun ke dapur untuk minum segelas air. Aku berpapasan dengan Bude Ratih yang baru saja mau berangkat ke pasar. Kami mengobrol sebentar sebelum bude Ratih berpamitan. Tak lama Jihyo juga turun dan meminum segelas air di sampingku.

"Yuk" ajak Jihyo, aku mengangguk dan berjalan di sebelahnya. Kami terus berjalan sampai keluar gerbang. Loh kok jalan? Mana sepedanya?

"Hyo" aku menghentikan langkahku, ia juga berhenti "Kok nggak pake sepeda?"

"Kan sepedanya cuma satu" lirih Jihyo

"Terus?"

"Ya nanti a--aku duduk di mana?"

AKU!!!

JIHYO NGOMONG 'AKU'

Senyum ini mengembang dengan sempurna. Dia menatapku kesal.

"Apa?" Tanyanya ketus

"Akuuuu? Jihyo ngomong aku?" ejekku. Aku tak tahan untuk tidak mengejek. Dia membuang wajahnya dan malah membuatku semakin tertawa kencang

"Hahahaha. Ya udah tunggu sini sebentar" segera kuberlari menuju garasi dan mengambil sepeda milik Jihyo. Setelah itu aku menaikinya dan menghampiri Jihyo yang berdiri menungguku di dekat gerbang.

"Sini duduk" aku memerintahkannya untuk duduk di depanku, dia membulatkan matanya. Hahahah lucu sekali kalau bingung dan kaget.

"Udah sini ayo!" Kutarik lembut tangannya hingga ia duduk di depanku. Ia tampak tegang lalu kuelus bahunya agar rileks.

Sepeda mulai bergerak dan aku benar-benar menikmati ini. Pemandangan indah, udara yang sejuk dan aroma vanila dari rambut Jihyo membuat hatiku nyaman dan tentram. Dipikir-pikir kami romantis sekali ya seperti orang pacaran.

Eh mikir apa sih aku?

"Kok kamu kuat sih? Aku kan berat" heran Jihyo, aku terkekeh mendengar pertanyaan anehnya

"Aku kan atlet lari sprint" kujawab.

Sebentar

Kayak ada yang aneh.

AKU BARUSAN NGOMONG 'AKU' KE JIHYO

GIMANA BISA AKU NGOMONG AKU??

Ah kenapa ribet sekali sih omonganku di atas.

Ya intinya ini mengejutkan

Dan kenapa aku jadi semakin aneh tiap harinya?

"Aku?" tanya Jihyo. Pasti dia sedang tersenyum mengejek sekarang. Walaupun tak terlihat juga tapi aku yakin sekali akan hal itu karena mendengar dari nada bicaranya.

"Ya kan mau belajar juga" jawabku

"Hahahaha" Jihyo tertawa lagi. Memangnya aku seaneh itu ya? Tapi nggak papa sih aku terlihat aneh juga asalkan Jihyo bisa tertawa begini. Mendengarnya saja membuatku senang.

"Nggak usah dipaksa Tzuyu kalau kamu nggak biasa, aku nggak masalah kok kamu ngomong lo gue" saran Jihyo. Aku berdehem kaku. Jujur sebenarnya aku malu sekali mencoba ngomong pakai 'aku' tadi. Untung saja Jihyo memaklumi.

Setelah cukup jauh kami bersepeda, ada sebuah suara yang memanggil nama Jihyo sehingga aku terpaksa menghentikan sepeda ini.

"Jihyo!!" Aku dan Jihyo menoleh, orang itu menghampiri kami berdua. Oh ternyata Mina.

"Hai Jihyo, hai eum..."

"Tzuyu" ucapku "Mina kan?"

"Oh hai Tzuyu, iya aku Mina" jawab Mina "Kalian mau kemana nih?"

"Nggak kemana-mana sih sepedaan aja" jawab Jihyo "Kenapa Min?"

"Aku sama Momo mau nyari belut, kalian mau ikut nggak?"

WTF BELUT?

BELUT YANG LICIN ITU?

YANG BENER AJA!!!!

"IKUTTT!!" Jihyo berseru senang sambil turun dari sepeda "AYO TZUYU!"

HAH?

GIMANA?

TOLONG JELASIN SEKALI LAGI

NYARI BELUT?

MAMAAAAA TOLONGIN ANAKMUUU

****

Dan di sinilah aku. Di pinggir sawah bersama Jihyo dan kedua temannya yang sudah memegang ember besar, coca cola, dan permen mentos. Aku sama sekali nggak melihat ada alat pancing ataupun jaring di sini. Lalu bagaimana cara menangkapnya?

