Who You? [HAECHAN]

By fullsunvaa

7.3K 904 187

[ON GOING] ❛❛Chan, aku rindu kamu. Aku rindu dimana kita sedang menghabiskan waktu bersama seharian❜❜ #27 in... More

⚠WARNING
[0.0] start
[0.1] new student
[0.2] canada boy
[0.3] your smile
[0.4] the day we meet
[0.5] mad dog
[0.6] nervous
[0.7] cafe
[0.8] when the rain
[0.9] regret
[1.0] warn
[1.1] because
[1.2] one fact
[1.3] knock on
[1.4] don't like
[1.5] 밤
[1.6] 미안해
[1.7] han gang
[1.8] heart breaker
[1.9] child
[2.0] haechan
[2.1] hyunjin
[2.2] where are you?
[2.4] Face Cover
[2.5] Face Cover2

[2.3] 女性の絵

125 17 10
By fullsunvaa

©ldhcklhcn

(aku yang ngedit aku juga yang nyesek:))
.
.
.
.

08.30

Sudah malam, dan aku masih tetap mencari keberadaannya. Aku mengkhawatirkannya, tapi.. Pernahkah dia memikirkanku sekali saja?

Aku tidak tahu, karena aku hanya takut kehilangan sosoknya dalam hidupku.

Perasaan yang sering dipertanyakan. Hubungan sebatas teman yang menurutku tidak seperti itu.

Sekali lagi aku tidak tahu apa yang membuatku seperti ini..

Perasaan ini...

~~~

Benar-benar malam yang indah namun sendu...

Tanpa adanya keberadaanmu.

'Chan..aku rindu kamu. Aku rindu dimana kita sedang menghabiskan waktu bersama seharian..'

"Permisi.." ucapku sopan seraya membuka pintu minimarket.

Salah satu tempat dimana Haechan mendapatkan uang tambahan. Harap-harap ia ada disini.

Seseorang dengan seragamnya kemudian menurunkan kacamata yang ia pakai, dan tersenyum ramah kepadaku.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?"

"Ahh, saya sedang mencari seseorang"

"Haechan ya?"

Semangatku bertambah begitu orang didepanku ini menebak pikiranku. Senyum sumringah kukembangkan.

Aku mengangguk, memohon semoga ini berita bagus.

Tapi pernyataannya kemudian membuatku hampir putus semangat, Haechan tidak ada disini. Itu katanya..

"Terimakasih" suaraku sudah tak bertenaga lagi.

Begitu melangkahkan kaki, tiba-tiba paman tadi menghentikan langkahku. Akupun menoleh setengah badan.

Dia berlari kecil menghampiriku dengan membawa secarik kertas ditangan kanannya.

"Ini mbak kan?"

Akupun meraih kertas yang paman itu julurkan.

Mengamatinya, kemudian menatap pria itu dengan penuh tanda tanya, "I-iya ini saya, siapa yang gambar?"

"Haechan sepertinya sangat menyukai mbak. Dia yang menggambarnya, dia juga sering menceritakan mbak"

"Haechan?" paman itu mengangguk.

"Duduk mbak, saya mau ngasih tau beberapa hal yang mungkin mbak perlu tau."

Kami berdua pun duduk berhadapan di kursi yang terletak dekat kaca minimarket.

"Mbak, saya cuman mau ngingetin sebagai orang tua. Jangan tinggalin Haechan, Mbak Annata sangat berharga bagi dia"

Aku terkejut, sepertinya Haechan juga memberitahu namaku pada paman ini.

Ah sial, aku merindukannya..

Mendengarkan cerita paman sambil mengusap gambar yang Haechan buat untukku.

Setiap garisnya sangat detail dan rapih, bahkan aku merasa sedang berkaca saat ini.

"Dia sering cerita sama saya, katanya mbak adalah perempuan yang ia cintai nomer 2 didunia ini, karena yang pertama adalah ibunya. Awalnya saya geli mbak denger anak muda cerita kaya gitu. Tapi Haechan beda..matanya mengatakan seolah-olah dia bisa saja mati hanya demi mbak"

Aku tersenyum, tapi mataku menangis.

"Haechan juga bilang, mbak Annata adalah sumber kehidupannya, dan hanya mbak yang bisa menghentikan semua kebodohannya"

"Kalian berdua saling bergantung seperti terikat oleh benang merah"

"Takdir yang menemukan kalian, bukan karena kerja keras seseorang yang ingin meluapkan rasa rindunya"

"Mbak percaya sama benang merah yang saya sebutkan?"

Aku mengangguk, "Ikatan"

Mengusap airmata yang tak dapat kuhentikan, dan memasukkan kertas yang dari tadi kupandang.

Bergegas-

"Paman terimakasih karena sudah menceritakan semua ini. Sekarang aku mengerti perasaanku"

"Semangat mbak Annata!!!"

Aku tersenyum seraya berlari meninggalkan tempat itu.

Aku tau perasaan ini..

Perasaan yang pernah kurasakan sebelumnya, walau pada orang yang berbeda. Tapi lebih dari itu, bukan sekedar rasa suka biasa, aku--

--menyayanginya.

Haechan kumohon berikan sinyal dimana kamu berada. Aku percaya aku bisa menemukanmu, aku percaya kamu bisa merasakanku.

