Cuz You're My Phobia

By chipazz

7.7K 3.2K 2.1K

โ”€โ”€ CUZ YOU'RE MY PHOBIA (๐Ÿญ๐Ÿฒ+) ๏น™Ft. Song Yuqi ร— Huang Xuxi๏นš "Her name is Rachella rawnie sadie sir!!" "We h... More

PROLOG
โ˜† | Starring
001 | Lutcher Academy
002
003 | First Case
004
005 | Wong Lucas
006
007 | Terrorized
008
009 | Secret Intelligence Agent
011 | The Trouble Maker
012
013 | Back Street I
014
015 | Back Street II
016
017 | Open without damage
018
019 | Acting up again?
020
021 | Dark thoughts

010

203 135 97
By chipazz

⚠️ Be wise before reading!

Seorang lelaki muda sedang menyaksikan layar monitor ketika seorang gadis yang berotabene sebagai targetnya itu, sedang berlari ke gerbang sebuah mansion. Lelaki itu tersenyum puas tatkala mengetahui bahwa gadis itu tidak akan jauh sebelum terjebak dalam perangkap atau terlihat di salah satu kameranya. Dia tidak khawatir tentang pelarian sang target.

Lelaki itu menyaksikan ketika gadis itu berlari tanpa harapan, dengan putus asa mencari jalan keluar dari mansion yang sudah gadis itu kelilingi dari tadi.

Ketika sang lelaki bosan melihat gadis itu dan keputus-asaan darinya, dia memutuskan bahwa dirinya harus segera mengejar gadis itu. Seharusnya tidak butuh waktu selama itu untuk menemukan sang gadis, tapi lelaki itu sangat senang ketika melihat ketakutan di mata sang korban ketika Dia mencoba putus asa untuk melarikan diri.

"Begitu aku selesai mempermainkan gadis itu dalam kegelapan, aku akan membuat tembakan, satu demi satu."

Anak panah menusuk lehernya dengan sempurna. Lelaki itu menyaksikan tubuh korbannya jatuh ke tanah, benar-benar dalam keadaan tidak sadar. Lelaki itu berdiri di atas sang korban sembari tersenyum. Kemenangan yang segera akan diikuti oleh sesuatu yang bahkan lebih memuaskan, yaitu hukuman.

Dia menyeret korbannya kembali ke mansion, dengan perasaan tidak terlalu peduli dengan gadis yang sudah tidak sadarkan diri itu.

Kemudian lelaki itu duduk di kursi yang lumayan besar, di sebuah lounge. Sambil menyeringai lelaki itu berkata."Oh how proud it will be, he's in me."

Lelaki itu tertawa pada dirinya sendiri. Dia kemudian memperhatikan sang korban yang tergeletak mulai bergerak. Dia sedang menunggu bagian favoritnya, saat melihat sang korban menyadari kegagalannya. Saat di mana sang gadis tahu semuanya sudah berakhir dan penderitaan ia akan datang.

Senyum lebar terukir di wajah sang pembunuh ketika melihat sang korban terbangun. Kemudian ia tertawa ketika menyadari sang gadis menangis dan menjerit.

Sang lelaki berdiri dari kursi yang gelap, dan melangkah maju kearah cahaya yang berada di depan sang gadis. Lelaki itu memegang sebuah senapan tepat di belakang punggungnya, ia sangat menikmati tatapan marah sekaligus memohon dari sang korban.

"Biarkan aku pergi, DASAR BRENGSEK! gadis itu berteriak, ketika dia mencoba membebaskan dirinya.

Lelaki itu kemudian berjongkok, sambil mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh sang korban lalu membungkam lembut mulutnya. "Tenang Naomi... aku tidak akan menyakitimu..." desis lelaki itu dengan seringainya.

"Kenapa kau melakukan ini?!" tanya sang gadis mencoba menatap lelaki di hadapannya.

"Kenapa? Huh aku tidak tahu."

"Kenapa kau lakukan ini? Hiks.. hiks.." lirih sang gadis.

