My Dearest Cousin (Jitzu)

By prjh97

77.8K 10.5K 2.5K

Tzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan... More

Gratisan maunya?
Ember sialan
Saran dari Mina
Menulis puisi
Ada yang terdengar lagi?
Belanja ke Pasar
Nggak asik nih
Selamat Tinggal
(Trailer atau Ilustrasi)
Baik-baik saja
Dia aneh
Vlog
Chattingan
Cuaca yang cerah
Packing
Kok canggung ya
Ya udah iya
Pada akhirnya
Puisi Tzuyu
Bonus?
SEASON II
SNM? SBM?
Taman Pintar
Masih SMA
Good day tapi bukan kopi
Dinner uwu
Kepompong
I can't stop me
Pertemuan
Missunderstanding
Sekarang bukan cuma itu
Geli banget!
Batal UN
Kesepakatan
Aku datang
Kepergok
Jelly Jelly
Oh no!
Kita nggak usah kuliah aja, Jihyo
Double virtual date?
Pulang
Disappointed
Balik lagi
Yang bukan aku
If
So
Us

Eh sayang

2.1K 270 38
By prjh97

Tzuyu POV

Aku mengerjapkan mata karena cahaya matahari mengusik tidurku. Sudah siang kah? Ku raba nakas di sebelah ranjang untuk meraih ponsel. Ah, baru jam tujuh. Ini sih masih pagi. Liburan begini aku biasa bangun jam dua belas siang.

Aku langsung berdiri, membuka tirai jendela dan mengecek keadaannya. Hm tidak ada apa-apa. Bagaimana bisa semalam ada yang mengetuk jendela ini, padahal kamarku ada di lantai dua? Ah bisa gila aku kalau mengingatnya. Untung sekarang sudah pagi.

Kubuka jendela itu juga dan menghirup dalam-dalam udara segar yang jauh berbeda dengan udara di Jakarta Selatan. Yah setidaknya dihukum untuk liburan ke sini tidak terlalu buruk juga.

Aku segera mencuci muka, menyikat gigi lalu turun ke bawah. Di dapur sudah ada eyang yang duduk dan menemani bude Ratih memasak. Eyang menyadari kehadiranku dan langsung menyapa.

"Selamat pagi..."

"Pagi" jawabku singkat. Aku ikut duduk di hadapan eyang. Sambil berpikir apa yang harus kulakukan hari ini.

Ngomong-ngomong dimana Jihyo? Apa dia belum bangun?

"Kamu nggak mau nyusul Jihyo?" Tanya eyang, seperti paham bahwa aku daritadi bertanya-tanya tentang Jihyo dipikiranku sendiri.

"Nyusul kemana eyang?"

"Main sepeda ke daerah selatan, dia selalu begitu setiap pagi" terang eyang. Aku langsung berlari ke kamar dan mengambil jaket. Setelah itu berlari keluar rumah sambil berteriak.

"Aku pergi dulu eyang!"

"Pelan-pelan nanti jatuh nduk!" Eyang balas berteriak. Bisa-bisanya ia khawatir dengan cucunya yang juara satu lari sprint di O2SN ini. Huh.

Aku melangkah ke arah selatan. Terus melangkah sambil menikmati pemandangan yang ternyata tak buruk juga. Sawah, kerbau, orang menanam padi, orang mau ke pasar atau pulang dari pasar, semuanya tampak menarik jika diperhatikan. Ini aneh. Padahal kemarin aku sama sekali tidak tertarik. Kok bisa ya pemikiranku berubah dalam sehari?

Sepertinya aku terlalu jauh berjalan hingga aku hampir memasuki kebun yang pohonnya banyak dan lebat. Ah ini bukan kebun, ini hutan. Pohonnya tinggi-tinggi sekali. Sial suasana sepi membuat hutan ini terlihat sangat mencekam bahkan hanya dilihat dari luar. Apa-apaan aku merinding begini? Kenapa aku penakut sekali sih?

"Tzuyu!" Panggil seseorang, aku langsung menoleh karena terkejut.

"Jihyo lo bikin gue jantungan tau nggak!"

"Eh maaf" ucapnya sambil menstandarkan sepedanya "Kamu ngapain ke sini?" Tanya Jihyo

"Nyusul elo"

"Nyusul saya?"

"Iya, eyang tadi yang ngasih tau lo main sepeda, gue bosen jadi ya nyusul lo aja"

Jihyo mengangguk-angguk "Oh gitu"

"Tapi Tzuyu mendingan kita jangan di sini deh, balik lagi aja yuk!" Ajak Jihyo, aku mengangguk setuju. Memang sangat mengerikan di sini. Jihyo melepas standar sepedanya lalu menuntun sepeda itu. Aku berjalan di sebelah Jihyo.

"Kok nggak dinaikin?"

"Masa saya naik sepeda kamu jalan" ucap Jihyo

"Nggak papa, gue jago lari kok"

"Jangan, saya nggak enak" aku hanya mengangguk saja. Kami berjalan dalam diam. Ia tampak menikmati pemandangan sekitar. Sedangkan aku menikmati pemandangan di sampingku. Eh apa-apaan? Kok jadi gini? Nggak.

"Eum Tzuyu...." Panggil Jihyo

"Hm?"

"Kamu jangan ke sana-sana lagi ya!" Alisku naik sebelah. Ke sana? Kemana? Aku bingung.

"Maksud saya ke hutan tadi"

Aku langsung merinding lagi. Ada apa? Apa itu hutan keramat? Atau hutan terlarang? Bagaimana Jihyo bisa melarangku? Atau jangan-jangan Jihyo indigo?

"Kenapa?" Tanyaku. Jihyo berhenti sebentar dan menoleh ke belakang. Aku ikut berhenti dan semakin bingung. Lalu ia mulai jalan lagi, begitu juga denganku. Badannya condong ke arahku, membisikkan sesuatu yang membuat bulu kuduku lagi-lagi berdiri.

"Saya lihat tadi ada yang mengincarmu dan ingin menempel, jadi jangan ke sana lagi ya!"

Deg.

Jadi dia benar indigo?

Dan ada yang mengincarku?

Huaaaa mama tolong aku mau pulang!

****

Third person POV

Jihyo berjalan ke belakang rumah sambil membawa laptop, ponsel, dan tabletnya, menemui Mina yang sudah duduk manis di gazebo. Mina adalah teman Jihyo sejak kecil yang selalu menemani Jihyo jika sedang liburan di sini. Mina anak yang cerdas sama seperti Jihyo. Mereka tumbuh bersama sampai sekarang keduanya berada di kampus yang sama namun berbeda program studi. Jihyo arsitektur dan Mina statitiska.

"Sepupu kamu udah dateng Hyo?" Tanya Mina. Jihyo mengangguk seraya menghidupkan laptopnya lalu membuka folder yang ia kerjakan kemarin di aplikasi AutoCad.

"Mina, menurut kamu gimana kalo depannya gini aja? Yang lama kemarin kurasa terlalu buang-buang paku" Jihyo menggeser layar laptopnya menghadap Mina. Teman dekat Jihyo itu mengamati dengan seksama lalu mengangguk tanda setuju.

"Bagus tuh, lebih hemat tenaga juga!" Ucap Mina sambil menyengir lebar dan membuat Jihyo tersenyum senang.

"Yaudah yuk mulai" ajak Mina. Keduanya segera melangkah menuju rumah pohon itu dan melanjutkan bagian yang belum selesai.

Sementara di sisi lain Tzuyu jadi parno sendiri. Ia mandi dengan mata terbuka, memakai baju dengan mata terbuka, dan menyisir dengan mata terbuka. Matanya jadi perih karena ia sangat takut untuk mengedip.

Tok tok tok

Kepalanya menoleh cepat ke arah jendela. Bukan suara ketukan jendela tetapi suara palu yang beradu dengan paku. Perlahan ia mendekat ke arah jendela lalu bernapas lega ketika ia melihat tidak ada apa-apa di sana.

Tzuyu segera meraih ponselnya dan berlari keluar kamar menuju belakang rumah. Ia tidak mau berlama-lama di kamar sendirian dan juga ia ingin menemui Jihyo. Dia berpikir itu pasti suara dari proyek Jihyo. Dan benar saja, di rumah pohon itu ada Jihyo yang sedang berkutik dengan palu dan paku bersama seorang perempuan di sebelahnya membantu memegangi kayu.

Itu pasti yang namanya Mina. Pikir Tzuyu.

Tzuyu duduk di gazebo dan menikmati pemandangan di depannya cukup lama. Bahkan ia tak sadar sudah tersenyum aneh hanya karena melihat Jihyo yang sedang bekerja. Rambutnya diikat satu dan keringat bercucuran dari dahi hingga leher dan itu membuat Jihyo terlihat sangat.....seksi.

Gimana dia bisa keliatan seksi sekarang padahal semalem inut banget?  Tanya Tzuyu dalam pikirannya sendiri.

Ia tersadar dan menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pikiran aneh yang tiba-tiba muncul itu. Dan ia juga tersadar satu hal, ia belum menghubungi Elkie! Tzuyu segera berlari mendekat ke rumah pohon dan mendongak untuk menatap Jihyo.

