Straight-A Student | ChanBaek

By zerofoue

81.3K 11.2K 1.9K

completed ✅ Selak beluk kehidupan Baekhyun. Tapi, tidak ada yang mulus seperti yang terlihat oleh kebanyakan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
- Epilogue -
Bonus Chapter: one
Bonus Chapter: two
Bonus Chapter: three

Chapter 48

1K 152 92
By zerofoue


Baekhyun bangun pagi ini dan langsung dipenuhi rasa bingung serta khawatir di saat yang bersamaan.

Ia terbangun karena erangan dan hembusan nafas Chanyeol yang sudah menjelma menjadi alarm paginya, membuat Baekhyun yang belum sepenuhnya sadar merentangkan salah satu lengannya untuk meraih sisi ranjang milik Chanyeol.

Dan Chanyeol langsung menggenggam tangannya erat.

Seketika, Baekhyun langsung merasa ada yang janggal dan tidak biasa. Ia bangkit dari tidurnya dan memandang Chanyeol yang masih memejamkan matanya erat, bahkan terlalu erat hingga membentuk kerutan-kerutan jelas pada dahi dan kelopak matanya.

"Yeol?" panggilnya serak.

"Kenapa?"

Chanyeol tidak kunjung membuka matanya juga.

"Hey," Baekhyun mencoba untuk mengguncang bahu Chanyeol pelan dengan harapan sahabat tersayangnya itu bisa bangun.

Berhasil.

Chanyeol membuka matanya pelan, mengerjabkan matanya agar terbiasa.

"Kenapa?" tanya Baekhyun khawatir.

Belum menjawab pertanyaan Baekhyun, Chanyeol mengusap matanya dengan tangannya.

"Shit, kepala gue kayak dipalu."

Baekhyun semakin khawatir dan apa yang dikatakan Chanyeol jelas tidak membuatnya merasa lebih baik sama sekali. Ia mendekat dan menarik lengan Chanyeol yang sedang menutupi setengah wajahnya dan mengusap pelan rahang tegas lelaki di hadapannya, langsung bisa merasakan suhu tubuh Chanyeol yang tak biasa. Tidak lama setelah itu, Baekhyun mulai menekan-nekan beberapa titik yang ia pikir bisa membantu Chanyeol untuk merasa lebih baik sementara Chanyeol hanya menatapnya kosong.

"Ngerasanya gimana?"

"Tadi mimpi. Aneh banget."

"Mungkin karena lagi enggak sehat, jadi kemana-mana mimpinya."

Chanyeol kembali memejamkan matanya.

"Gue mandi dulu, abis itu masak buat sarapan. Gapapa gue tinggal?" Dengan ragu, Baekhyun menanyakan pertanyaan itu yang sebenarnya ia yakin akan disetujui oleh Chanyeol. Namun tetap saja, ia sungkan.

Benar kan? Chanyeol mengangguk.

Baekhyun tersenyum tanpa Chanyeol ketahui. Tanpa berpikir panjang, ia menundukkan tubuhnya dan menyematkan sebuah kecupan lembut pada dahi kesayangannya itu.

///

Di saat Baekhyun kembali dari dapur, ia tidak menemukan Chanyeol di atas ranjang, melainkan malah mendengar suara gemercik air yang datang dari kamar mandi. Astaga, Chanyeol itu sakit, apa ia akan baik-baik saja mandi sepagi ini? Ya walaupun sebenarnya ini tidak sepagi itu, hanya saja Chanyeol sedang sakit dan Baekhyun merasa sedikit khawatir.

Baekhyun menghela nafas.

Ia meletakkan segelas air putih hangat yang sudah ia campurkan dengan madu tadi. Siapa tau bisa membantu untuk asupan energi Chanyeol.

Cklek

Lelaki manis itu sontak melihat ke arah darimana suara itu berasal dan maniknya bertemu dengan milik Chanyeol.

"Kok udah mandi? Kuat memangnya?"

"Gapapa. Biasa aja."

"Itu diminum dulu," Baekhyun menunjuk ke arah gelas yang ia bawa tadi seraya berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Habis itu keluar makan ya." perintahnya.

Tepat saat tubuhnya sampai di hadapan Chanyeol, lelaki itu menariknya mendekat dan menatapnya.

"Gue masih demam ya?"

Tangan Baekhyun ia tarik dan ia letakkan pada dahinya. Itu sukses membuat Baekhyun terkekeh.

"Ya masih lah, Chanyeol. Gue nge-check aja baru setengah jam yang lalu kayaknya. Masa sekarang udah hilang demamnya?"

Chanyeol hanya menatapnya datar. Matanya terlihat sayu.

