Ghost7

By Minfanda

26.1K 2.8K 4.9K

BTS mendapat insiden saat konser tengah berlangsung. Insiden itu sampai membuat mereka koma. RM terbangun se... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
cast
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29

20

692 73 121
By Minfanda

"Eonnie bogosipeoyo ... hiks jebal!"

Gadis yang dipanggil eonnie itu masih membeku di tempatnya. Netranya masih melotot, pikirannya buyar. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Sampai akhirnya ia sadar saat air mata Eunha jatuh di bahunya yang semakin lama menjadi hangat dan lembab.

"Eun ... ha? Se ... sejak kapan kau di sini?" tanya gadis itu sembari melepas pelukan Eunha.

Eunha menunduk, masih menangis sesenggukan. Sementara menunggu adiknya bicara, Eunsu sadar kini mereka jadi pusat perhatian, bahkan beberapa orang memberikan mereka tatapan tajam karena menghalangi jalan. Karena itu di bawanya Eunha ke sisi pantai yang lain dan duduk di salah satu bangku di sana.

"Ya Eunha-ya berhentilah menangis. Hidungmu mulai memerah ...." Eunsu mengambil tisu dalam tasnya dan mengusap pelan pipi basah adiknya itu.

"Huk uh eo ... eonnie aku sangat merindukanmu ... sa ... sangat! Setelah bekerja, aku terus mencarimu di setiap sudut Gochang dan Seoul. Tapi kau menghilang tanpa jejak! hiks kau ... hiks tak tahu betapa tersiksanya aku saat itu kan! Dasar jahat! Meninggalkanku sendirian! Huwaaa HUWAAA!!"

Ctak

Secepat kilat, jari lentik Eunsu terayun bebas ke dahi sang adik. "Jangan teriak, bodoh! Lihat orang-orang menatap kita!"

Eunha yang dijitak hanya melongo dengan tangan yang refleks menutupi dahinya.

"... Hiks."

"Huwaaa ... hu ... HUAAANGG! DASAR WANITA KEJAM!"

Eunsu tersenyum pedih. Sejujurnya ia juga sangat merindukan adiknya.

"Aish ... kau tak berubah sama sekali~ Cha Eunha pabo-ya."

***





"ah eonnie, aku sudah tak tahan lagi! Dimana toiletnya?!"

"Oh? Ahahahhah itu di sana, lurus saja di dekat dapur, pergilah cepat sebelum mengompol~"

Eunha buru-buru ke toilet. Sejujurnya sejak menemukan eonnienya itu, ia sangat shock hingga hampir saja mengompol saat itu juga. Syukurnya ia bisa menahannya, kalau tidak, suasana dramatis tadi mungkin saja akan terganti dengan suasana memalukan.

"Huah ... akhirnya ...."

Selesai dengan panggilan alamnya, ia bercermin sebentar, merapikan anak rambutnya yang kusut juga merapikan pakaiannya yang mulai tak karuan.

Saat asik merapikan diri, tak sengaja ia mendapati sebuah kardus. Aneh memang, untuk apa kardus yang jika terkena air ini akan rusak ditaruh di bawah wastafel? Padahal di ruang tengah tidak begitu sempit untuk menaruh barang-barang seperti ini.

Jika ia pikir lagi, eonnienya itu memang orang yang sembarangan untuk hal seperti ini, yah itu jadi hal wajar untuk Eunha yang mengenal betul tabiat sang kakak.

Tanpa permisi, ia mulai membuka selotip penutup kardus itu, ingin melihat barang yang ada di dalamnya.

"Baju? Oh~ ini terlihat baru dan mahal! wah dasar~ kenapa menaruh barang bagus seperti ini di tempat tak pantas? Harusnya ini di museumkan~."

Kembali ia bangkit dan bercermin, lalu menyampirkan baju itu ke depan tubuh mungilnya, hendak mengetahui apa baju itu muat untuknya atau tidak. "Dasar sembarangan ... jika tak mau memakainya dia bisa memberikannya padaku kan? Hem~"

Di rasa pas jika tubuhnya di balut baju mahal itu, ia pun berniat memintanya pada Eunsu, kakaknya.

"Eonnie~ kenapa kau menaruh baju ini di kamar mandi? Bukan baju kotor kan? Boleh tidak kalau ini untuk--" Tanpa aba-aba Eunsu langsung merampas baju itu dengan ekspresi takut sekaligus cemas. Bersamaan dengan itu, mendadak wajahnya pucat pasi serta tubuhnya mulai bergemetar ketakutan.

"Eon ... nie?"

"Bu ... bukan apa-apa! Haha ... ini baju kotor, aku akan mencucinya ma ... makanya aku itu .... Oh! Eunha-ya, bawalah pakaianmu ke sini, kau jadi menginap di sini kan?"

"... Nee. Aku pergi dulu."

Dengan canggung dan pikiran yang bertanya-tanya, Eunha memutuskan kembali ke hotel dan mengambil barang-barangnya.