"Gulung dulu celananya Tzuyu!" Perintah Jihyo, aku menurut saja.

Lalu Mina dan Momo masuk duluan ke dalam lumpur dan berjalan menjauh. Jihyo mengulurkan tangannya padaku.

"Ayo" ajak Jihyo. Aku sungguh ragu, namun ku lihat Jihyo menatapku sambil tersenyum. Seketika hatiku menghangat, langsung kuterima uluran tangan Jihyo. Lalu kaki kami memasuki lumpur

Sial ini geli sekali

Astaga seluruh tubuhku bergetar. Ini terlalu geli untukku!

Tapi kalau aku mengeluh malu dong, masa baru nyemplung sudah nyerah.

"Nah ini lubangnya" seru Momo, Mina dan Jihyo langsung antusias dan mendekat ke arah Momo. Kan percuma tadi aku digandeng ujung-ujungnya ditinggal!

Mina langsung memasukan beberapa butir permen mentos ke dalam sebuah lubang, sementara Momo menuangkan sedikit demi sedikit coca cola. Lalu tak lama seperti ada busa hasil reaksi kimia dan muncul kepala seekor belut.

(KEPALA SEEKOR BELUT)

IYA KEPALANYA YANG MIRIP ULAR ITU

DAN JIHYO MENANGKAPNYA DENGAN TANGAN KOSONG!!!!

(((TANGAN KOSONG)))

DEMI TUHAN INI LEBIH SERAM DARIPADA HANTU DI HUTAN ITU ATAUPUN HANTU JENDELA KAMARKU.

"Duh susah" keluh Jihyo. Aku meneguk ludahku dengan susah payah. Ini mengerikan!

"Yeay dapet enam!" Jihyo berteriak senang setelah beberapa saat ia bergelut menangkap belut yang licin itu.

"Wah banyak ya, udah yuk pulang!" Ucapku berusaha semaksimal mungkin terlihat tidak ada apa-apa. Padahal aku sangat ingin pergi dari lumpur ini dan berteriak kencang-kencang. Aku sangat takut dan geli.

"Ih belum, ini baru enam embernya belum penuh. Ayo kita cari di lubang sebelah sana"

EMBERNYA BELUM PENUH?

YA TUHAN SEMESTA ALAM EMBERNYA ITU BESAR SEKALI!

EMBER SIALAN!

****

Third person POV

Jihyo masih asik menangkap belut bersama Mina dan Momo sementara Tzuyu masih berusaha menahan rasa takutnya dengan berdiri di belakang mereka. Tidak lama Jihyo sadar dan menoleh ke arah Tzuyu.

"Kok kamu diem aja? Nggak mau nyoba?" Tanya Jihyo. Tzuyu membulatkan kedua matanya mendengar pertanyaan itu

"Ah engga usah lo aja" jawab Tzuyu dengan senyuman kikuk dan suara super aneh. Berusaha semaksimal mungkin terlihat baik-baik saja.

"Kamu takut ya?" Jihyo menatap Tzuyu dengan curiga

"Hah engga!"

"Ya udah sini kalau nggak takut ayo coba"

Dengan berat hati Tzuyu mendekat ke arah Jihyo dan ikut berjongkok di sebelahnya. Mina dan Momo menuangkan permen mentos dan coca cola lagi lalu muncul kepala seekor belut kecil.

"Itu di ambil" ucap Jihyo. Tzuyu meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia berusaha memberanikan diri dan akhirnya belut tersebut tertangkap. Tzuyu buru-buru melemparkannya ke dalam ember.

Geli!

"Yeay berhasil" Jihyo bertepuk tangan antusias. Tzuyu tersenyum kikuk. Di satu sisi ia masih takut, namun di sisi lain ia bangga pada dirinya sendiri karena berhasil melawan rasa takutnya tersebut.

"Eh ada lagi tuh" kata Jihyo.

Kali ini kepala belut yang muncul dua kali lipat lebih besar dari yang sebelumnya.

"Waaaa" Tzuyu gemetar dan panik hingga tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh ke belakang dengan menarik tangan Jihyo. Tzuyu merasa tubuh bagian belakangnya sudah benar-benar basah oleh lumpur. Ia membeku seketika. Ia membeku bukan karena lumpur, tetapi karena badan Jihyo yang tak kuat menahan badannya tadi malah ikut terhuyung ke arahnya, dan mendarat tepat di atas tubuhnya. Tepat di depan wajahnya. Iya, tepat dihadapan wajah Tzuyu ada wajah Jihyo. Bahkan jika tangan Jihyo tidak menopang ke samping mungkin bibir mereka berdua sudah bersentuhan.