Baekhyun menghela nafas dan berjinjit, meraih rahang Chanyeol agar pria itu menunduk dan ia bisa mendaratkan bibir miliknya pada milik Chanyeol. Ia tidak seberapa peduli dengan Chanyeol yang sedang sakit, pemilik hatinya itu terlihat begitu menggemaskan sekarang dengan pipinya yang dihiasi oleh rona kemerahan karena suhu tubuhnya yang lumayan tinggi. Dan tentu saja, bibir Chanyeol terasa lebih hangat dari biasanya.

Belum sampai sepuluh detik, Chanyeol sudah menarik diri terlebih dahulu.

"Gue sakit."

Baekhyun tersenyum kecil, Chanyeol masih terlalu dekat sehingga nafas hangatnya menyapu bibir milik Baekhyun.

"Gapapa," bisiknya.

"Gue mau." lanjut Baekhyun.

Dengan itu, ia kembali menempelkan kedua belah bibir mereka, hanya menarik diri ketika ia merasa puas merasakan lembabnya bibir Chanyeol.

///

Begitu Baekhyun keluar setelah menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi, Chanyeol sedang duduk manis dengan sebuah piring kosong di hadapannya dan sebuah gelas yang sedang ia genggam.

"Cepet banget habisnya." Baekhyun tersenyum lega. Sepertinya nafsu makan Chanyeol tidak seberapa terpengaruh.

Chanyeol mengangguk sekilas.

"Lo udah sarapan?" tanya Chanyeol.

"Nanti aja. Gampang kok." jawab Baekhyun santai. Lagipula, perutnya belum meronta-ronta meminta diisi. Tangannya menarik sebuah laci di bawah meja televisi, mengambil sebuah kotak obat dan melihat-lihat isinya sebelum memutuskan untuk memilih satu tablet berwarna putih.

Setelah ia rasa cukup, ia kembali ke tempat duduknya di hadapan Chanyeol dan memberikan obat tersebut.

"Ini. Diminum."

Tanpa membantah, Chanyeol membuka kemasan tablet tersebut dan menegak tablet itu dengan bantuan air putih.

"Hari ini enggak ada janji apa-apa?"

"Harusnya ketemu sama dosen."

"Untuk apa?"

"Gatau. Engga dibilangin."

"Mau ditunda aja atau udah ngerasa kuat badannya?" Baekhyun kembali berdiri untuk mencari sebuah thermometer untuk mengukur suhu tubuh Chanyeol.

"Masih bingung."

"Jam berapa harus pergi? Kalau jadi."

Akhirnya, Baekhyun menemukan apa yang ia cari. Selagi menunggu jawaban Chanyeol, yang sekarang sedang melihat jam dinding, ia membersihkan ujung termometer yang ia akan gunakan dengan kapas dan alkohol.

"Jam 12, pas makan siang. Sebenernya agak males juga. Cape."

Baekhyun mengangguk paham dan berjalan mendekat.

"Buka mulutnya." perintahnya sebelum membuka mulutnya juga, hanya untuk memperagakan pada yang lebih tinggi. Chanyeol menurut, membiarkan Baekhyun meletakkan termometer yang terasa dingin itu di bawah lidahnya.

"Tunggu ya."

Chanyeol hanya menatap Baekhyun yang berjalan kesana kemari untuk meletakkan piring kotor dan mengambil segelas air untuk ia minum.

Beep

Baekhyun kembali mendekat dan mengeluarkan ujung termometer itu dari mulut Chanyeol. Melihatnya sebentar dan menunjukkannya pada pada yang sedang sakit.

"Tiga delapan koma empat. Di rumah dulu aja ya?"

Chanyeol mengangguk. Dalam hati mengingatkan dirinya untuk mengirim pesan pada dosennya nanti untuk menunda pertemuan mereka karena alasan kesehatan.

"Istirahat dulu aja. Habis minum obat."

Lagi-lagi, Chanyeol mengangguk.

Baekhyun terkekeh sebelum menunduk dan mendaratkan sebuah kecupan pada dahi Chanyeol. Jemari lentiknya membenahi beberapa helai surai Chanyeol yang menutupi mata tajamnya.

"Kalau lagi sakit aja, nurut banget."

///

Chanyeol berakhir tidak menuruti perkataan Baekhyun dan malah menonton film pada laptopnya.

"Kok enggak tidur?"

"Karena enggak ngantuk." saut Chanyeol, matanya masih menatap layar di hadapannya dengan fokus.

"Ya udah, kalau udah cape matanya, tidur ya."

