Anna & Harry

By arianaisgoingberserk

214K 9.6K 372

Hubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan... More

Part 1 - New Teacher
Part 2 - New Neighbor
Part 3 - Telat!
Part 4 - Pulangnya sama saya, ya?
Part 5 - Kecanggungan
Part 6 - Girls Night
Part 7 - Tidak nyaman ya?
Part 8 - Siapa?
Part 9 - Marah
Part 10 - Ada Yang Lain
Part 11 - Ternyata
Part 12 - Malam Itu
Part 13 - Sepertinya
Part 14 - 007
Part 15 - Grogi
Part 16 - Bad News
Part 17 - Siapa Lagi?
Part 18 - Bingung
Part 19 - You
Part 20 - The Past and The Kiss
Part 21 - Dinner
Part 22 - Good Morning, Anna
Part 24 - Rencana
Part 25 - Nyaris Ketahuan
Part 26 - Bottle of Milk
Part 27 - Oh Tidak
Part 28 - Penjelasan Ke Sandi
Part 29 - Normal
Part 30 - Halo Bandung
Part 31 - Observatorium
Part 32 - Tie a Tie
Part 33 - Kaget Lagi
Part 34 - Cerita
Part 35 - Penasaran
Part 36 - Keseruan
Part 37 - I'd Give You My Breath
Part 38 - Dua Berita Baik/Buruk?
Part 39 - Asumsi
Part 40 - Aturan dari Papa
Part 41 - Ini beneran?
Part Selingan - POV Harry
Part 42 - Be Mine
Part 43 - Young Again
Part Selingan 2 - Harry dan Papa Anna
Part 44 - A Step Back
Part 45 - More Time
Part 46 - Sebelum atau Sesudah?
Part 47 - Sandi dan Akhirnya
Part 48 - Apa benar?
Part Selingan 3 - Harry dan Lanina
Part 49 - Penjelasan dan Pertemuan
Part 50 - One Thing Almost Led to Another
Part 51 - Wait
Part 52 - About Last Night

Part 23 - Operasi: Ferni

3.5K 173 3
By arianaisgoingberserk

Masih pada inget tentang cerita Dipo yang diperkosa kan? Gimana nih kelanjutannya?

Oh iya, inget tokoh cerita ini ya karena bakal ada hubungannya dengan part nanti.

Check this out!

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven

***

Senin pagi, tampak langit cerah dan tidak ada tanda-tanda mau hujan. Sebenarnya Anna kurang menyukainya. Dirinya sangat menyukai cuaca mendung dan gerimis. Menurutnya, suasana seperti itu adalah comfort zonenya.

Seketika sampai di kelas, didapatinya Desi dan Dipo yang sedang berbincang di tempat duduknya. Desi melihat Anna dan melambaikan tangannya. Anna membalasnya dan setelahnya duduk ditempatnya.

"Dip, kasih tahu Anna gih?" Desi berkata dengan lembut sambil menatap Dipo.

"Ha? Apaan?" Anna menatap Desi bingung. 

Wajah Dipo lalu berubah menjadi malas.

"Na, si iblis ngechat gue." Dipo menyerahkan HPnya kepada Anna. Dibacanya chat dari seseorang.

Evil Bitch

Malam ini di Hotel Melati. Will bring you surprise! Remember, if you tell I'll make your life living hell. XO.

"Anjir! Ini yang artis yang merkosa lo?"

Dipo mengangguk tidak semangat.

"Hah funny you named her Evil Bitch. Btw, dia siapa sih? Lo belom kasih tau loh." kata Anna sambil terus menscroll handphone Dipo. Dipo mengambil handphonenya dengan cepat.

"Jangan kaget ya tapi," kata Dipo. "Des." Desi mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah Dipo.

"Na, yang merkosa Dipo itu Ferni Ann." kata Desi.

Anna mendelik tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Desi. "YANG MERKOSA LO FERNI ANN?" Anna mengulangi pernyataan dari Desi, tapi menjadikannya pertanyaan seperti ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Ferni Ann merupakan artis teater yang terkenal se-Jakarta, bahkan se-Indonesia. Wajahnya sering muncul di TV. Dia juga sering menggelar pertunjukan mewah di Gedung Kesenian Jakarta. Ferni sudah menikah dan hingga sekarang menurut saluran gossip mengatakan bahwa ia belum memiliki anak. Anna tidak menyangka dan masih belum percaya kalau artis teater yang memperkosa Dipo adalah Ferni Ann. Karena dari yang dilihatnya dari TV, sepertinya Ferni adalah artis yang baik.

Dipo mengangguk. "I've told you before that you'll recognize her. She's famous."

Anna menggeleng. "Gila gue gak nyangka kalo Ferni Ann kaya gitu. Padahal dari tampangnya keliatannya baik loh."

"Orang gak ada yang tahu kan gimana." Desi mengusap tangan Dipo yang membuat Dipo tersenyum.

"Suaminya di mana sih? Kok sampai Ferni bisa terus-terusan jahatin lo?" 

Dipo menjawab sambil melirik Anna dengan wajah cemberut. "Setahu gue dia kerja gitu keluar kota mulu."

"Suaminya kerja apaan? Kok suka keluar-keluar gitu?" tanya Anna penasaran.

"Kayaknya sih kerja di minyak-minyak gitu gue juga gak ngerti." jawab Dipo malas.

"Padahal kayanya santun loh kalo gue liat di TV...."

Dipo memandang Anna dengan tatapan sedih. "Na, please, gue gak mau lagi."

"Oke, oke. Inget kan rencana kita?"Anna melirik Desi dan Dipo. Mereka mengangguk.

***

Sorenya, Anna dan Desi sudah menunggu di lobby  Hotel Melati yang tidak jauh dari rumah Dipo. Anna mengenakan pakaian tertutup agar tidak dikenali oleh orang disekitarnya. Begitu juga yang dikenakan Desi. Tidak lupa mereka mengenakan topi dan kacamata hitam agar semakin tidak dikenali. 

Mereka tidak henti-hentinya menatap pintu masuk. Anna berpura pura memainkan HPnya dan Desi membaca koran.

"Des." panggil Anna pelan.

Desi yang sedang melihat ke arah pintu masuk pun menjawab dengan gumanan. "Hmm?"

Telunjuknya mengarah ke koran yang dipegang Desi. "Lo gimana sih. Koran lo kebalik bego."

Desi lalu melihat korannya lalu tertawa sendiri. Anna mendengkus. 

Setelah 5 menit kemudian, tampak wanita yang memakai kacamata dan baju lengan panjang masuk dari arah pintu masuk. Wanita itu tampak seperti tidak ingin dikenali. Langkahnya terburu-buru seperti ingin cepat masuk ke kamar hotelnya. 

Anna dan Desi saling menatap, yakin dengan apa yang dilihatnya. Orang itu adalah Ferni Ann. Desi menyikut lengan Anna. Anna yang paham langsung menelpon salah satu polisi kenalannya karena pernah ada tugas wawancara dan Anna masih menyimpan nomor HPnya. 

Sebelumnya mereka kemari, Anna telah menjelaskan ke polisi itu yang bernama Pak Rudi mengenai kejadian antara Ferni serta Dipo dan juga rencana Anna.

"Halo Pak? Elang sudah masuk sarang barusan. Gimana? Oh oke baik Pak. Siap meluncur." Anna langsung mematikan handphonenya.

"Kode lo gak jelas banget anjir." Desi memandang Anna heran.

Anna meringis. "Gue habis nonton 86 kemarin sama Pak Harry. Eh ayo."

Dari layar handphonenya, terlihat Ferni Ann sudah memasuki kamar. Didalamnya terdapat Dipo duduk dengan muka sedih. Memang, mereka telah memasang kamera di bagian dalam kamar sebelumnya agar Anna dan Desi tahu apa yang akan dilakukan oleh Ferni.

"Tante, aku gak mau diginiin terus. Aku gak mau." 

Suara Dipo terdengar dari layar HP Anna. Anna dan Desi menonton sambil memandang satu sama lain dengan muka sedih.

"Oh sayang," Ferni Ann mendekati Dipo. "Kamu mau video itu tersebar? Gak papa sih, muka kamu puas banget kayaknya." 

"Tante-tante bangsat!" Desi mengeram mendengar perkataan Ferni barusan.

Anna menatap Desi. "Sabar, Des, sabar." Anna berusaha menenangkan Desi dengan mengelus punggungnya.

"Aku dipaksa sama Tante ya!" Dipo mulai menangis.

Ferni Ann melepas kacamatanya. Diambilnya sesuatu dari dalam tas. Ternyata sebuah tali, penutup mata, dan cambuk. "Malam ini kamu tutup mata lagi ya."