~~~

15 menit berlari dari sana kemari, gadis itu tak pernah berputus asa untuk menemukan potongan benang satunya.

Nafasnya terengah, tangannya memegang lutut yang seperti mati rasa.

Trriingg~~

"Ha-"

"Kamu dimana?! Udah malem Na! Mau hujan"

"Sebentar lagi aku pulang"

Suara disebrang sana semakin meninggi, "Dimana?! Kakak minta Doyoung jemput kamu ya?"

Tut-

Masa bodoh dengan kakaknya yang akan berkicau nanti, Annata tetap akan terus mencari Haechan.

"Haechannn!!"

"Haechannn!"

Suaranya menggema diantara perkotaan, menyusuri tepi sungai sembari berlari.

"Haechan kamu dimana! Aku janji gak bakal ninggalin kamu!"

"Haechan kumohon pulanggggg!"

"Aku--aku rindu kamu!"

Pipinya memerah ketika mengeluarkan kalimat terakhir. Berjalan kembali beberapa langkah hingga menemukan satu pohon besar yang lebat, dengan daun yang sangat hijau nan gelap.

Siluet hitam terlihat sedang memeluk kedua kakinya sambil menelusupkan kepala.

Kini kepalanya terangkat perlahan, mata bundarnya saling bertemu dengan mata gadis yang berdiri tak jauh darinya.

Mereka sadar dan hujan pun turun mengguyur langit Seoul membasahi tubuh dua insan yang masih terpaku.

Wajah itu terkena sorot lampu, seorang laki-laki yang selama ini ia rindukan sedang mengulas senyum perlahan hingga matanya menyipit. Tapi Annata merasa muak, senyum yang dikeluarkannya palsu. Mata itu mengatakan segalanya.

Brughh-

Tubuh anak laki-laki itu kembali menyentuh tanah, gadisnya menangis.

Haechan kemudian mengangkat lengannya perlahan dan mulai mengusap ujung rambut Annata dengan lembut.

Annata yang merasakannya kemudian mengeratkan pelukannya.

Hangat--

Seketika Haechan merasa bersalah.

"Maaf"

Gadis yang masih dalam pelukannya menggeleng, "Ng-gak, harusnya aku yang minta maaf" dan menangis. "Kamu harusnya mengatakan semuanya! Kumohon jangan membuatku seperti tak berguna!"

Haechan tersenyum tipis masih menenangkan Annata, "Kamu tahu? Tidak semua kesedihan dapat diceritakan. Terkadang menyimpan masalah lebih baik tanpa harus melibatkan seseorang dalam ceritanya."

Annata menatap Haechan, Bahkan terlihat jelas bahwa laki-laki itu habis menangis.

"Dan asal kamu tahu Lee Haechan, aku bukanlah 'seseorang' itu. Aku Annata, akan selalu ikut campur dalam urusanmu."

Haechan terdiam mendengar perkataan gadis yang masih memeluknya, kemudian tersenyum, "Kamu...sudah besar Na" lirihnya.

"Kamu bisa menceritakannya, segalanya. Keluarkan semua yang membuat hatimu tidak nyaman, aku akan selalau mendengarkannya Chan"

Haechan tersenyum, entah ke berapa kali. Dia merasa nyaman ketika melihat Annata.

Annata menyenderkan kepalanya pada pundak Haechan, siap untuk mendengarkan semuanya.