Keduanya mematung. Tak mampu bergerak barang seincipun. Jantung mereka berpacu dengan cepat. Darah berdesir dengan hebat. Sunyi. Hanya terasa deru nafas yang saling menerpa wajah masing-masing. Waktu serasa berhenti saat itu juga.

Tzuyu tenggelam dalam pesona mata indah Jihyo.

Sepupunya itu begitu cantik dan menarik

Siapa yang tidak jatuh hati padanya?

Detik itu juga ia menyadari satu hal,

"AH JIHYO DI KEPALA KAMU ADA KODOK!"

"WAAAAAAA"

****

"Ya ampun nduk kok glepretan kayak habis kecemplung sawah gitu?" Bude Ratih yang sedang menyapu teras rumah berteriak heboh ketika Jihyo dan Tzuyu memasuki pelataran rumah dengan tubuh penuh lumpur dan sandal dijinjing. Mereka juga menuntun sepeda, satu-satunya benda yang masih bersih saat ini. Tzuyu tertawa mendengar bahasa yang asing di telinganya itu.

"Memang habis kecemplung sawah bude" jawab Tzuyu. Bude Ratih mengerutkan dahinya.

"Kok bisa? Kenapa sepedanya nggak kotor?"

"Sepedanya nggak nyemplung Bude. Tadi itu aku sama Tzuyu ikut Momo sama Mina nyari belut, terus Tzuyunya takut dan narik aku, jadinya kita berdua kecemplung deh" Jihyo menerangkan dengan jelas

"Bukan takut, cuma panik" koreksi Tzuyu, Jihyo terkekeh mendengarnya, padahal ia sudah mendengar kalimat itu hampir sebanyak sepuluh kali selama di perjalanan pulang, tapi tetap saja lucu.

"Yaudah siram badannya di luar dulu biar di dalam nggak kotor, bude ambilkan handuk dulu ke dalam"

"Iya bude terima kasih"

Mereka berdua segera mendekat ke arah kran yang sudah terhubung selang air. Tzuyu yang memang lebih gesit dari pada Jihyo berhasil mendapatkan selang tersebut. Ia menghidupkan kran dan langsung menyemprotkan air ke arah Jihyo.

"Aaaaah Tzuyu sebentar dulu!" Teriak Jihyo. Tzuyu semakin bersemangat. Awalnya Jihyo berusaha merebut namun karena Tzuyu lebih tinggi dan gesit, ia jadi menyerah. Jihyo membiarkan dirinya terkena guyuran air yang Tzuyu berikan dan berusaha menikmati dengan menari-nari kecil di bawah guyuran air tersebut.

Tzuyu terdiam. Hatinya menghangat melihat tawa Jihyo yang asik bermain air. Ia menyesal dan merutuki dirinya sendiri yang tak berhasil membuat Jihyo kesal, dan malah membuat Jihyo menari dan tertawa di bawah guyuran air seolah itu adalah air hujan.

Cantik banget. Kalo kayak gini kan makin ambyar. Umpat Tzuyu dalam hati.

"Gantian nggak?" Tanya Jihyo, mengembalikan kesadaran Tzuyu sepenuhnya.

"Aku udah bersih tapi kamu masih kayak belut" ucap Jihyo sambil terkekeh dan merebut selang itu dari tangan Tzuyu.

"Gue disamain sama belut!"

"Ya emang mirip sih sekarang" Jihyo mengejek

"Rese lo ah" kesal Tzuyu. Jihyo tertawa semakin keras.

****

"Ini namanya mangut belut" Momo menerangkan seraya membuka tutup wadah makan yang ia bawa. Sekarang sudah waktunya makan siang, mereka berempat duduk di meja makan dengan tubuh yang sudah bersih.

"Hah marmut belut? Marmut marmut aja kali. Belut belut aja. Kok dicampur-campur" heran Tzuyu

"Mangut. M A N G U T. MANGUT!!"

"Sabar Momo sabar" lirih Mina seraya mengelus bahu Momo

"Perasaan aku udah paling lemot, tapi kok ada yang lebih parah" umpat Momo seraya menatap Tzuyu kesal. Jihyo dan Tzuyu tertawa mendengar nada kesal Momo.

"Dia nggak lemot Momo, cuma budek" ejek Jihyo. Tzuyu menghentikan tawanya dan menatap Jihyo kesal.

"Enak aja!"