Tanpa mereka sadari, ada seorang namja yang mulai menaruh rasa curiga dengan salah satu gadis itu.

***





Sejak berangkat dari apartemen kakaknya itu Eunha terus melamun seperti memikirkan sesuatu.

"... Ha-ya."

"Eunha-ya!"

"EUNHA!"

Gadis itu tersentak lalu celingak celinguk seperti orang bodoh. "Wae? Wae?"

"Kau mau melipat baju itu sampai sekecil apa?" Tunjuk J-Hope pada baju di pahanya, tanpa sadar ia melipat kaos oblongnya dengan delapan lipatan.

Dengan wajah lesu Eunha menatap kosong pakaiannya itu.

"Wae? Sejak tadi kau terus melamun," tanya RM yang mulai khawatir.

"Kalian juga merasakannya kan? Eonnieku ... mencoba menyembunyikan sesuatu."

Para personel BTS itu hanya mengangguk beriringan.

"Sejak dulu dia memang seperti itu. Suka menyimpan rahasia dan masalahnya sendiri. Tapi yang tadi itu ...."

"Dia ketakutan," sahut Suga dengan tatapan tajamnya.

Eunha mengangguk pelan.

"Mungkin di dalam baju itu ada kecoa." ucap V dengan pendapat konyolnya.

Mereka menatap V tak percaya.

"Karena di dalamnya ada kecoa, maka kakakmu takut dan mengambil baju itu darimu. Bisa jadi kan?" lanjutnya dengan telunjuk di ujung bibir.

"Dia memang tak menyukai serangga atau semacamnya," balas Eunha mengiyakan.

"Normalnya, orang yang tak menyukai atau takut pada sesuatu akan menghindar atau menjauh dari hal yang dia takutkan itu. Kalau benar eonniemu tak menyukainya, harusnya dia tak merampas dan memeluk erat baju itu seperti tadi." Kini sang leader pun ikut memikirkan hal sepele itu.

Jin mendecih sebal. Sejak tadi mereka sibuk berbicara sementara ia sibuk merapikan pakaian yang entah mengapa ada di hampir setiap sudut kamar.

"Kalian ini bodoh atau apa? Untuk apa memikirkan hal tak berguna seperti itu. LEBIH BAIK BANTU AKU MERAPIKAN PAKAIAN SIALAN YANG BERSERAKAN INI!"

***





Keesokannya sehabis sarapan Eunsu dan Eunha menyiapkan perlengkapan mereka untuk ke suatu tempat. Eunsu lah yang mengajaknya. Katanya itu adalah tempat dimana ia melepas stress saat banyak pikiran.

Karena itu pula Eunha dan Bangtan batal mengunjungi E-World Tower dan Duryu Park, objek wisata di Daegu.

Setelah selesai bersiap, mereka langsung menuju ke tempat tujuan dengan taksi online. Cukup lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai. Namun pikiran Eunha seakan kusut, tak mengerti mengapa eonnienya membawanya kemari.

"... Eonnie."

"Hm?"

"Boleh aku bertanya?"

"Mwo?"

"Kenapa kau membawaku ke hutan?"

Eunha menelisik sekeliling, pepohonan pinus yang rindang tersusun rapi di kedua sisi jalan setapak. Cukup membuat kesan sejuk dan teduh. Namun cukup seram karena sepi.

"Aku ingin menunjukkan suatu tempat. Kau akan menyukainya," ucap Eunsu semangat, lalu tangannya mulai menggandeng lengan sang adik.

"... Kuharap begitu."

Butuh 40 menit untuk sampai di tempat tujuan yang Eunsu maksudkan. Tapi apa ini? Benar-benar tak sesuai dengan ekspetasi gadis mungil yang pasrah mengikuti kakaknya.

"Tada! Kita sampai!" seru Eunsu dengan semangat.

Eunha melongo tak percaya. "... Kau ingin ... menunjukkan rumput liar yang menjulang tinggi ini?"

Eunsu terkekeh geli lalu masuk ke dalam semak-semak itu. Sementara Eunha yang bingung hanya terus pasrah mengikutinya. Namun baru beberapa langkah memasuki semak belukar itu, ia terkesiap melihat pemandangan di hadapannya.

Sebuah danau, dengan bunga-bunga cantik di sekitarnya. Tempat ini jelas jarang di kunjungi. Sangat bersih dan asri.

"Darimana kau tau tempat ini?! Ini sangat indah!" seru Eunha dengan riangnya. Ia berlari ke tepi danau dan mencelupkan telunjuknya ke dalam air. Sangat sejuk!

Eunsu tersenyum hangat. Rencananya membuat sang adik terkagum-kagum berhasil. "Bagaimana? Kau menyukainya?"

"Sangat!" jawab Eunha dengan senyum manisnya yang merekah.