"Sudah ku katakan kalau aku tak tahu."

"Kau tega melakukan hal ini terhadapku?!" Gadis itu menyeka air matanya yang mengalir deras.

"Aku tega, aku suka melakukannya, aku-"

"BODOH!"

Lelaki itu tertawa ketika menanggapi ucapan yang baru saja keluar dari mulut sang gadis, sehingga satu ruangan mendengar suara tertawanya yang menggelegar.

Gadis yang bernama Naomi itu menatap sang lelaki dengan tatapan curiga sekaligus takut. Sang lelaki membuktikan kecurigaan Naomi yang benar ketika menarik senapan dari balik punggungnya.

Logam itu berkilauan di bawah lampu, Naomi langsung saja mulai menangis dan berteriak agar lelaki di hadapannya itu segera berhenti dari kegiatannya yang sangat berdampak itu.

Sang lelaki menarik napas dalam-dalam, untuk mengambil ketakutan Naomi ketika dia mengarahkan pistolnya di hadapan Naomi.

"Sang penguntit bukankah jelas-jelas harus mati?" Lelaki itu bertanya dengan ucapan yang sangat tajam.

Sementara Naomi yang ketakutan pun terdiam. Tanpa memperpanjang waktu, lelaki itu kemudian menarik pelatuknya.

"DORRR!" Tubuh Naomi meregang ketika dia jatuh ke sisi sang pembunuh.

Darah dari luka di perutnya merembes melalui kemeja yang Naomi kenakan.

Drrt drrrtt drrtt..

Ponsel sang pembunuh bergetar pertanda ada panggilan masuk. Hallo master?"

"Halo bro! How is my plan Is it going well?"

"Of course it will run smoothly," jawabnya lantang.

"Good, so who did you kill?"

"Gadis yang bernama Naomi Charlotte."

"Oh I'm surprised, I don't think she's the one. but that's okay, it means that with this I didn't choose you wrong as my accomplice, right?"

"Benar, aku tahu bahwa kau akan berkata seperti itu."

Terdengar suara tawa dari sebrang sana. Bersamaan dengan itu, sang lelaki menutup panggilannya secara sepihak dan bersiap untuk membersihkan kekacauan yang ia buat.

════ ⋆★⋆ ════

"Ah! Gawat!"

"Aku sama sekali lupa kalau hari ini ada rapat SIA. Sudah terlambat 15 menit!"

"Seorang agent SIA sama halnya dengan seorang detektif lebih tepatnya. Jadi, kalian harus mengobservasi apa yang sedang kalian selidiki. Harus mengetahui detail-detail kecil agar bisa memecahkan kasus."

"Hal-hal sekecil percikan darah di lantai, atau potongan kuku di cerobong asap, misalnya, tidak boleh dilewatkan. Kalian tidak akan bisa menjadi agent SIA kalau tidak mau melatih kemampuan observasi. Jadi, apa ada pendapat lain atau ada pertanyaan?"

"Demikianlah pertemuan pertama kita."

"Wah bagaimana ini? Aku tidak berani masuk, apa aku pulang saja? Tapi nanti dimarahi Putry."

"Hey! Terlambat ya!" Pertanyaan seseorang sukses membuat Rachel menegang di tempat.

Bulir-bulir keringatnya terjatuh mulus di kening cantiknya itu. Lalu dengan perlahan ia angkat kepalanya untuk melihat siapakah itu. "I-iya, aku terlambat..."

"Eh? Aku hanya bercanda nona. Aku juga telat kok." ucap lelaki tak di kenal itu di akhiri kekehannya.

"Aku ketiduran di rooftop tadi, jadi tak terasa ternyata tidurnya terlalu lama," tutur lelaki itu.

"Duh, bikin kaget saja! Tapi syukurlah aku ada teman. Kalau sendirian, aku tidak berani masuk." ucap Rachel sedikit malu.

"Hehehe."

"Kok tertawa si?"

Sang lelaki menatap Rachel lekat, kemudian mendekat kearah Rachel sembari meraih knop pintu ruang SCLA.

