SIR | Doyoung

By ikangdoyi

611K 42.6K 13.1K

❝come here, let me teach you❞ π™ˆπ™–π™©π™ͺπ™§π™š π™˜π™€π™£π™©π™šπ™£π™© konten delapan belas coret. More

Bagian 1 - Him
Bagian 2 - Her Touch (+18)
Bagian 3 - brothers
Bagian 4 - Shock
Bagian 5 - Intimidation
Bagian 6 - Talk
Bagian 7 - Bulan dan bintang
Bagian 8 - Komitmen
Bagian 9 - Perundungan
Bagian 10 - Things we don't know
Bagian 11 - Pillow Talk (+18)
Bagian 12 -"Issue"
Bagian 13 - Teror dan Belenggu
Bagian 14 - Belenggu rasa.
Bagian 15 - Jarak
Bagian 16 - A Fact
Bagian 17 - Tentang Rasa dan Asa.
Bagian 18 - Gadis kecil.
Bagian 19 - Painkiller
Bagian 20 - Kelabu.
Bagian 21 - Perkara Bahagia.
Bagian 22 - Kepada semua luka.
Bagian 23 - Keluh Kesah Rindu.
Bagian 25 - Beautiful Disaster
Bagian 26 - Let's revealed.
Bagian 27 - Our Senses (+18)
Bagian 28 - Decision
Bagian 29 - Cinta dan Rahasia.
Bagian 30 - Invitation
Bagian 31 - Special Day
Bagian 32 - Our (+18)
Bagian 33 - Love and Hate Relationship
Bagian 34 - Funny Stripe
Bagian 35 - Extra-Care
Bagian 36 - Special Chapter[flashback]
Bagian 37 - Heal, learn, grow, love
Bagian 38 - Dorayaki
Bagian 39 - Long time no see
Bagian 40 - Decap Kasih Sayang
Bagian 41 - Sakit hati dan masa lalu.
Bagian 42 - Sweet Liar
Bagian 43 - Afeksi dan Duka
Bagian 44 - Make A Wish
Bagian 45 - Time Description
Bagian 46 - Birth
Bagian 47 - Touch, Lust, and Desire [18+]
Bagian 48 - The Hidden Reason
Bagian 49 - Never stop the End in one start.
[S2] Bagian 50 : After New Year
[S2] Bagian 51 : DΓ©jΓ  vu
[S2] Bagian 52 : Mimpi
[S2] Bagian 53 : Sweet Nothing.
[S2] Bagian 54 - Day in Night
[S2] Bagian 55 - Presence
[S2] Bagian 56 - Little Gift
[S2] Bagian 57 - Truth or Lies
[S2] Bagian 58 - Birthday Party
[S2] Bagian 59 - Move in Silence
[S2] Bagian 60 - Poison
[S2] Bagian 61 - Fight
[S2] Bagian 62 - Athalla
[S2] Bagian 63 - Lintas Waktu
[S2] Bagian 64 - Mysterious Message
[S2] Bagian 65 - Ayah
[S2] Bagian 66 - Jingga's Gone
[S2] Bagian 67 - Beautiful Mistake
[S2] Bagian 68 - Best Condition
[S2] Bagian 69 - Strategy
[S2] Bagian 70 - Break A Leg

Bagian 24 - Egois.

4.6K 530 239
By ikangdoyi

"Apa sebegitu sulitnya mengingatku?"

Doyoung masih membiarkan lengannya menumpu kepala Kejora disana, membiarkan gadis itu terlelap di atas lengannya. Doyoung sudah terbangun sedaritadi, namun Doyoung tidak bergerak sedikitpun, menolak untuk mengejutkan Kejora disaat ia menikmati waktu istirahatnya.

Sesekalinya diambilkan tisu yang berada di nakas kecil sebelah ranjangnya dengan perlahan tanpa mendatangkan suara, guna mengelap luka yang Kejora goreskan kemarin. Bukan tanpa alasan, Kejora hanya ingin memastikan bahwa guratan pisau itu lebih tajam dari rasa sakit yang dideritanya pada saat itu. Rupanya memang dadanya mengeluarkan rasa sakit tanpa ampun. Pisau dapur itu sudah berhasil dikalahkan oleh rasa sakit yang tak tau datangnya dari mana.