Baekhyun juga tidak mau terlalu memerintah Chanyeol dan terkesan mengaturnya lebih dari bagaimana seorang sahabat seharusnya bersikap. Jika ia melewati batas, Chanyeol tidak akan merasa nyaman bukan?

Dan itu lagi-lagi membuat pikirannya berkelana. Kapan Baekhyun bisa melewati batas itu? Ia ingin. Sangat ingin melewatinya dengan ringan dan tanpa beban.

Katakan lah Baekhyun egois, karena ia juga merasa dirinya egois. Saban hari mencoba meyakinkan diri bahwa Chanyeol tidak harus ia miliki dan mendekapnya sebagai sahabat sudah cukup. Namun, ia gagal untuk sungguh-sungguh mempercayai itu. Akhirnya hanya ia gunakan untuk kenyamanan sesaat.

"Santai aja." jawab Chanyeol singkat.

"Nonton apa sih?" Baekhyun mengusir pikiran-pikiran yang terus berkeliaran di otaknya dan tentu saja, ia gagal total. Baekhyun mendekat dan melirik sejenak pada layar laptop Chanyeol, melihat adegan beberapa orang bertopeng dengan senjata di tangan mereka.

"6 Underground."

Baekhyun terkekeh.

"Ryan Reynolds ?"

Chanyeol tidak menjawab dan Baekhyun hanya menatapnya sembari tersenyum maklum. Namanya juga sedang konsentrasi, mana bisa memerhatikan Baekhyun?

"Gue ke ruang tengah dulu, okay? " Baekhyun bangkit dari duduknya, ia pikir tidak ada salahnya mengalihkan perhatiannya sejenak. Agar ia tidak terbebani karena keinginannya yang membeludak untuk menyatakan perasaannya pada Chanyeol.

Saat Baekhyun mengatakan itu, Chanyeol baru mengalihkan perhatiannya dari layar, mengklik tombol spasi untuk menjeda film yang ia tonton.

Lagi-lagi, Baekhyun menunduk. Tangannya membelai tulang pipi Chanyeol sebelum mendekatkan kedua wajah mereka. Hanya sebentar sebelum ia keluar, tak apa kan?

"Kiss me? " pinta Baekhyun.

Sudut bibir Chanyeol tertarik, seakan-akan empunya terkejut atas apa yang Baekhyun minta. Hanya sekedar berkedut dalam waktu yang begitu singkat hingga Baekhyun pun dalam hati bertanya-tanya apakah ia berhalusinasi atau itu memang nyata.

Chanyeol memajukan tubuhnya, menempelkan bibir mereka dan membiarkan Baekhyun melumat bibirnya sesaat.

Apa Baekhyun katakan saja sekarang?

Tapi bagaimana ia harus mengatakannya agar Chanyeol bisa mengerti?

Mengapa rasanya ia ingin mengatakannya, mengucapkan isi hatinya? Sampai-sampai rasanya jantung miliknya itu berdegup begitu kencang hingga menghirup nafas untuk sekedar menenangkan diri pun sulit.

Andai Kyungsoo ada di sini. Jaemin pun tak apa. Baekhyun hanya butuh topangan.

Ah, tetapi mereka bahkan tidak tahu apa yang Baekhyun rasakan terhadap Chanyeol. Mereka pun tak tahu apa yang ia jalani dengan Chanyeol sekarang.

"Yeol," panggil Baekhyun, membatalkan keinginannya untuk pergi dari kamar mereka dan kembali duduk di samping kedua kaki Chanyeol yang diluruskan, tepat di samping paha lelaki itu.

Chanyeol hanya menatapnya. Wajahnya datar, tidak menunjukkan emosi apapun dan Baekhyun tidak tahu itu pertanda baik atau buruk.

"Gue ..."

"Kenapa?"

Setidaknya nada Chanyeol tidak datar kali ini. Kecil, tetapi mengembalikan keyakinan Baekhyun untuk melanjutkan.

"Kita udah berapa lama ya jadi fwb?" Baekhyun berbasa-basi terlebih dulu, tak apa bukan?

"Not sure. Tiga tahunan atau baru mau jalan tiga tahun?"

Baekhyun tertawa kecil, hampa.

"Lama juga ya? Lo gak bosen? Enggak mau cari yang lain?"

"Untuk?"

"Siapa tau. Aneh, Chan, untuk fwb bisa sampe tahunan. Bukannya biasanya cuma mentok tiga, empat bulan?"

Baekhyun menatap Chanyeol, menemukan dirinya berharap lebih atas apa yang kira-kira Chanyeol akan katakan. Padahal ia pun tak tahu apa yang ia inginkan.