'Braak!'

"Selamat siang! Maaf aku terlambat!" Semua orang yang berada di dalam ruangan menatap curiga pada sepasang muda yang baru saja masuk.

"Sudah terlambat begitu kenapa tenang-tenang saja, sih? Ah sudahlah silahkan duduk," ujar seorang tuan muda yang ternyata adalah Mister Louis.

"Baik!" jawab Rachel dan lelaki itu.

"Kennard caldwell! Kancing kan seragammu, jangan seperti itu," ujar Louis menegur lelaki yang ternyata bernama Kennard itu.

"Ah iya iya," sahut Kennard sembari mendudukkan tubuhnya ke kursi.

"Uh, syukurlah perhatian mereka jadi teralihkan."

"Oh iya, hey Nona Rachella!" Bentak Louis.

"Mampus, kena aku!"

"I-iya?"

"Kenapa kamu terlambat, Nona?"

"Ah, ak-"

"Dia tadi ketiduran denganku di rooftop sekolah." Kennard lah yang menjawab pertanyaan yang di lontarkan Louis.

Louis menatap mereka berdua. "Lain kali, jangan telat lagi," tutupnya.

"Nona Arsyla!" Putry merasa terpanggil dan mengalihkan pandangannya kearah Louis.

"Jadi nona ceroboh ini yang di pilih kepala sekolah untuk menjadi bagian dari SIA?"

Pertanyaan Louis barusan, membuat semua orang yang berada di ruangan menatap kesal kearah beliau. "Apa ada yang salah dengan perkataanku barusan?" tanyanya lagi.

"Nona Rawnie adalah orang yang membantuku untuk menyelesaikan kasus seminggu yang lalu," sahut Putry santai.

"Oh? Benarkah?"

"Maafkan perkataanku yang tadi lancang, nona," ucap Louis menghadap kearah Rachel yang terduduk sendu.

"Tidak apa-apa, tuan."

════ ⋆★⋆ ════

20.20 o'clock at night.

Rachel, Hanna, dan Helen sedang bersama-sama berangkat ke kelas untuk jadwal malam. Selama perjalanan mereka hanya bercerita tentang kejadian kemarin malam, tepatnya pada ketika di luar L.A terjadi kasus pembunuhan. Mereka bingung harus menyikapi bagaimana dengan petunjuk yang tak jelas dan informasi yang tak lengkap.

Tapi bagaimanapun juga, mereka termasuk saksi yang mendengar jeritan di malam itu.

"Kalau kupikir-pikir lagi, kejadian kemarin malam sepertinya sangat janggal, bukankah begitu?" Helen memulai pembicaraan.

"Iya, aku sepemikiran denganmu, Helen."
ungkap Hanna.

"Padahal tempat yang kita pilih, merupakan tempat yang lumayan jauh dari keramaian," gumam Rachel.

"Iya, janggal ketika ada yang melakukan pembunuhan di situasi seperti kemarin," tutur Hanna.

"Tapi di sisi lain, sepertinya waktu yang tepat untuk memulai pembunuhan. Karna pada saat itu hari sudah sangat malam dan kafe yang kita tempati juga sangat sepi," sahut Helen.

Langkah Hanna dan Helen terhenti, disebabkan ada seseorang yang baru saja menghalang jalur mereka. "Eh?"

Rachel baru menyadari ketika lengannya ditarik oleh seseorang,

"Aku pinjam Rachel nya bentar."

"A-angga?"

Sementara itu, Hanna dan Helen melesat masuk kedalam kelas.

"Rachel-"

"Iya, ada apa?" ujar Rachel sembari menepis lengannya yang disentuh Angga.

"Kamu... ah maksudku, kamu benar-benar masuk SIA?"

"Iya, memangnya kenapa? Masalah untukmu? Bukankah kemarin kamu yang menyuruhku-"

"Baguslah kalau begitu aku mendukungmu!" Angga tersenyum sembari menatap kearah Rachel.