"Jihyo" panggil Tzuyu, Jihyo menghentikan pekerjaannya lalu menoleh ke sumber suara. Begitu juga Mina. Tzuyu jadi kikuk sendiri ditatap begitu dengan Mina.

"Iya?" Tanya Jihyo

"Bagi hotspot lo ya!" Seru Tzuyu

"Iya, buka aja HP saya di situ" balas Jihyo, Tzuyu mengacungkan jempolnya

"Eh sayang" seru Jihyo dan membuat jantung Tzuyu hampir lepas. Darahnya berdesir cepat. Alisnya mengerut dengan sempurna. Tanda ia bingung dengan sempurna juga.

Sayang? Dia sayang aku? Tanya Tzuyu dalam hati

"Saa..yang?"

"Passwordnya eh sayang huruf kecil semua tanpa spasi" terang Jihyo.

What!

Tzuyu tersenyum masam. Lagi dan lagi ia merasa tertipu. Mengapa password Jihyo selalu aneh dan norak gini sih? Umpat Tzuyu dalam hati. Ia menekuk bibirnya. Sementara Mina di sebelah Jihyo mati-matian menahan tawa.

Tzuyu kembali ke gazebo dan Jihyo melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Cting! Cting! Cting!

Pesan masuk secara beruntun ke ponsel Tzuyu. Ia tersenyum senang. Satu pesan dari Elkie dan 61 pesan dari grup DaChaeTzu. Tzuyu menghela napas. Upin-ipin ini ngobrol apa sih? Tanya Tzuyu dalam hati. Ia memilih membuka pesan dari Elkie terlebih dahulu.

My baby yoda, hari ini aku berangkat ke Bali sama keluarga aku. Beberapa hari ini jangan hubungin aku ya, takutnya orang tua aku malah curiga sama hubungan kita. Bye sayang. I miss you so bad :*

Tzuyu menghela napas kasar. Ia merasa hubungannya ini sangat sulit. Tapi mau bagaimana lagi? Akhirnya ia mengetikan jawaban walaupun moodnya hancur.

Iya babe, kabarin kalo udah pulang dari Bali ya!  I miss you too :)

Sent.

Lalu Tzuyu membuka ruang obrolan grup DaChaeTzu. Grup itu berisi ia dan dua teman dekatnya yang selalu bertingkah konyol. Pasti obrolannya pun konyol. Benar saja, ketika Tzuyu membuka, obrolan itu benar-benar tidak penting.

Dahyun: Chaeng lo dimana?

Chaeyong: Di samping elo bego!

Dahyun: Oh iya sori ga keliatan, kekecilan sih

Chaeyong: Bangke tinggi kita cuma beda satu senti

Dahyun: Bodo!

Dahyun: (sent photo)

Dahyun: HAHAHAHA NGILER CUY TIDURNYA

Chaeyong: KURANG AJAR  LO TAHU SUMEDANG

Chaeyong: (sent photo)

Chaeyong: LAMPU TAMAN HAHAHAHA

Dahyun: Babi ya anda!

Chaeyong: Enak dong dimakan!

Dahyun: Monyet

Chaeyong: Anjing

Dahyun: Kadal

Chaeyong: Kuda

Dahyun: Babi (9898)

Chaeyong: Dah diem dulu lah mending kita pamer ke si genter besok kita berangkat ke Bali

Dahyun: Oh iya bener juga! Dadaaa genter, besok kita mau sightseeing bule-bule hOOwds!!

Chaeyong: Yuk dub kita tidur, besok flight pagi

Dahyun: oke chaeng

Chaeyong: bye Tzuyu, kalo udah ketemu mbak-mbak cantik berkepang dua di kampung kabarin ya, bungkus terus bawa pulang ke lebak bulus

Dahyun: tapi kan Tzuyu tinggalnya di tebet gilak

Chaeyong: ya biar pas aja gitu belakangnya us us, kek puisi

Dahyun: serah elo dah nak indie

Begitulah kira-kira obrolan teman dekat Tzuyu. Tzuyu memijat kepalanya, ia pusing karena setelah pesan itu mereka berdua mengirimi banyak foto selfie mulai dari berangkat menuju bandara, check in di bandara, menunggu di bandara, duduk di pesawat sampai sudah tiba di Bali.

Ah Tzuyu rindu Bali!

Ia mengalihkan ponselnya sebentar dan menatap ke depan. Ia harus menghilangkan pikiran tentang Bali sejenak. Dilihatnya Jihyo masih di sana bersama Mina. Ia tersenyum, moodnya membaik tiba-tiba, lalu ia mengetikan sesuatu di obrolan grup tersebut.