Dipo mendelik ketakutan. "Tante itu buat apa?!" tangannya menunjuk ke arah cambuk yang tadi dikeluarkan oleh Ferni.

"I have this fetish. Kalau kamu ngelawan, kamu nggak akan menikmatinya sayang," Ferni Ann mengambil tali untuk mengikat Dipo di kasur. "Kalau kamu teriak, video kamu bakal kesebar dengan satu sentuhan loh. Nih buktinya." Ferni mengeluarkan handphonenya.

"Oke oke Tante aku gak bakal ngelawan," suara Dipo terdengar memelas. "Sebelum kita mulai, aku mau nanya Tante. Kenapa aku?"

Ferni Ann tersenyum lalu memasukan HPnya ke dalam tasnya. Dia juga meletakan tali yang akan digunakannya untuk mengikat Dipo dan diletakannya disamping Dipo. "Kamu tahu, tante gak pernah puas sama suami Tante. Dia selalu ke rig sini ke rig sana. Sudah lama Tante gak disentuh sama suami Tante. Lalu malam itu, kamu datang ke rumah Tante. Tante melihat badan kamu bagus juga, jadi Tante mengambil kesempatan ini," tangan Ferni Ann mulai memegang kaus yang dikenakan oleh Dipo. "Tante puas sama kamu. Tante puas sama ketidak mauan kamu. Tante puas memaksa seseorang."

Dipo menjauh. "Tapi Tante bisa aja nelpon suami Tante untuk balik! Gak harus kaya gini terus! Atau tante bisa aja menyewa gigolo.

Ferni Ann tertawa jahat mendengar perkataan Dipo.

"Oh sayang, Tante udah gak mau sama suami tante. Dia loyo," Ferni Ann bangkit dari duduknya dan mendekati Dipo. "Gigolo banyak penyakitnya. Dan juga, dengan kamu gratis."

"BANGSAT AYO KE KAMARNYA, NA, GUE GAK TAHAN. MANA POLISINYA?" Desi sudah tidak tahan lagi. Dia teriak sampai receptionist menengok ke arah mereka. 

Dari arah pintu masuk, terdapat 5 orang berseragam polisi lengkap dengan borgol dan pistol. Anna lalu langsung ke arah mereka.

"Pak Rudi, terima kasih telah datang Pak." Anna menyalami salah satu polisi yang terlihat paling senior di antara yang lain.

"Sama-sama Anna. Apa kita sudah dapat pengakuan dari tersangka Ferni Ann?" tanya Pak Rudi.

"Semuanya ada di video ini, Pak. Bapak dan rekan Bapak sebaiknya cepat ke kamar. Ferni sudah mau memperkosa Dipo, teman saya, lagi Pak." 

Pak Rudi mengangguk.

Pak Rudi menyuruh rekan polisinya langsung bersiap-siap di depan pintu kamar tempat Dipo dan Ferni Ann masuk. Anna dan Desi mengikutinya dari belakang. Anna dan Desi berpegangan tangan. Pak Rudi memberi aba-aba dengan jarinya menghitung mundur angka 1 lalu Pak Rudi dan rekannya mendobrak paksa pintu kamar.

Awalnya Ferni bingung, lalu dia berpura-pura menangis dan menjerit histeris. Dijauhkannya badannya dari Dipo dan menunjuk Dipo sambil menyumpahinya dengan kata-kata kasar.

"Tolong saya, Pak. Anak ini mau memperkosa saya." Ferni berlari ke arah Pak Rudi dan menangis sambil menutup wajahnya.

Desi yang masuk ke kamar langsung memarahi Ferni. "EH WANITA GILA! LO MAU BOHONG GIMANA LAGI JUGA UDAH KEBONGKAR BANGSAT ANJING YA LO." 

Desi berusaha menyerang dan memukuli Ferni, namun ditahan oleh salah satu polisi. Ferni menatap Desi dengan wajah bingung.

"Ma...maksud kamu apa? Aku ma..mau diperkosa sa..sama dia!" Ferni menangis sesengrukan.

Dipo bangun dan berdiri dihadapan Ferni. Lalu tidak segan-segan dia menampar Ferni dengan keras hingga Ferni terjatuh ke lantai. Pak Rudi tidak mencegah Dipo dan langsung menarik Ferni untuk berdiri.