Doyoung belum mau bangkit, dia tidak mau mengganggu Kejora dalam tidurnya. Beberapa helai tisu itu untuk menutupkan beberapa sayatan yang Kejora lakukan, walau masih terbuka lukanya, tidak ada kucuran darah lanjutan, luka itu sudah benar benar kering walau belum tertutup sempurna.

Perlahan Doyoung mengangkat pergelangan tangan Kejora disana. Dibalutnya sementara menggunakan beberapa helai tisu yang sudah diambilnya secara pelan pelan.

Dulu, tangan ini selalu menjadi saksi. Bagaimana saya selalu menggenggam kamu ketika kamu merasa ketakutan dan merasa sendiri. Dulu. Saya menggenggam erat sambil memeluk kamu seperti yang saya lakukan sekarang saat kamu pinta itu sama saya. Dan dulu, kita pernah berjanji, bahwa kita nggak akan pernah membiarkan tangan-tangan ini dengan mudahnya menyentuh pergelangan tangan yang lain.

Doyoung mengecup dahi Kejora penuh sayang. Doyoung berharap segala ingatan itu cepat kembali. Bahkan sekarang tanpa Jefry ─Doyoung lebih leluasa untuk memandangi sang pujaan hati. Tolong biarkan Doyoung bersikap semaunya sekarang. Lukanya sudah tidak siap ia tampung sebanyak apapun dia menahan.

Jika ia harus berbuat, itu bukan karena kebahagiaan orang lain.

***

Kejora sudah terbangun dari tidurnya, sebenarnya ini sudah larut malam, tapi gadis itu selalu bangkit pada pukul dua pagi akhir-akhir ini. Kejora selalu menemukan Doyoung tertidur di sofa panjang yang harusnya berada di ruang tamu. Doyoung sengaja memindahkannya ke kamar agar Kejora bisa selalu di dalam jangkauannya.

Kejora merapatkan selimut yang digunakan Doyoung saat ini. Kejora menatap lamat-lamat sang pria yang berada didepannya. Terlihat wajah lelah yang kini selalu mampir dan singgah sebentar di benaknya. Itu Doyoung.

"Aku nggak mau makan, aku mau Jefry!"

"Kamu bukan Jefry, jangan ngurusin aku"

PRANG

"Tolong jauhi pecahan piring itu darisana, kamu bisa terluka"

"Aku nggak mau nurut sama kamu, kamu bukan Jefry. Jangan ikut campur sama urusan aku!"

"Ini amanat Jefry. Saya harus jaga kamu"

"Bawa aku sama Jefry!"

"Aku mau Jefry, cuma Jefry!"

Sejujurnya, Doyoung lelah. Sangat lelah. Setiap saat Kejora selalu menyebutkan nama itu didepannya yang bahkan Jefry belum menghubungi gadis itu sama sekali.

Doyoung menggiring lukanya dalam diam, membiarkannya mengalir dan larut dalam waktu.

Marah. Doyoung sangat ingin marah. Kenapa Kejora tidak pernah mau berusaha mengingatnya sampai saat ini. Di sepertiga malamnya, Doyoung selalu mengobrol bersama Kejora yang sedang terlelap disana. Dia membicarakan hal hal konyol yang mungkin tidak akan terjadi sampai kapanpun, sesungguhnya sebagai penghibur bagi hatinya yang lara.

Sepenggal untaian disana diharapkan dapat menyentuh alam bawah sadarnya.

"Saya selalu menunggu kamu, di pagi dan malam saya. Kamu selalu ada bersama saya ketika kita menunggu senja pulang ke asalnya. Kamu masih gak ingatkah Kejora?" Air matanya luruh satu satu. Doyoung sungguh berharap Kejora akan kembali padanya dan pulang sebagaimana mestinya.

Dan kini Kejora sedang menatap wajah lesu penuh lelah. Dengan semua rasa bersalahnya, rintik air mata itu turun sedemikian rupa. Kejora menangis di hadapan rupa itu.

Rasanya semakin bersalah sekarang. Disamping itu ia masih dapat merasakan nyeri yang terkadang meremat di sekujur dadanya.

"Maaf aku kasar" Kejora menahan dagu pria itu dengan luwes, mengangkat sedikit rahangnya untuk memastikan bagaimana wajah Doyoung terlihat. "maaf, tapi tolong jangan hadir lagi. Aku nggak tau kamu siapa dan kamu bagian dari masa laluku yang mana" Kejora terduduk di depan sofa lelaki itu sambil terisak.