Tangan mereka tertaut,

Haechan menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.

"Pria itu kembali"

Annata menoleh. "Ayahku. Aku mendengar semuanya"

"Dia ingin mengambilku kembali, setelah sekian lama dia menelantarkanku"

Mata Annata berbinar mendengar cerita Haechan.

Haechanpun menoleh padanya, "Aku tidak mau meninggalkanmu Na"

Kemudian memandang lurus kedepan lagi, "Menurutmu siapa yang berdosa? Ayah atau anaknya?"

"Aku--

"Merindukan Bunda.."

Haechan menggeleng, "Bukan Bunda Taeyeon, tapi Bundaku..Bunda yang telah pergi terlebih dahulu"

"Aku belum pernah mengobrol dengannya, tapi aku menyayanginya"

Bulir air tiba-tiba jatuh ke tanah, berlinang mengelurkan cahaya karena tersorot lampu.

Haechan menangis,

"Aku tidak menyalahkan takdir, aku hanya sedang lelah dengan semuanya"

Haechan tenggelam dalam pelukan Annata, walaupun bahu besarnya membuat Annata sedikit kesusahan untuk memeluknya.

Kemudian gadis itu menepuk-nepuk punggung Haechan yang sedang terisak.

"Aku merasa bersalah"

"Jika saja aku tidak terlahir ke dunia, mungkin Bunda masih ada. Bahkan mereka hidup bahagia tanpa diriku"

Annata sontak menjauhkan tubuh Haechan, membuatnya sedikit terkejut.  "Apa kamu juga menyesal atas pertemuan kita?"

Cup-

Haechan menggeleng, "Tidak, justru karena pertemuan itulah yang membuatku bertahan sampai saat ini"

Pipi Annata memerah bak terbakar, ciuman yang mendarat di dahinya secara tiba-tiba membuat dirinya sulit mengatur nafas.

Sekarang ia percaya, bahwa Haechan tidak se-kaku itu.

Haechan menghapus air matanya, "Aku sangat bersyukur karena takdir mempertemukan kita berdua" kemudian tersenyum sangat manis seperti biasanya. Kini Annata melihat senyumnya yang begitu tulus tanpa adanya beban.

Annata tidak percaya bahwa Haechan memiliki sosok lemah dibalik tubuhnya yang kuat.

"Na.." Haechan menatapnya lamat-lamat.

"Iya?"

"Kamu harus berjanji padaku untuk selalu berada disisiku. Setidaknya aku punya tempat untuk pulang ketika dunia menolak keberadaanku."

Annata menangis, "A-aku janji Chan, aku janji untuk tetap ada disisi kamu. Sampai kapanpun"

Haechan menarik tubuh Annata kedalam pelukan hangatnya. Bahkan dinginnya hujan tak dapat menembus tubuh mereka.

~~~

Beberapa menit kemudian Haechan melepaskan pelukannya, membuatku sedikit tersadar bahwa hujan sangat dingin malam ini.

"Mark"

Kumohon, jangan membahasnya disaat seperti ini. "Chan-"

"Dia saudaraku"

Deg-

Sekarang aku percaya bahwa dunia sangat sempit. Tapi kenyataan ini membuatku antara percaya dan tidak. Ini Haechan, dia tidak akan berbohong.

Tapi kenapa harus Mark. Bajingan itu.

"Dia tau nggak?"

"Aku tidak yakin"

Aku berdiri hingga membuat Haechan mendongakkan kepalanya ke arahku.

Kemudian bibirku terangkat perlahan.

"Ayo"

Alis Haechan tertaut bingung.

"Kamu perlu mendengarkan semuanya langsung dari ayahmu. Karna aku yakin, orang tua tidak semudah itu membuang anaknya sendiri. Dibalik semuanya, dia pasti mempunyai suatu alasan mengapa dia harus pergi."

"Setelah mendengar semuanya, kamu boleh memutuskan, apakah kamu harus ikut atau tidak"

Haechan berdiri, kemudian mengacak rambutku yang basah dan tersenyum. "Kamu benar"

Aku senang mendengarnya, dan aku tahu sekarang. Bahwa aku adalah pecandu senyum sang Matahari.

Kami berjalan dibawah hujan yang masih mengguyur Seoul, Haechan juga memberikan jaket hitamnya padaku.

Mobil yang tiba-tiba terparkir didepan kami, membuatku sedikit mendengus ke udara.

Itu Kak Doyoung.

"Hujan, nanti kamu sakit" serunya membukakan pintu untukku.

Dan aku sedikit aneh ketika Kak Doyoung melihat Haechan dengan tatapan yang tidak dapat kumengerti.

Memilih tidak mempedulikannya akhirnya aku dan Haechan pun masuk ke dalam mobil karna sudah terlalu dingin.

Posisinya aku didepan bareng Kak Doy, sedangkan Haechan dibelakang sendirian.

Tadinya aku ingin menemani Haechan, cuman tidak enak, aku tidak mau memperlakukan Kak Doy seperti supir.

"Rumahmu dimana?" tanya Kak Doy, bukan padaku, tapi Haechan.

"Nanti aku tunjukin jalannya Kak" sahutku karena Haechan diam saja.

Kak Doy pun lanjut menyetir fokus kedepan.

"Na, tau nggak?" tanya Kak Doy tanpa melihatku.

"Nggak"

Mendengar jawabanku yang singkat, Kak Doy tersenyum miring, "Bener-bener adiknya Jinhyuk."

"Jinhyuk khawatir sama lu, dia koar-koar terus sampe kuping gua budeg" adunya menggelengkan kepala.

"Kak?"

"Napa?"

"Tuh masih bisa denger"

Kak Doy tertawa lebar banget, tapi aku hanya cengengesan karena fokusku teralihkan pada Haechan.

Dia diam saja, bahkan pandangannya menghadap ke luar jendela.

Membuatku aneh.

Sekitar setengah jam, akhirnya kami sampai di rumah Haechan.

"Kamu pulang, ganti bajumu, aku tidak mau kamu sakit" ucap Haechan saat aku akan ikut turun untuk mampir.

Belum sempat kujawab, dia sudah pergi dari hadapanku terlebih dahulu.

Bersisa aku dan Kak Doy dalam perjalanan.

"Na, dia anak panti asuhan?"

"Kenapa emang?" aku menatapnya sedikit sewot.

"Dari kecil?"

"Kak Doy kepo hidup orang aja"

Kepalaku di hujani jitakan oleh Kak Doy yang sedang jengkel. "Yeuu, nanya dikit gapapa kali"

"Nyetir yang bener. Aku gamau sampe malaikat harus nyabut nyawa lebih dulu sebelum diperintahkan"

Kak Doy hanya tertawa menanggapinya.

.
.
.

"Haechan!" teriak wanita itu ketika Haechan membuka pintu, dan memeluknya sambil menangis.

"Bunda..."

Pandangan Haechan menajam ketika melihat pria yang menjulang tinggi dihadapannya.

"Aku harus mandi" ucapnya melepaskan pelukan Bunda.

"Donghyuck-a"

Tangan Haechan ditahan, membuatnya bernafas lemah. "Namaku Haechan. Aku tidak ada urusan denganmu"

"Nak" purau pria itu seperti memohon.

Haechan menghentakkan tangannya, "AKU BUKAN ANAKMU! BERHENTI BICARA OMONG KOSONG!"

Bunda yang baru melihat Haechan seperti ini hanya bisa terdiam melihat interaksi kedua ayah dan anak itu.

Pria itu memeluk Haechan sambil menangis, "Maafkan ayah...maafkan ayah.. Ayah mohon dengarkan ayah hyuck-a"

Mata Haechan berlinang, ia seperti akan menangis saat itu juga.

Jauh dilubuk hati Haechan, dia merasa senang karena ini pertama kalinya ia dipeluk oleh keluarga aslinya, dan itu adalah ayahnya.

"Ayah..."

.
.
.
.

Mau lanjut?, sok atuh komen sama vote nya dulu:) btw makasih banyak udah nungguin ff aku, seneng banget tauㅠ_ㅠ

Sekalian mau minta pendapat, mending sad apa happy ending? Apa gantung aja? :')

Tenang, masih lama ko episode nya mungkin sekitar 35 keatas...

Papay terimakasih..













Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
852K 70.7K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
976K 12.8K 25
Sebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin...
107K 6.7K 34
Cerita tentang Nunung, yang terpaksa menjalani profesi sebagai pemandi mayit, menggantikan mamah mertuanya, Sumini. Berbagai kejadian ganjil ia temui...