"Udah-udah, makan aja yuk!" Mina melerai keduanya dan mulai membagikan piring. Jihyo membantu Tzuyu mengambil nasi dan lauk, alias mangut belut yang dibawa Momo dan Mina.

"Ini yang masak Mina lho" ucap Momo

"Dibantu Momo juga kok" balas Mina

"Dibantu doa, kan" tambah Tzuyu. Mendapat hadiah tatapan tajam lagi dari Momo.

"Sepupu kamu ngeselin banget sih Hyo" umpat Momo

"Sstttt" Tzuyu yang mulutnya penuh mengintruksikan Momo untuk diam. Lalu ekspresi wajahnya berubah cerah, matanya bahkan berbinar ketika merasakan makanan itu.

"INI ENAK BANGET!!" Seru Tzuyu. Ia makan dengan lahap. Momo, Jihyo dan Mina menatapnya dengan senang. Siapa sangka Tzuyu si anak kota suka belut? Padahal ia hampir pingsan saat mengambilnya tadi.

"Kamu suka?" Tanya Jihyo. Tzuyu mengangguk semangat.

"Habisin aja, buat Eyang sama Bude Ratih ada lagi kok" ucap Mina. Tzuyu mengangguk senang lalu menambahkan nasi dan lauk ke piringnya lagi. Melahapnya dengan semangat seolah tidak ada hari esok untuk makan lagi.

****

Tzuyu POV

Malam hari tiba. Sekarang aku malah menunggu-nunggu malam hari, padahal kemarin aku sangat membencinya. Aneh memang. Aku berjalan menuju kamar Jihyo lalu mengetuknya. Jihyo menjawab dari dalam dan menginturksikan aku untuk langsung masuk.

"Hyo lagi ngapain?" Aku menghampiri Jihyo yang asik menggambar desain di laptopnya. Kami sengaja melewati makan malam hari ini karena tadi siang kami makan terlalu banyak. Apalagi aku hahaha.

"Oh gambar..." Ucapku saat melirik layar laptop Jihyo. Aku ikut duduk menyandar ke tepi ranjang Jihyo dan ikut masuk ke dalam selimut yang Jihyo pakai. Di luar hujan, jadi udara terasa lebih dingin dari biasanya.

"Aku tidur sini lagi ya" izinku. Walaupun telat sekali sih, aku ini sudah posisi di atas ranjangnya. Jihyo mengangguk menyetujui.

Di kepalaku tiba-tiba terputar kejadian-kejadian hari ini. Aku senang sekali bisa mengenal Momo dan Mina lebih dekat. Apalagi ikut bergabung bersama mereka bertiga. Walaupun belut dan ember sialan itu menyebalkan sih. Tapi ya setidaknya banyak hal yang menyenangkan gara-gara mencari belut.

"Hyo Momo itu lucu ya" aku berkata random tiba-tiba.

"Iya lucu, kalo nggak ada Momo sepi" balas Jihyo tanpa menoleh sedikitpun dari laptopnya.

"Lo udah lama temenan sama Momo dan Mina?" Tanyaku. Jihyo mengangguk

"Momo seumuran sama lo juga? Kuliah juga?"

"Enggak Momo lebih tua setahun. Dia kuliah prodi pendidikan tata boga di Universitas Negeri Rajawali"

"Oh gitu... Ngomong-ngomong gue belum tau deh lo sebenernya tinggal di mana"

"Di deket kampus"

"Ngekost?"

"Engga, rumah sendiri"

"Oh sama mama dan papa, kan?"

"Engga, sama Mina dan Momo"

"Lho kok?"

"Mama papaku udah lama cerai, aku ikut papa, mama tinggal sama pacar barunya, dan papa jarang banget pulang, paling sebulan sekali, soalnya papa pilot" jelas Jihyo.

"Oh gitu, maaf ya gue nggak bermaksud...."

"Iya nggak papa" potong Jihyo. Aku menyesal karena bertanya begitu. Tapi di sisi lain juga semakin penasaran dengan Jihyo. Di sekolahku, anak broken home identik dengan anak nakal. Itu sih sudah tidak heran. Tetapi Jihyo berbeda. Jihyo anak baik. Kok bisa?

"Sepi nggak Hyo tanpa mereka?"

"Nggak kok, kan ada Eyang, Bude Ratih, Momo dan Mina. Makanya aku selalu liburan di sini. Rame banget. Apalagi kalo natal kita suka bikin acara. Kadang papa juga pulang ke sini kalo natal"

"Gue ikut dong natal selanjutnya" pintaku. Entah angin darimana aku tiba-tiba bicara begitu. Mendadak aku lupa soal Bali.