"Itu bukan sesuatu yang absolut. Gue sama lo bisa jadi pengecualian." Chanyeol sepertinya sudah ingin menutup percakapan mereka, jemarinya sudah akan mengklik tombol spasi jika saja Baekhyun tak menahannya.

Ia terdiam sesaat.

"Udah beberapa bulan gue ngerasanya udah beda, Yeol." Lagi-lagi, Baekhyun memberikan jeda pada ucapannya. Ia ingin menunduk rasanya, ingin menghilang di balik selimut yang masih terlipat rapih di belakangnya. Tapi Baekhyun ingin menunjukkan tempatnya pada Chanyeol bahwa ia tidak ragu akan perasaannya.

"Gue ada rasa sama lo. Bukan sebagai sahabat ataupun fwb."

Sudah.

Selesai.

Itu bomnya.

Pandangan Chanyeol berubah seketika. Terkejut, bingung, ragu, atau... apa? Entahlah. Setiap detiknya seperti berubah di mata Baekhyun. Dan setiap detiknya terasa begitu menyiksa baginya. Kedua tangannya tak bisa diam, terus-terusan beradu dengan satu sama lain dan semakin basah karena keringat akibat rasa gugupnya.

Chanyeol mengalihkan pandangannya ke jendela. Tiba-tiba, tirai di kamarnya menjadi jauh lebih menarik. Setelahnya, ia berdecih. Bukan dalam arti mencemooh, hanya karena ia bingung, merasa ini terlalu rumit untuk diproses olehnya. Kepalanya mulai berdenyut.

"Tiba-tiba?"

Baekhyun sedikit terkejut dengan pertanyaan Chanyeol. Lelaki itu tiba-tiba membuka suara setelah diam begitu lama.

"Enggak. Udah berbulan-bulan."

Chanyeol tak menjawabnya lagi, kedua tangan besarnya menangkup wajahnya dan mengusapnya kasar. Ia terlihat... frustasi.

Bahu Baekhyun yang tadinya tampak begitu tegang, terlihat menurun perlahan-lahan. Kedua mata Baekhyun menunjukkan bahwa empunya cemas. Sedangkan Baekhyun, ia tahu dalam hati, bahwa kemungkinan Chanyeol akan menerimanya sudah sirna.

Bodoh.

Chanyeol sedang sakit.

Tidak seharusnya ia membombardir Chanyeol dengan tekanan seperti ini. Baekhyun begitu merasa jahat sekarang, ia betul-betul bersikap egois sekarang bukan?

"Gue gak tau harus jawab apa."

"Lo engga harus ja-"

"Gue bahkan gatau gue gay atau bukan, Baekhyun."

Baekhyun menatap Chanyeol, matanya menyiratkan pedih yang datang tiba-tiba karena rentetan kalimat Chanyeol. Terkejut karena kalimatnya dipotong begitu saja dan juga mungkin karena ia sudah tahu akhir percakapan ini akan seperti apa.

"Gue enggak berasumsi kalau lo gay. Niat gue murni cuma pengen nyampein apa yang gue rasa, Yeol."

Yang lebih mungil langsung bisa merasakan bagaimana rasa bersalah mulai menghujaninya, sekalipun ia tahu tak seharusnya ia merasakan itu. Ia tak perlu merasa bersalah.

"Maaf."

Chanyeol terdiam, tak membalasnya ataupun menatapnya. Baekhyun mendekat, ia hanya ingin menggenggam tangan Chanyeol.

Namun, Chanyeol menepisnya, menarik tangannya agar Baekhyun tak menyentuhnya.

"Just-" Chanyeol menghela nafasnya kasar.

"Keluar, Baek."

Baekhyun tertohok. Ia tidak ingin keluar. Ia tidak mau. Jika Baekhyun keluar, jarak di antaranya dan Chanyeol akan semakin jauh bukan? Baekhyun tidak ingin beranjak dari sana.

"Chan, please."

"Keluar. Gue butuh waktu. For now." Akhirnya, mata elang itu menatapnya. Bukan dengan cara yang ia inginkan.

Baekhyun hanya bisa mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Bodoh, bodoh, bodoh.

Continue Reading

You'll Also Like

212K 4.9K 55
❝ i loved you so hard for a time, i've tried to ration it out all my life. ❞ kate martin x fem! oc
7.3K 146 6
Y/N was just a normal kid, wanting to make friends at playcare, but no one wants to play and be friends with him, except for a kid named trinity gram...
309K 18.4K 40
You live in a different time zone Think I know what this is It's just the time's wrong
353K 18.5K 42
In which Prince Choi Beomgyu a.k.a Beomgyu tried to hide behind someone's name just to get close to you again. Book 2 of Crown #2 choibeomgyu