"Bu Ferni, kami sudah melihat videonya. Bu Ferni berhak diam, kita akan selesaikan ini di kantor polisi." Pak Rudi berbicara dengan tenang.

"PAK SAYA YANG DIPERKOSA PAK KOK KAYA GINI? MEREKA MENIPU BAPAK!" Ferni menangis meraung-raung.

Pak Rudi dan rekannya menggeleng. Pak Rudi lalu mengeluarkan handphone Anna dan menunjukan video tadi kepada Ferni. "Bu, jangan melawan. Kalau Ibu melawan akan dikenakan pasal berlapis."

Ferni tiba-tiba menutup mukanya dan menangis sesengrukan. Dia tahu kalau ini adalah akhir dari semuanya. Dia memohon kepada Dipo, sampai sujud di kakinya, untuk memaafkannya. Namun, Dipo tidak tergoyahkan hatinya. Selama ini Ferni telah merengut kebahagiannya. Ferni harus menebusnya.

"Dipo, Dipo, maafin Tante. Tante khilaf, Tante minta maaf."

Dipo menghela nafas. "Tante, untuk sekarang aku belum bisa maafin tante. Ayo ke kantor polisi."

Akhirnya, Ferni tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia mengikuti polisi yang telah memborgol tangannya dan membawa barang bukti berupa handphone Ferni, cambuk, tali, kondom, dan penutup mata. Dipo, Desi, dan Anna mengikuti mereka dari belakang. Di depan kamar, sudah banyak orang yang merupakan tamu serta staf hotel lain yang mendengar kerusuhan dari kamar ini. Ferni Ann terus menunduk karena malu.

"Makan tuh, anjing." Desi menekankan kata-kata terakhir. Ferni Ann diam saja. Desi terus menggenggam Dipo, seperti tidak mau dilepaskan.

Sampai depan hotel, Ferni memasuki mobil polisi. Ferni memohon agar tidak ada wartawan dan agar suaminya tidak tahu, tapi itu sangat tidak mungkin. Sudah banyak tamu hotel yang merekam kejadian tadi. Anna yakin bahwa beritanya akan segera terdengar oleh wartawan. Apalagi Ferni merupakan artis besar.

"Terima kasih ya, Pak Rudi. Serta Bapak yang lain juga." kata Anna sambil menyalami Pak Rudi serta rekannya.

"Terima kasih juga Anna telah memberi tahu tentang ini. Saya sejujurnya tidak menyangka kalau artis favorit istri saya bisa melakukan hal ini," Pak Rudi menggeleng. "Ohiya, Dipo, kamu ikut ke kantor polisi ya untuk membuat laporan. Nama kamu akan disamarkan, tenang saja."

Dipo mengangguk sambil tersenyum lega.

"Aku nemenin kamu ya sayang?" Desi memandang Dipo dengan tersenyum.

"Tahu aja aku butuh dukungan moral." Dipo mengacak rambut Desi. Anna menggeleng sambil tersenyum.

"Bucin banget lo pada. Udah ya, gue pulang. Terima kasih sekali lagi ya Pak." 

Pak Rudi tertawa lalu mengangguk.

Anna Dipo dan Desi memasuki mobil polisi satunya bersama dengan Pak Rudi. Sebelum memasuki mobil, mereka melambaikan tangan ke Anna. Dipo tersenyum senang dan mengacungkan jempol dan meniupkan ciuman ke Anna yang diiringi dengan tawa Desi.

***

Part kali ini gak ada Pak Harrynya. Siapa tahu kalian bosen :p

Part selanjutnya bakal banyak Anna-Harry kok. Judulnya aja Anna & Harry wkwk.

x0x0,

Ariana

Continue Reading

You'll Also Like

102K 5.2K 38
Bagaimana jadinya jika pria yang menikah dengan Ceisya bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembar pria itu yang tak pernah ia ketahui keberadaanny...
3.6K 276 26
"Lo tau gak Dev jadian sama lo cuma buat apa cuma buat manasmanasin gue tau gak lo dia masih cinta sama gue lo itu cuma dia jadiin pelarian tau gak l...
5.7K 356 39
Menikah dengan orang Kota bukanlah keinginan Hanna. Semua berjalan begitu saja dan sangat cepat. Hanna terjebak dengan Sultan yang sedang berlibur ke...
2.4M 174K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...