"Boleh banget tuh" Jihyo menoleh dan tersenyum lebar. Jangan senyum gitu aku ambyar!

"Eh?" Tanya Jihyo dengan wajah bingung. Membuatku ikutan bingung.

"Hah kenapa?"

"Kamu ambyar?" Tanyanya

"Ambyar?" Ulangku. Maksudnya apa sih?

"Jangan senyum gitu aku ambyar?" Tanyanya

HAH KOK TAU?

"LO BACA PIKIRAN GUE? WAH GAWAT LO CENAYANG YA HYO!!"

"Ssttt jangan teriak-teriak"

"Iya lo baca pikiran gue kan?"

"Engga ya, kamu bilang sendiri barusan"

"Masa sih?" Aku sama sekali ngga sadar kalau tadi bilang begitu. Dasar mulut bodoh.

"Iya... Huh nggak nyadar!" Lirih Jihyo seraya menatap layar laptopnya lagi.

"Tapi itu jujur lho Hyo, gue beneran ambyar kalo lo senyum" yah sudah kepalang basah, mengaku saja sekalian. Terserah mau dibilang aneh juga.

"Aku juga" Ucap Jihyo tiba-tiba.

Hah? Juga? Juga apa?

"Maksudnya?" Tanyaku bingung

"Aku juga ambyar kalau kamu senyum"

Mati!

Di sinilah aku, duduk di samping Jihyo, di kamar Jihyo, satu selimut dengan Jihyo dan mendengar Jihyo berkata begitu. Sementara hati ku yang lemah ini sudah seperti silver queen yang ditaruh di kantong celana jeans yang sedang dipakai, meleleh tak keruan.

Ini terlalu berlebihan, hatiku belum siap.

Ya Tuhan, tolong bantu aku menahan diri untuk tidak mencium pipi gembil Jihyo.

Kenapa dia imut-imut mematikan begini sih?

Jantungku jadi nggak sehat nih

"Hey kok bengong? Udah yuk nonton film aja" Jihyo menyadarkan lamunanku. Kulihat layar laptopnya, dia sudah keluar dari aplikasi Autocad dan membuka folder film.

"Sebentar, gue lagi mikir. Maksudnya apa? Lo juga ambyar liat gue senyum?"

"Sssshh" dia meletakkan jari telunjuknya di bibirku "Mau nonton nggak nih? Nanya terus"

Apa-apaan ini tangannya di bibirku?

Kenapa nggak bibirnya aja sekalian?

Ya Tuhan otakku rusak jika terus-terusan di dekat Jihyo.

"Ya udah ayo ayo" ucapku seraya merapatkan diri ke Jihyo "Bad Genius tuh seru"

"Ok"

Akhirnya kami mulai menonton dengan laptop berada di atas pangkuanku. Jihyo merapatkan diri ke tubuhku, lalu kepalanya bersandar di bahuku. Posisi ini nyaman sekali. Dan kami menonton dengan serius.

Belum 10 menit Jihyo sudah tidak bergerak sama sekali. Kulihat ternyata dia ketiduran. Pasti dia lelah ya? Langsung kumatikan laptop dan menyimpannya di atas nakas. Setelah itu kubenarkan posisi tidur Jihyo.

Ah cantiknya manusia satu ini.

Andai aku nggak punya pacar.

Hmmm maaf ya Hyo, aku tidak tahan lagi.

Cup

Ku kecup pipi gembilnya dengan lembut.

"Selamat malam, Hyo. Semoga mimpi indah!" dan aku segera menyusul Jihyo ke alam mimpi.

Tbc
___________
05-08-2020

Continue Reading

You'll Also Like

7K 801 22
sequel meet started: 12/04/21 ended: 13/05/21 • kita bertemu lagi namun kenapa kamu tidak ingat dengan ku • →gxg →update sesuai mood →maaf kalo ga ba...
5.5K 1.1K 42
[Daftar Pendek Wattys 2023] [WIA Reading List Periode #7] Ansel, seorang pembunuh bayaran yang mampu memanggil roh tanpa melakukan kontrak, bertekad...
18.9K 1.8K 41
Bagi anak rantau seperti Tzuyu, homesick adalah hal yang lumrah. Rumah seperti apa yang Tzuyu rindukan?
Diary 18 By azee

Teen Fiction

30.4K 2.4K 26
Diary ku yang berkisah tentang diriku yang mengidolakan seorang balerina hingga melibatkan perasaan. "Aku mencintai kamu melebihi seorang fans dan id...