Bukan hanya Eunha, Bangtan pun ikut terpesona dengan pemandangan alam ini. Para maknae line dan J-Hope sibuk bermain-main air di sisi danau yang lain, sementara Jin, RM dan Suga pergi ke sisi barat untuk memetik buah  apel yang berjatuhan di sekitar pohonnya. Oh tempat ini sungguh menakjubkan!

Eunha langsung mengeluarkan kameranya dan memotret bunga-bunga juga hamparan danau itu.

Cekrik

"Eunha kemarilah. Ayo makan dulu," suruh Eunsu setelah menata makanan di atas kain tipis yang sengaja ia bawa.

Eunha tersenyum manis lalu mengangguk seperti anak kecil. "Eung!"

Anak bangtan yang mendengar ada makanan pun diam-diam ikut bergabung dengan mereka.

"Ini." Eunsu menyodorkan roti lapis telur yang sudah diberi bumbu cabai buatannya yang dulunya sangat disukai Eunha.

"E ... enak ...." Tanpa ada angin, hujan, petir, badai, geledek, Eunha menangis sesenggukan dengan mulut yang masih mengunyah. Ia terhura eh terharu, setelah belasan tahun akhirnya ia bisa merasakan kembali roti lapis dengan bumbu cabai buatan sang kakak.

Eunsu yang bingung hanya mengusap-usap punggungnya tanpa bertanya ada apa. Namun itu justru membuat tangisan Eunha semakin deras. Ia bahkan tersedak potongan telur.

"Gomawo eonnie ... hiks, gomawo-yo." 

Eunha sungguh telah membuat perasaan sang kakak terasa teriris. Eunsu tersenyum kecut, padahal ia sudah menahan semuanya selama ini. Diusir, dicampakkan, dikhianati semua telah ia lewati tanpa tangisan. Tapi Eunha, dengan mudahnya ia meruntuhkan pertahanan yang selama ini Eunsu jaga. Dengan mudahnya ia membuat Eunsu ikut menangis sesenggukkan sekarang.

"Jangan menangis hiks pabo-ya ... Jangan menangis ...."

***





Tiga hari sudah Eunha dan Bangtan mengunjungi Daegu, dengan penuh pertimbangan Eunha memilih menyelesaikan perjalanannya dengan Bangtan dan meninggalkan kakaknya sementara di sini. Ia pikir, setelah masalah Bangtan selesai, ia akan kembali menemui Eunsu dan membawanya kembali ke Gochang, ke rumah orang tua mereka.

Sekarang dua kakak beradik itu tengah berpelukan di lorong stasiun.

"Saranghae Eonnie~."

"Nado, pabo-ya. Pergilah, keretanya akan berangkat."

"Satu menit lagi ...." Eunha makin mengeratkan pelukannya dengan sang kakak. Sejujurnya berat rasanya meninggalkan kakaknya di sini.

"Aigoo dasar manja. Pergilah!" Sadar mereka lagi-lagi jadi pusat perhatian, Eunsu melepaskan pelukan Eunha dengan sekuat tenaga lalu mendorong pelan adiknya untuk masuk ke dalam kereta.

Eunha terkekeh geli melihat kakaknya yang mulai kesal. Lalu orang-orang pun berdesakan masuk ke dalam kereta sehingga Eunha pun mau tak mau terbawa arus.

Syukurnya ia langsung mendapat tempat duduk. Dari sana ia mengintip ke luar jendela. tampak jelas kakaknya tersenyum manis sambil melambaikan tangan. Eunha pun balas tersenyum dan melambaikan tangan juga.

Selintas ia teringat sesuatu dan mulai mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Tak lama Eunsu mendapat notif chat dan melihatnya ternyata itu dari Eunha.


Una♥

[ Eonnie baik-baiklah selama tak ada aku ]
[ Saat masalah temanku beres, ayo bertemu lagi ]
[ Ah tidak, ayo tinggal bersama :D ]
[ Saranghae eonnie ]


Eunsu tersenyum. Tiba-tiba perasaannya campur aduk. Hatinya perih dan kini pipinya sudah dibasahi air mata.

Eunha yang menyadari itu tentu sangat khawatir, Lalu ia menelepon Eunsu.

"Eonnie?! Gwaenchana? Kenapa menangis? Hiks jangan menangis ... hiks."

Eunsu terkikik geli. "Bodoh. Apa bedanya denganmu?"

Kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun. Eunha pun semakin cemas. Ingin rasanya ia keluar sekarang juga namun baru saja hendak melangkah keluar, kakaknya mengatakan sesuatu yang membuatnya berhenti dan merasakan firasat buruk.

"Eunha."

"Kau harus bahagia."

Pip

Sambungan teleponnya putus, dibarengi dengan Eunha yang kini menangis terisak.

"Eonnie ... hiks ... Kau juga, harus bahagia."

***



Note :
- pabo : bodoh

Continue Reading

You'll Also Like

74.9K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
37.5K 4.8K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
66.5K 4.9K 23
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
75.2K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG