My Dearest Cousin (Jitzu)

By prjh97

76.9K 10.4K 2.5K

Tzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan... More

Eh sayang
Ember sialan
Saran dari Mina
Menulis puisi
Ada yang terdengar lagi?
Belanja ke Pasar
Nggak asik nih
Selamat Tinggal
(Trailer atau Ilustrasi)
Baik-baik saja
Dia aneh
Vlog
Chattingan
Cuaca yang cerah
Packing
Kok canggung ya
Ya udah iya
Pada akhirnya
Puisi Tzuyu
Bonus?
SEASON II
SNM? SBM?
Taman Pintar
Masih SMA
Good day tapi bukan kopi
Dinner uwu
Kepompong
I can't stop me
Pertemuan
Missunderstanding
Sekarang bukan cuma itu
Geli banget!
Batal UN
Kesepakatan
Aku datang
Kepergok
Jelly Jelly
Oh no!
Kita nggak usah kuliah aja, Jihyo
Double virtual date?
Pulang
Disappointed
Balik lagi
Yang bukan aku
If
So
Us

Gratisan maunya?

4.8K 304 33
By prjh97

"Ma please" Tzuyu merengek di hadapan kamar Mamanya. Sekarang sudah pukul 10 malam tapi Tzuyu masih tetap berusaha membujuk Mamanya.

"Nggak bisa sayang, ini keinginan papa kamu" ucap Mamanya.

"Mama kan biasanya bisa bujuk papa"

"Nggak bisa, ini hukuman kamu. Salah sendiri kamu ke club"

"Ma aku nggak minum atau ngelakuin hal aneh. Aku cuma ikut-ikutan. Lagian cuma sekali kok"

"Tapi tetep aja kan kamu ke club"

"Ma..." Rengek Tzuyu

"Sayang, ini demi kebaikan kamu dan cuma satu bulan kok"

"But it's summer Ma. I always spend my summer in Bali with my friends!"

"Except this summer"

"Ma cmon!"

"Nope! Nggak ada penolakan. Goodnight honey" Mama Tzuyu memeluknya lalu mencium dahi anak perempuannya itu. Tzuyu menghela napas pasrah dan kembali ke kamarnya dengan berat hati.

****

To: Elkie

I would but I couldn't baby. My parents were pretty stubborn. I am sorry, maybe next summer? I love you.

Sent.

Tzuyu mengacak rambutnya asal. Liburan sekolahnya terpaksa harus dihabiskan di kampung Papanya, di pinggiran Provinsi Yogyakarta. Rasanya ia ingin sekali protes pada kedua orang tuanya, tapi ini semua juga kesalahannya. Bisa-bisanya malam itu dia dengan bodohnya terhasut oleh Elkie, kekasihnya, untuk ikut ke club malam.

Ponsel Tzuyu bergetar, ia segera melirik layar tersebut. Panjang umur, baru dipikirkan sudah membalas orangnya.

It's okay baby yoda. Maunya sih sama kamu, tapi yaa gimana lagi. Have fun there! I love you too. And I will miss you so much.

Tzuyu tersenyum membaca balasan Elkie tersebut. Ia lega, setidaknya kekasihnya baik-baik saja dan tidak marah. Lagipula apa gunanya punya ponsel kalau nanti tidak bisa tetap berhubungan?

****

"Tzuyu bangun sayang, kita sudah sampai rumah eyang nih" Tzuyu mengerjapkan matanya lalu ia melihat keadaan sekitar. Ada sawah, kerbau, orang sibuk menanam padi dan ada juga yang pulang dari pasar. Yah pedesaan. Tidak ada yang menarik bagi Tzuyu. Ia terpaksa turun menyusul Mama dan Papanya yang sudah lebih dahulu menemui Eyang Utinya.

"Sini salim dulu sama Eyang!" Perintah Mama, Tzuyu menurut saja.

"Aduh cucu eyang sudah besar ya, sekarang tinggi sekali makin cantik" ucap Eyang sembari mengelus-elus bahu Tzuyu. Tzuyu hanya tersenyum kikuk. Ia bingung harus melakukan apa.

"Duduk sini dulu yaa, tunggu sebentar kamarnya lagi disiapkan. Eyang ke belakang dulu sebentar ya"  Tzuyu mengangguk. Mama dan papanya memang sudah duduk sedari tadi.

"Jihyo minumnya mana nduk?" Teriak Eyang seraya berjalan ke belakang. Tzuyu hanya diam mengamati rumah yang akan ia tempati selama sebulan ini. Tiba-tiba seorang perempuan yang terlihat seumuran dengannya muncul membawa nampan berisi empat gelas teh hangat. Perempuan itu berkepang dua dan tersenyum manis. Ia meletakkan cangkir-cangkir tersebut di meja dengan sopan.

"Diminum om, tante, mbak" ucap perempuan itu. Mama dan papa Tzuyu tersenyum ramah, tetapi Tzuyu hanya melirik tidak suka perempuan itu. Apa-apaan aku dipanggil mbak? Gerutu Tzuyu.

"Jihyo? Kamu cantik sekali nak, sekarang sudah kelas berapa?" Tanya Papa Tzuyu.

Oh jadi namanya Jihyo... Tapi kenapa papa bisa kenal?

"Terimakasih om. Sekarang saya semester tiga" jawab Jihyo.

"Oh semester tiga. Ini sepupu kamu sayang, namanya Jihyo" ucap Papa pada Tzuyu, menjawab semua tanda tanya di kepalanya. Tzuyu hanya tersenyum malas. Ia kesal karena Jihyo memanggilnya mbak.

"Jihyo, eyang minta tolong antarkan Tzuyu ke kamarnya ya" ucap Eyang yang baru datang dari belakang. Jihyo mengangguk patuh.

"Iya eyang"

Tzuyu keluar rumah dan berjalan menuju mobil. Ia mengambil koper dan menggeretnya ke teras rumah, menemui Jihyo yang sudah berdiri di sana.

"Saya bantu mbak kalau berat" ucap Jihyo. Tzuyu menatap Jihyo tidak suka.

"Nggak usah!" Ketus Tzuyu. Jihyo tersentak hingga membeku beberapa saat. Akan tetapi ia segera kembali ke dalam dunia nyata. Ia segera menunjukan Tzuyu kamar yang akan perempuan itu gunakan selama satu bulan ke depan.

"Kamar mbak di sini. Kalau mbak butuh apa-apa kamar saya di sebelah" ucap Jihyo. Tzuyu mengamati kamar itu. Yah tidak terlalu buruk, gayanya klasik.

"Sekarang mbak bisa istirahat. Saya tinggal dulu mbak" pamit Jihyo. Tetapi sebuah tangan menahan lengannya. Tangan Tzuyu. Jihyo menatap bingung perempuan di hadapannya.

"Emang gue tua banget ya?" Tanya Tzuyu. Jihyo semakin bingung.

"Jangan panggil mbak, gue baru mau naik kelas dua belas"

"Ah iya maaf mbak... Eh maksud saya Tzuyu"

"Saya permisi dulu" pamit Jihyo. Tzuyu memutar kedua bola matanya malas. Apa-apaan memangnya ia setua itu?

****

"Sayang mama sama papa pulang dulu" pamit orang tua Tzuyu setelah mereka cukup lama mengobrol. Jihyo dan eyang juga ikut mengantarkan kedua orang tua Tzuyu ke depan rumah.

"Jangan nakal yaa, nurut kata Eyang dan Jihyo" ucap Papa. Tzuyu hanya mengangguk malas. Lalu mobil bergerak menjauh dan semakin hilang dari penglihatan Tzuyu.

Welcome to the hell. Ucap Tzuyu dalam hati. Bahkan ia bingung sekarang harus melakukan apa.

****

No service

Shit. Tzuyu mengumpat dalam hati. Bagaimana ia bisa bertahan hidup selama satu bulan tanpa jaringan telfon dan jaringan internet? Ia memilih keluar kamar dan berjalan tanpa arah. Hingga menemui eyang yang sedang berbincang dengan wanita yang terlihat seumuran dengan mamanya di dapur.

"Hey Tzuyu, kenalin ini bude Ratih yang biasa bantu-bantu di sini"

"Ini Tzuyu bude, cucu saya yang paling kecil dan paling jarang ke sini. Dulu terakhir waktu umur dua tahun"

"Tzuyu bude" ucap Tzuyu sekenanya. Ia malas. Sungguh malas berinteraksi dengan siapapun di sini.

"Eyang di sini nggak ada sinyal?" Tanya Tzuyu

"Sinyal? Biasanya mbak Jihyo itu yang sering nelfon-nelfon sama browsing-browsing gitu" jawab bude Ratih.

"Sekarang Jihyo dimana ya bude?" Tanya Tzuyu

"Di gazebo belakang mbak" jawab bude Ratih.

"Aku ke belakang ya eyang, bude" pamit Tzuyu.

Tzuyu berjalan dan menemui halaman belakang rumah Eyang yang sangat luas. Ada sebuah gazebo di sana. Ada juga Jihyo yang sedang duduk di hadapan laptopnya dengan segelas es teh di meja. Tzuyu mendekat hingga mengambil atensi Jihyo dari laptopnya.

"Oh, hey Tzuyu, sini duduk!" sapa Jihyo. Tzuyu menuruti omongannya. "Kirain kamu tidur siang" Tzuyu menggeleng. Jihyo kembali memusatkan perhatian pada laptopnya.

"Mau es?" Tawar Jihyo. Tzuyu lagi-lagi menggeleng. Jujur ini sangat canggung bagi mereka berdua. Tzuyu diam memikirkan bagaimana caranya memulai obrolan tentang sinyal dengan Jihyo yang notabenenya sudah ia perlakukan tidak ramah sedari awal ia datang.

"Eung... Jihyo" lirih Tzuyu

"Iya?"

"Di sini yang ada sinyal di mana ya?" Tanya Tzuyu

"Di sini" tunjuk Jihyo pada tempat itu. Tzuyu terbelalak dan langsung mengecek ponselnya

"Nggak ada ah!" Seru Tzuyu

"Kartu kamu apa?"

"Indosat"

"Di sini adanya telkomsel"

"Yah..." Tzuyu menekuk bibirnya.

"Mau hotspot dari saya?" Tawar Jihyo, Tzuyu mengangguk tanpa ragu. Jihyo sampai tersenyum geli sembari menyalakan hotspotnya.

"Udah tuh" Tzuyu langsung membuka ponselnya.

"Gratisan maunya?" Heran Tzuyu saat membaca username hotspot Jihyo. Jihyo mengangguk.

"Passwordnya?" Tanya Tzuyu lagi

"Dasar gak modal" ucap Jihyo, Tzuyu terkejut mendengarnya

"Eh?"

"Nggak pake spasi"

"Maksudnya?"

"Iya itu passwordnya, dasar nggak modal, nggak pake spasi huruf kecil semua" Jihyo menjelaskan. Tzuyu menganga dibuatnya.

"Ah... Gitu" lirih Tzuyu dengan senyum canggung. Jihyo benar-benar sukses membuatnya malu hanya karena username dan password hotspotnya. Ia benar-benar merasa nggak modal sekarang.

Tzuyu segera membuka pesan. Tidak ada pesan dari siapapun yang masuk. Ke mana Elkie? Ia bertanya-tanya sendiri dalam hati. Apa ia harus menelfonnya sekarang? Tzuyupun memutuskan untuk segera menelfon Elkie.

"Hai my baby yoda"

"Halo babe, aku udah sampe nih, tapi nggak ada sinyal. Ini aku hotspot dari sepupu aku"

"Wah serius nggak ada sinyal?"

"Iya nih babe, aku bakalan susah ngehubungin kamu"

"Yaudah sayang nggak apa-apa"

"Kok nggak apa-apa sih?"

"Ya terus aku harus gimana dong? Udah dulu ya sayang aku ada urusan. See you!"

Tut...

Apa-apaan itu? Kenapa singkat banget? Umpat Tzuyu dalam hati. Mendadak mood Tzuyu turun. Ia meletakan handphonenya begitu saja. Jihyo menatap Tzuyu dengan senyuman yang tidak dapat diartikan.

"Ngapa lo senyum-senyum?" Tanya Tzuyu

"Itu pacar?" 

"Ya iyalah masa penjaga kantin!"

"Jadi bela-belain nyari sinyal buat ngabarin pacar? Ternyata kamu bucin ya" ejek Jihyo dengan tawa yang sangat menyebalkan bagi Tzuyu.

"Emang lo nggak punya pacar?"

"Nggak, saya mau fokus kuliah dulu" ucap Jihyo.

"Halah bilang aja nggak laku!" Seru Tzuyu.

"Yang mau sama saya banyak, cuma belum ada yang pas" Tzuyu terkekeh mendengar jawaban itu

"Itu alasan klise orang jomblo" Jihyo melirik Tzuyu lalu tersenyum tipis

"Ya terserah kamu aja deh" ucap Jihyo. Ia kembali fokus pada laptopnya, mengerjakan proyek yang beberapa hari ini ia kerjakan. Tzuyu diam dan memperhatikan sekitarnya. Ia melihat ada sebuah rumah pohon yang setengah jadi di dekat gazebo tempatnya duduk sekarang. Untuk apa itu? Ia memilih diam dan kembali memperhatikan Jihyo.

Jihyo memiliki wajah yang sangat anggun, cantik, dan elegan. Apalagi dengan rambut kepang duanya itu. Suaranya juga lembut dan enak di dengar. Dan yang paling Tzuyu kagumi Jihyo orangnya sangat sopan dan ramah, ia masih mau menegur Tzuyu duluan bahkan menawarinya hotspot setelah ia menerima perlakuan tidak enak dari Tzuyu.

"Jihyo..." Panggil Tzuyu

"Iya?"

"Lo lagi ngapain sih?"

"Ngerjain proyek"

"Hah proyek?" Tanya Tzuyu bingung

"Iya, proyek kecil-kecilan, untuk mengimplementasikan ilmu yang saya dapat selama dua semester kemarin" jawab Jihyo. Tzuyu mengerutkan alisnya karena masih bingung. Namun ia memilih untuk tidak ambil pusing dan bertanya tentang hal lain.

"Lo sering ke rumah eyang?" Tanya Tzuyu

"Setiap libur semester" jawab Jihyo. Tzuyu diam. Ia jadi ingin tahu lebih banyak. Jihyo kuliah dimana? Jihyo tinggal dimana? Jihyo anaknya siapa? Tzuyu selama ini memang tidak pernah peduli pada keluarganya. Bahkan saat natal pun Tzuyu tidak pernah mau ikut mama papanya ke sini. Jadi ia tidak mengenal saudara-saudaranya sampai sekarang. Saat liburan ia selalu menghabiskan waktu dengan hura-hura bersama teman dekatnya. Tahun ini seharusnya kesempatan bagi Tzuyu untuk menghabiskan waktu bersama pacar pertamanya, tapi malah harus gagal karena kelakuannya sendiri malam itu.

Tzuyu menyandarkan kepala ke tiang. Mengingat hal itu ia kembali kesal. Ia menghembuskan napas kasar untuk menenangkan diri. Paling tidak ia harus belajar menerima keadaan sekarang. Habisnya mau bagaimana lagi? Ia sudah terlanjur di sini.

"Nduk ayo masuk, sudah mau gelap!" Teriak eyang dari pintu.

"Iya eyang" Jihyo segera mematikan laptopnya dan mengajak Tzuyu masuk

"Ayo masuk" mereka pun masuk dan segera menuju kamar masing-masing.

****

"Bude, apanih yang belum selesai? Aku mau bantuin" tanya Jihyo yang baru tiba di dapur.

"Udah selesai mbak, telat deh!" Canda bude Ratih. Jihyo menekuk bibirnya sedih.

"Yah maaf ya bude"  lirih Jihyo. Bude Ratih tersenyum geli melihat Jihyo yang sedang cemberut itu.

"Iya mbak, jangan manyun gitu jadi mirip bebek!"

"Bude ih, aku nggak mirip bebek!" Seru Jihyo dengan wajah makin cemberut.

"Makanya jangan suka cemberut cah ayu!" Eyang tiba-tiba datang dan ikut menambahkan. Jihyo langsung tersenyum senang.

"Iya eyang... Ayo eyang duduk" Jihyo segera berlari untuk membantu eyang menarik kursi di meja makan. Eyang segera duduk di sana.

"Tzuyu belum turun nduk?" Tanya eyang. Jihyo menggeleng dan bertanya pada bude Ratih untuk memastikan.

"Belum kan ya bude?"

"Iya belum eyang"

"Ya sudah sebaiknya kamu susul dia"

Jihyo segera melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Tempat kamarnya dan kamar Tzuyu berada. Ia sudah berdiri di hadapan kamar Tzuyu sekarang dan langsung mengetuk pintunya.

"Ya?" Sang empunya kamar menyahut. Jihyo membuka pintu itu dan menyembulkan kepalanya ke dalam

"Tzuyu, ayo makan malam!" Ajak Jihyo.

TZUYU POV

Aku sedang bermain game 2048 ketika Jihyo mengetuk pintu kamarku. Ku jawab iya dan Jihyo membuka pintu. Kepalanya menyembul menampilkan dirinya dengan piyama pink dan rambut diurai dan itu terlihat....imut.

Bagaimana bisa ia terlihat imut sekarang? Kemana wajah anggun dan elegannya tadi siang? Aku sampai melamun dan tak sadar ia sudah berdiri di sisi ranjangku sekarang.

Vanila?

Entah sampo atau sabun atau parfum tapi Jihyo memiliki aroma vanilla.

Manis sekali.

"Tzuyu kok melamun?"

"Eh?" Kan aku melamun lagi? Kenapa sih?

"Ayo makan malam, eyang sama bude Ratih udah nunggu" ucap Jihyo

"Ah iya, ayo" aku segera mengunci ponselku dan berjalan berdampingan bersama Jihyo ke dapur, dan dia hanya setinggi hidungku. Ini lucu. Dia memang sangat imut!

Kami sampai di dapur dengan hidangan yang sudah tersaji di meja. Eyang dan bude Ratih sudah duduk dengan rapih. Aku duduk di hadapan Jihyo lalu kami mulai makan dengan tenang.

"Proyek kamu sudah mulai ya nduk?" Tanya eyang pada Jihyo. Yang ditanya mengangguk antusias

"Iya eyang, tapi hari ini aku nggak nyentuh dulu, soalnya tadi kan nungguin Tzuyu datang" jawab Jihyo.

Aku? Dia bicara aku? Ku kira dia hanya bisa memakai kata 'saya' tapi ternyata aku salah. Lalu kenapa dia bicara denganku menggunakan 'saya'? Dan juga hari ini dia tidak mengerjakan proyeknya karena menunggu aku datang? Wah dia sama sekali nggak bilang menungguku tadi ketika hanya berdua bersamaku. Aku jadi tersanjung nih.

"Proyek apa sih?" Tanyaku bingung

"Itu lho mbak sangkar manuk di belakang" jawab Bude Ratih. Sangkar manuk? Sangkar burung maksudnya? Ah aku makin bingung.

"Rumah pohon bude" koreksi Jihyo, bude Ratih dan eyang hanya terkekeh mendengar nada kesal Jihyo. Dia memang imut saat kesal begitu. Aku hanya bisa menahan tawa karena tidak mau terlihat aneh jika ikut-ikutan tertawa.

Jadi rumah pohon di belakang itu proyeknya? Sebenarnya dia jurusan apa sih?

"Ajak si Tzuyu bantuin kamu" kata eyang. Aku hanya diam saja menunggu Jihyo menjawab.

"Nggak usah eyang, aku nggak mau ngerepotin orang lain"

"Tapi kamu selalu minta bantuan Mina"

Mina? Siapa Mina?

"Mina kan beda eyang"

"Apa bedanya?" Tanya eyang, mewakili isi kepalaku

"Ya aku kan udah kenal lama sama Mina eyang. Lagian dia juga senang dan nggak keberatan" jawab Jihyo

Eyang hanya mengangguk-angguk paham. Aku juga tak mau ambil pusing soal proyek Jihyo ataupun siapapun orang yang bernama Mina itu. Terserah saja. Kami melanjutkan makan dengan tenang. Saat sudah selesai makan, ku lihat Jihyo membantu bude Ratih membereskan bekas makan kami. Rajin sekali dia.

Aku beralih ke ruang keluarga, lalu duduk di sana. Eyang sudah pamit ke kamar duluan. Aku menyalakan tv dan mencari tayangan yang bagus. Tiba-tiba Jihyo datang dan duduk di sebelahku. Aku menoleh ke arahnya dengan wajah bingung, ia membalas dengan senyuman.

”Mau nonton?" Tanya Jihyo, aku mengangguk.

"Emang ada yang bagus?" Tanya Jihyo lagi. Stasiun TV lokal memang jarang ada yang bagus menurutku. Jika di rumah aku selalu menonton film dengan aplikasi dari satelit TV langganan, bukan menonton dari stasiun TV lokal.

"Nggak ada sih" jawabku. Hening. Jihyo menatap TV di hadapan kami dan aku mengalihkan pandangan dari dia, ikut menatap TV.

"Kok enggak dikepang lagi?" Tanyaku memecah keheningan di antara kami

"Kalau dikepang terus nanti rusak rambutnya" jawab Jihyo, aku mengangguk-angguk paham.

"Kamu kan kelas 12..." ucap Jihyo terdengar menggantung, aku kembali menoleh ke arahnya, menunggu ia melanjutkan perkataannya "Nanti mau kuliah dimana?"

Kuliah? Oh aku belum pernah terpikirkan mau kuliah dimana dengan jurusan apa. Haruskah aku kuliah? Aku ingin membuka usaha saja. Lagipula mendengar cerita dari Elkie tentang bar dan club malam, aku jadi tergiur dan ingin memilikinya sendiri nanti di masa depan.

"Nggak tau" jawabku, Jihyo terlihat sedikit terkejut. Memang aneh ya kalau anak seumuran aku nggak tau mau kuliah kemana?

"Oh masih bingung ya? Mungkin saya bisa bantu kamu kalau bingung"

"Makasih tapi gue nggak minat ngomongin itu sekarang" ucapku dengan kesal

"Ah iya maaf" ucap Jihyo. Terdengar nada menyesal di sana.

Eh aku salah bicara ya?

Kan. Lihat kan!! Tzuyu kamu mengacau lagi!!! Jihyo terlihat sedih. Aku yakin pasti hubunganku dengan Jihyo semakin kacau nih. Padahal sudah hampir bagus. Aku harus tenang dan mengembalikan suasana lagi. Dasar bodoh memang diriku!

"Ah nggak bukan gitu, lo nggak perlu minta maaf... Gue..." Aku tergagu sendiri, sementara Jihyo tersenyum lalu memotong omonganku

"Nggak papa. Saya ke kamar duluan ya, jangan lupa dimatiin TV dan lampunya"

Oh lihatlah, dia lagi sedih juga masih bisa tersenyum. Aku benar-benar merasa bersalah.

Jihyo semakin menjauh dan aku hanya bisa menghembuskan napas pasrah. Mengapa menghadapi Jihyo sangat membingungkan bagiku? Padahal aku sering sekali menang jika berbicara dengan teman-teman dekatku, bahkan tak pernah peduli jika mereka sakit hati. Tapi berbicara dengan Jihyo selalu membuatku tidak enak. Aku malah takut ia sakit hati. Apa karena baru kali ini aku berhadapan dengan orang sebaik, seramah, dan selembut Jihyo? Atau karena hal lain?

Oh Tuhan, sampai kapan aku harus di rumah ini?

Aku ingin bebas berbicara tanpa membuat orang sakit hati. Aku ingin bebas dari rasa tidak enak ini.

Tok tok tok...

Ku dengar pintu diketuk, aku berjalan ke arah nya lalu membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa. Gelap. Hawa dingin menyusuri tubuhku. Aku merinding. Jangan-jangan bukan manusia!

Aku langsung menutup pintu dan menguncinya kembali, lalu berlari ke kamarku. Langsung kerebahkan diriku di kasur dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku. Aku takut.

Tok tok tok

Suara ketukan lagi. Kali ini asal suaranya dari jendela kamarku. Ya Tuhan aku benar-benar menyesal suka membolos pelajaran agama, karena sekarang tidak ada satupun ayat dari Alkitab yang aku ingat. Aku harus bagaimana? Sumpah aku merinding. Kueratkan selimut ini agar menutupi seluruh tubuhku dengan sempurna. Pengap tapi aku takut.

Sial, semoga aku tidak mimpi buruk malam ini.

Tbc
________

03-08-2020

Continue Reading

You'll Also Like

58.3K 4K 22
Seumur umur Hanni gak bakal nyangka kalo guru nya yang menurutnya galak, cuek, dan kaku itu sekarang malah jadi- pacarnya?! ⚠Harshword ⚠Non baku ⚠Gx...
967K 14K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
589K 23.1K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
23.7K 1.9K 51
Chewi adalah penggemar berat Minatozaki Sana, namun sayangnya Chewi bukan anak orang kaya yang bisa datang ke konser idolanya. Tiba-tiba siapa sangka...