Rupanya itu adalah salah satu upaya Kejora agar Doyoung lelah menghadapinya dan meninggalkan wanita itu. Kejora sebenarnya takut, Kejora takut yang dikhawatirkan itu nyata. Mimpi mimpinya seolah nyata, wajah itu selalu terbayang di benak malamnya, menjadi teman ketika Kejora menyelami alam bawah sadarnya di malam hari.

"Apa boleh aku tidur seperti ini?"

Kejora menyampingkan tubuhnya perlahan, masih ada space untuk kepalanya bertumpu di sofa yang Doyoung tempati. Rasanya semenjak kejadian itu, Kejora tidak pernah lagi mau tidur sendiri. Takut. Dia betul betul takut.

Dia membiarkan tubuhnya terduduk sambil kepalanya bersandar di lengan Doyoung yang terayun bebas. Nyaman, pikirnya.

Kejora belum tidur, masih termenung.

"Kenapa kamu selalu buat saya jatuh cinta setiap hari, Kejora"

Saya.

Bahkan Jefry sama sekali tidak sekaku itu padanya saat pertama kali bertemu. Siapa yang sampai sekarang masih menggunakan istilah saya - kamu di jaman sekarang terkecuali untuk kepentingan orang orang pribadi.

Itu adalah suara suara yang sering terdengar ketika mimpi malamnya berlalu.

Belum cukup.

Semua tanda tanya disana mengarah pada satu lelaki yang berbeda. Yang bukan diharapkan. Itu bukan Jefry. Tapi Doyoung.

Kenapa begitu rumit? Pikirnya.

Kejora membuka matanya kembali sambil memperhatikan seksama bagaimana wajah tenang itu terlelap dengan lelahnya. "Maaf"

Lagi lagi.

***

Doyoung membuka kedua kelopak matanya lamban sambil sesekali mengedarkan pandangannya ke segala arah. Rupanya Kejora tidak ada di atas ranjangnya. Doyoung beranjak keluar kamar guna menemukan keberadaan gadis itu padahal nyawanya terkumpul baru 10% dari keseluruhan tubuhnya yang masih ingin terbaring lebih lama.

BRUK

Doyoung menabrakan dirinya dengan tubuh kecil gadis itu yang sedang membawa nampan besar berisi sayur sayuran yang belum masak dan kini semuanya berhamburan di bawah dua pasang kaki mereka yang saling berhadapan.

Kejora dan Doyoung spontan memungut wortel, daun bawang, kentang dan beberapa bumbu dapur disana. Saking gugupnya, Doyoung memasukan segala yang ada di penglihatannya sekarang.

"Kak"

Gumam kecil Kejora ketika menemukan pergelangan tangannya yang juga ikut Doyoung masukan ke atas nampan.

"Mau masak tangan aku juga?" gurau Kejora.

Doyoung mengusak rambut hingga ke seluruh permukaan wajahnya. Semburat merah itu terlihat, membuat Kejora terkekeh. "Kak, aku mau masak" gumamnya lagi.

Doyoung segera bangkit dan membawa nampan yang cukup berat itu di atas meja dapur. "Sop ya?" Tebak Doyoung.

Kejora mengangguk ringan sambil mengulas senyum, "Kak" lirihnya pelan.

Kejora menarik pergelangan tangan Doyoung, menarik tubuhnya dan kini jarak mereka sangat dekat. Binar matanya menelusup ke dalam, iris kecoklatan itu begitu familiar di dalam ingatannya. Sepasang bola mata itu tenggelam dalam khayal mereka masing masing.

"Kenapa?" Tanya Doyoung

Kejora mengigit bibirnya sedikit. Doyoung memperhatikan segala bentuk gerak tubuh gadis itu. "Aku mau minta maaf" lirihnya yang masih terdengar lemah.

Doyoung tak bergeming sama sekali, masih ada gadis itu yang memenuhi bayang mata indahnya sekarang. "Untuk?" Balas Doyoung.

Kejora menarik nafasnya mengudara sambil mencari-cari sebuah jawaban yang pas, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri guna berpikir bagaimana cara mengungkapkannya dengan baik.

"Aku pasti banyak menyusahkan"

Kejora tak berani menatap sepasang bola mata yang lebih tinggi darinya. Tangannya terkepal satu sama lain. Rautnya sukar ditebak.

"Aku ngambek kayak anak kecil kemarin-kemarin, karena gak ada Jefry" tambahnya lagi. Kejora menyesal.