Tzuyu: Gue udah ketemu mbak-mbak cantik berkepang dua, tapi gamau gua bungkus  dan bawa pulang ah, mau gua makan di sini aja, takut kena marah mami Elkie

Sent.

Tzuyu segera menonaktifkan wi-finya. Ia juga mematikan hotspot dari ponsel Jihyo. Setelah itu ia merebahkan dirinya sebentar.

Eh sayang?

Ia tersenyum tanpa alasan yang jelas. Tzuyu merasa dirinya aneh sekarang. Tadi kesal lalu senang. Angin menerpa wajahnya hingga tak lama ia terlelap. Pas sekali, ia memang tidur tidak nyenyak semalam.

****

"Tzuyu" tangan halus menepuk-nepuk pipi Tzuyu, membuat Tzuyu tersadar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih kaget menerima cahaya. Dilihatnya Jihyo duduk di dekatnya. Ia segera meraih ponsel dan melihat waktu. Sudah sangat sore rupanya.

"Masuk yuk!" Ajak Jihyo. Tzuyu segera duduk. Ia mengangguk dan berdiri lalu berjalan dengan setengah sadar. Jihyo terkekeh melihat Tzuyu yang berjalan tidak seimbang itu.

****

Tzuyu POV

Malam hari tiba. Aku benci malam hari di sini. Sangat benci. Setelah mandi tadi aku langsung turun ke bawah dan duduk di depan TV. Aku nggak mau berlama-lama sendirian di dalam kamar.

Dan sekarang sudah waktunya makan malam. Kami makan malam seperti kemarin, dengan canda dan tawa dan obrolan ringan. Lalu setelah itu aku duduk lagi di ruang TV. Jihyo lagi-lagi membantu bude Ratih. Anak itu memang rajin sekali.

Aku menyalakan TV dan menemukan saluran TV lokal sedang menayangkan film. Sudah pernah kutonton sih tapi ya tidak apa lah, dari pada aku harus berlama-lama di kamar sendirian. Walaupun di sini juga seram tapi setidaknya masih ada bude Ratih dan Jihyo yang sedang mencuci piring.

Semoga setelah itu Jihyo ke sini menghampiriku dan mengajak ngobrol. Dan aku bersumpah tidak akan menjawab dengan bodoh lagi seperti kemarin. Aku ingin mengobrol dengannya, sungguh. Kudengar derap langkah menghampiriku, Jihyo rupanya. Aku segera menggeser tubuhku agar Jihyo bisa duduk. Namun tiba-tiba ia berkata:

"Tzuyu, aku ke kamar duluan ya"

Eh?

Lah kok?

Kirain mau duduk.

Aku sendiri lagi nih?

Yah......

Eh ada bude Ratih kok

"Mbak, bude ke kamar juga ya" pamit bude Ratih.

Sial!

Aku segera mematikan TV dan lampu, lalu berlari ke lantai dua. Lalu sekarang apa? Aku nggak berani tidur di kamar sendirian. Apa aku tidur bareng Jihyo ya? Tapi apa dia mau? Gimana nanti kalau dia kesempitan? Atau malah aku yang mencari kesempatan?

Astaga mikir apa aku?

Aku terus berpikir keras sambil bolak-balik tak menentu di depan pintu kamar Jihyo. Ketuk tidak ya? Atau aku tidur dengan eyang saja ya? Oh sepertinya itu ide yang lebih bagus.

Cklek

Tiba-tiba pintu kamar Jihyo terbuka, menampakkan Jihyo dengan wajah bingungnya karena melihat aku yang berdiri aneh di depan pintu kamarnya.

"Tzuyu? Ada apa?" Tanya Jihyo

"Nggak.... itu tadi gue lihat ada lebah di sini"

Bodoh. Mulut bodoh!

Mana ada lebah di sini!

Jihyo melirik sekitar dan wajahnya semakin terlihat bingung.

"Tapi nggak ada lebah di sini"

"Ada tadi, sekarang udah pergi" ucapku dengan tegas, berusaha semaksimal mungkin terlihat jujur

"Lo sendiri ngapain keluar kamar?" Jihyo mengangkat kapas bekasnya lalu melemparkannya ke keranjang sampah di dekat pintu. Oh, ya, cukup menjawab pertanyaanku.

Tapi ia masih berdiri di sana dengan wajah yang seperti menahan senyum. Gawat sepertinya dia curiga deh aku berbohong. Duh malu.

"Yaudah saya masuk duluan ya" ucapnya

"Eh?"