"Aku tak perlu dukunganmu," ujar Rachel beralih meninggalkan Angga .

Angga hanya menatap punggung Rachel yang berlalu masuk ke kelas.

"Rachel ayo kemari!" ujar Hanna di pojok kelas. Rachel tersenyum kemudian mengangguk. "Ada apa tadi?"

"Iya, kenapa Angga memanggilmu tadi?"
tanya tiga insan itu penasaran.

"Ah, bukan apa-apa."

Hanna, Helen, dan Mika hanya menatap Rachel dengan wajah memelas. Begitu juga dengan Lucas yang berada di samping Rachel.

"Um, dia hanya memberiku semangat," sahut Rachel.

"Ah, begitu."

"Menurutku, Angga sepertinya menyukaimu deh," gumam Helen.

Sontak Rachel dan Lucas menatap Helen. "Apa katamu tadi?" tanya Rachel dan Lucas serempak.

"Ah-"

"Ciee sama-sama menanyaiku," ucap Helen sembari senyum-senyum.

"Rachel lebih cocok sama Lucas, Len," tutur Mika.

"Ada-ada saja kalian," ungkap Lucas sembari beralih keluar kelas.

"Hei, ada apa dengannya?"

"Apa dia marah?"

"Wah, Lucu sekali."

"Lucas orangnya baik hati kok, jadi tidak mungkin dia marah. Mungkin hanya malu," tutur Mika.

Dengan sigap Rachel beralih dari tempat duduknya dan menyusul Lucas, "Lucas! Tunggu aku!" sahut Rachel.

"Eh? Kenapa mengikutiku?"

"Tidak ada apa-apa kok."

"Nona Rawnie," panggil Lucas.

"Jangan panggil aku begitu, bukankah kita sudah lumayan dekat? Jadi jangan sungkan." Lucas tersenyum.

"Eh Lucas, apa pendapatmu tentang kejadian kemarin malam?"

"Hmm," Lucas berusaha mengingat-ingat kejadian itu. "Terjadi pembunuhan," ungkap Lucas.


"Iya, aku juga berpikiran seperti itu."

"Kamu tertarik dengan hal-hal semacam itu ya?" tanya Lucas.

"Iya, aku sangat suka."

"Ayo kita selesaikan!" ajak Lucas.

"Ayo! Aku mau!"

"Siapa yang paling cepat temukan clue, maka dia adalah pemenangnya!" ucap Lucas.

"Apa berhadiah?"

"Hadiahnya akan di traktir eskrim!" ucap Lucas semangat.

Rachel tersenyum, kemudian menatap Lucas. "Hei, kamu masi ada hutang denganku tahu!"

"Aku tahu, aku sangat ingat!"

"Kapan kamu akan memberikanku eskrimnya?"

"Secepatnya akan kubelikan." Rachel mengangguk cepat.

Lucas tertawa, "kamu lucu."

"Dan kamu bawel!"

Kemudian hanya terdengar gelak tawa antara mereka berdua.

════ ⋆★⋆ ════

FastUpdate!

Hayo² apa ada yang menemukan clue?

Btw ada yang nge ship Lucas dan Rachel?

Lucas - Rachel?
Atau
Angga - Rachel?

Don't forget to respect the author by voting on this story!

Continue Reading

You'll Also Like

958K 88.5K 48
Rendy Nugraha, seorang buronan yang bunuh diri karena tidak ingin di penjara bukannya ke alam baka ia malah terbangun ditubuh seorang pemuda yang ide...
3.4M 433K 36
"Aneh, kok gue jadi cantik?" ketika gadis yang memiliki IQ yang tinggi, namun bar-bar, tiba-tiba tersesat di tubuh seorang gadis cantik yang bodoh, e...
82.5K 12.8K 38
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...
37.5K 3.7K 34
Dalam kegelapan malam yang sunyi, [Name] mengemban kisah hidup penuh tantangan. Di lorong-lorong sekolah, bayangannya sering menjadi sasaran ejekan d...