Doyoung mengulas senyumnya sambil menyingkirkan poni yang bertengger di rambut Kejora yang menyulitkan pandangannya walau tak banyak.

"Maaf ya kak"

Bahkan kamu belum mengingat saya dengan jarak kita yang sedekat ini?

"Kejora" panggil Doyoung. Kejora langsung membulatkan matanya mengarah pada sepasang iris kecoklatan itu.

Doyoung menarik sepasang tangan yang terkepal disana, meraihnya secara perlahan. "Saya temenin kamu masak ya?"

Sulit untuk menetralisir semua perasaan yang tertahan di dalam sana. Namun Doyoung mengerti, semuanya tidak seperti apa yang dia inginkan.

"I-iya" jawab Kejora sambil menatap dua bola mata itu yang belum berkedip. Hangat. Doyoung memberi kehangatan pada genggaman yang masih tertahan disana. Dia membiarkan Kejora larut dalam suasana.

Doyoung sudah mulai egois sekarang.

***

Kejora sudah terbiasa dengan kehadiran Doyoung dan bisa menerima kepergian Jefry. Itu cita citanya, Kejora tidak bisa membiarkan Jefry menetap untuknya. Sementara itu Doyoung semakin yakin bahwa ia harus menunda kuliahnya lagi entah sampai tenggat waktu yang tak bisa ditentukan.

"Aku mau susu pisang kak" Kejora membuka lemari pendingin bagian bawah kemudian melihat isi di dalamnya. Hanya ada beberapa air mineral, makanan ringan, makanan instan beserta kue kue kering yang sudah tampak lama kelihatannya.

Doyoung yang masih menenggerkan kacamatanya disana menempa pergerakan Kejora untuk melihat isi dari lemari pendingin mereka sekarang.

"Maaf, kakak lupa belum belanja" sahut Doyoung sambil melepaskan kacamata yang bertengger penuh di kedua bola matanya.

Kejora hanya menarik nafasnya pelan, perutnya lapar belum terisi apa apa semenjak pagi. Melihat itu Doyoung segera mengambil sweater cokelatnya kemudian merapihkan sedikit rambutnya yang masih berantakan di sebelah sana. "Kakak belanja, kamu tunggu disini. Tolong dikunci rapat rumahnya, dan jangan keluar kamar jika ada orang yang mengetuk" titah Doyoung.

"Kak Doyoung" Kejora memberhentikan langkah kaki Doyoung sekejap, membuat Doyoung harus membalikan tubuhnya menatap sang lawan bicara.

"Iya ra, kenapa?"

Kejora menatap seluruh pakaiannya dari atas ke bawah. "Aku mau ikut" ujarnya sembari membenarkan sedikit tatanan rambutnya disana.

"Kak," panggilnya lagi.

"Aku takut sendirian"

Kejora menarik lengan Doyoung, mempererat rengkuhan di lengan. "Aku nggak tau sakit itu kapan datangnya, bawa aku sama kakak"

Di saat-saat seperti ini pun hati Doyoung bahkan berkali lipat ikut menghangat. Doyoung tersenyum, ia meyakini kalau mereka sedang bersama 'di rumah'.

"Saya akan jaga kamu, saya nggak akan biarin orang jahat nyentuh kamu"

"Sekalipun dalam bentuk rasa sakit"

Sepasang iris itu dipertemukan kembali. Kejora sedang merasakan 'dejavu' yang bahkan dia tidak ingat, apakah peristiwa itu pernah terjadi atau tidak sama sekali.

"Kak Doyoung"

"Makasih ya"

Akrab. Kejora merasa beberapa indranya mengenal akrab milik pria itu. Doyoung bahkan terlalu familiar untuk dikenal sebagai orang baru.

"Pakai jaket ya?" Doyoung mengambil jaket miliknya yang berwarna abu abu kemudian menenggerkan jaket itu ke tubuh Kejora. Membantunya memasukan kedua sisi tangan kanan kirinya dan merapihkan sudut sudut bagian bawahnya.

Semua perilaku yang Doyoung berikan terlalu menghangat untuknya.

***

"Kak, aku mau tester puding cokelat di sebelah sana" tunjuk Kejora pada seorang karyawan perempuan yang sedang membawa nampan kecil berisikan 7 puding cokelat yang masih full di atasnya.

Kejora berlari kecil menarik pergelangan tangan Doyoung yang masih membawa troli penuh dengan barang belanjaan mereka.