Dia tampak terkejut ketika aku tiba-tiba menahan pintunya.

Dan aku lebih terkejut karena sekarang wajah kami sangat-sangat dekat.

Tolong, ini jantungku mau lepas!!!!

Wajahku panas astaga!

Aku langsung menjauh darinya dan tak berani menatap wajahnya. Dia juga hanya diam. Mungkin masih shock karena tindakanku tadi.

Aku pun memberanikan diri

"Gue...eung gue...."

Yak bagus aku gagap.

Gimana cara bilangnya coba?

"Gue bo-boleh nggak tidur sama lo?"

Akhirnya!

Sumpah malu banget, pengen buang muka ke laut aja!

Gimana kalo dia nganggep aku aneh?

Lalu nolak aku

Terus dia jadi jauhin aku

Kan malunya jadi dua kali lipat!

Bodoh Tzuyu bodoh!

Semua pikiran negatif muncul di kepalaku sampai akhirnya ku dengar Jihyo berbicara:

"Oh, kenapa enggak?"

WAH!!! Lumer hatiku seperti risoles coklat.

Dan jadilah aku di sini. Berbaring di ranjang Jihyo, di sebelah Jihyo, dengan guling Jihyo di antara kami dan aroma vanila di mana-mana. Nyaman. Aku menghadap langit-langit begitu juga orang yang ada di sebelahku. Kami mengobrol. Iya mengobrol!!! Sesuatu yang kuinginkan sejak tadi.

"Jadi sejak ada yang ngetuk pintu depan dan jendela kamar, kamu jadi takut mau ngapa-ngapain sendiri?" Tanya Jihyo

"Ya nggak juga, gue tuh takut gara-gara tadi pagi, lo bilang gitu ke gue. Harusnya lo nggak usah bilang" Jihyo terkekeh. Aw manis sekali. Walaupun sebenarnya itu tawa yang ditujukan untuk mengejekku.

"Dasar penakut!" Ejek Jihyo. Aku menoleh karena tidak terima

"Gue nggak bakal takut kali kalo dia nggak ganggu" kini Jihyo juga menoleh ke arahku

"Makanya rajin ibadah dong, dia ganggu kamu itu karena kamu males ibadah" aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Yah kalau sudah bawa-bawa ibadah aku bisa apa?

"Iya iya" jawabku seraya kembali menatap langit-langit. Begitu juga dengan Jihyo.

"Ngomong-ngomong hyo..."

"Hm?"

"Lo itu kuliah dimana dan jurusan apa sih?"

"Universitas Negeri Garuda prodi arsitektur" jawab Jihyo.

Wow calon arsitek.

Sudah cantik, baik, ramah, rajin nyuci piring, pinter lagi. Pacar idaman banget sih.

Jadi pacarku dong Jihyo...

Eh mikir apa aku ini!

"Maafin gue ya kemarin sewot sama lo waktu ngomongin kuliah" kataku, ia tersenyum. Duh.

"Iya udah saya maafin kok"

Lalu hening.

Ada satu hal yang ingin kutanyakan padanya dari kemarin, dan untuk pertanyaan yang satu ini eyang atau siapapun tidak bisa mewakilinya untukku karena Jihyo hanya melakukannya padaku. Jadi kuberanikan diri untuk bertanya sekarang

"Kenapa sih lo kalo ngomong sama gue pake saya, padahal ngomong ke yang lain pake aku"

Ia diam, lalu tangannya meremas-remas selimut. Dia gugup kah? Kenapa Jihyo? Apa yang salah dengan pertanyaan ini?

Setelah sekian lama dia menjawab:

"Soalnya saya takut dikira sok kenal dan sok dekat dengan kamu"

What! Alasan macam apa itu? Kenapa bisa mikir begitu?

"Gue memang mau kenal dan dekat sama lo. Jadi mulai sekarang ngomongnya kayak ke yang lain aja ya!" Ujarku begitu saja, ia menatapku dari samping, aku tetap menghadap langit-langit karena mendadak dadaku bergemuruh. Kenapa aku bicara begitu? Kenapa juga Jihyo menoleh

dan tersenyum?

Sial! Aku ambyar karena senyumnya.

Kayaknya malam ini aku bakal mimpi indah deh!

EH APAAN SIH!

Tbc
___________
04-08-2020

Continue Reading

You'll Also Like

608K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
92.1K 8.4K 33
Intinya seulgi sama irene:) *bahasa gak baku blas *ceritanya loss wess *apdet sesuai mood aj *ojo salah lapak! *lop yu😘❤ GxG
1.8M 192K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
630K 13.5K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...