"Kakak, mau dicoba nggak silahkan?" Tawar seorang sales tersebut pada Kejora. Kejora meng-iyakan permintaan sales tersebut dan memakannya dalam sekali suapan besar. Kejora menatap Doyoung mengisyaratkan bahwa puding cokelat itu benar benar enak. Disamping itu Doyoung hanya terkekeh pelan dan sedikit menahan tawanya.

"Kenapa sih?" Kejora memberengut kesal saat Doyoung menertawakan cara gadis itu memakan semua pudingnya.

"Loh suaminya gak ikut mencoba, nih mbak?" Kata sales tersebut yang kemudian dialihkan oleh Doyoung yang segera mengambil 3 cup puding itu sekaligus.

"Amm?"

Doyoung menyuapi Kejora perlahan kemudian katupan bibir itu terbuka melebar. Kejora semakin semangat mengunyahnya di dalam sana.

Sementara sales tersebut hanya memberikan tatapan jengkelnya pada Doyoung, sebab Doyoung langsung mengambil 3 cup dari tester yang disediakan.

"Istri saya lagi hamil mbak,"

"Nanti saya borong semua produknya si mbak, biar laku" bisik Doyoung pada sales perempuan itu.

"Oh. Kirain si masnya mau borong sayanya juga, soalnya belom laku juga nih mas" gurau sales wanita itu.

"Hehe, saya cinta istri saya mbak, maaf ya" Doyoung tersenyum lebar. Hatinya menghangat ketika Kejora terus menerus membuka lebarnya ketika pria itu menyuapi cup kecil puding itu dan menghabisinya dengan cepat.

" ... "

"Kak.."

"Tapi pudingnya habis sama aku" Kejora mengatupkan bibirnya segera, sambil menutup mulutnya yang tak terkondisikan sejak tadi.

Doyoung menyentuh sudut bibir Kejora yang masih menyisakan cairan cokelat itu yang lama kelamaan menetes sampai dagu Kejora.

"Saya borong semuanya buat kamu"

"Kamu suka, kan?" Tanya Doyoung sambil mengeluarkan dua helai tisu dari kotak tisu isi penuh yang bahkan belum dibayarnya.

"Aku nanti buatin buat Kak Doyoung" ujar gadis itu sambil menggandeng erat kembali lengan Doyoung. Bahkan mereka hanya melepas gandengan itu ketika Kejora hendak pergi ke toilet. Itu pun Doyoung harus betul betul menjaganya di sana. Bukan di pintu depan toiletnya, yang ada Doyoung bisa diamuk massa.

Kejora lelah dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk. Kini mereka tidak berada di kamar Jefry, Kejora bilang dia ingin melupakan masa sedihnya dan mencoba untuk tidak lagi tinggal di kamar Jefry guna untuk menghapus rasa sakit itu pelan pelan.

"Kejora, ini susu pisang──" Doyoung baru setengah membuka pintunya, terlihat Kejora yang kini sedang berganti baju. Kejora mencoba meraih resleting belakang bajunya namun ia terlihat kesusahan menggapainya disana.

Doyoung meletakan dua susu pisang itu di atas nakas kecil sebelah ranjang Kejora kemudian menghampiri gadis itu.

Doyoung menurunkan resleting itu sampai pinggul gadisnya. Jarak mereka sangat dekat, bahkan Kejora bisa merasakan deru nafas Doyoung menghangat di daerah tengkuknya. Begitu nyaman dan terdengar tenang. Aroma mint membaui tubuh gadis itu, Doyoung sengaja menempakan dagunya di atas bahu Kejora yang sedikit lagi turun kain tipis yang masih memeneli tubuhnya. Doyoung telah menarik resleting itu sampai bawah.

Terlihat punggung mulus Kejora yang terpampang di depan matanya, hanya tersisa tali tipis yang tersemat di belakang punggungnya.

Kejora memejamkan matanya sekilas hendak merasakan sentuhan kulit yang Doyoung berikan ketika pria itu menyentuh pinggangnya. Merasakan satu persatu gerak tangannya yang begitu apik.

Tidak asing. Semua yang berkaitan dengan Doyoung tidak asing dan terasa akrab, bahkan semuanya.

Gerak tangannya dihentikan ketika Doyoung mencoba melepaskan rengkuhan pada pinggang Kejora. Kejora menahan tangannya dan satu tangan lagi menahan pakaiannya yang sudah hampir jatuh dan menunjukan keseluruhan tubuhnya.

"Kak"

Sebenarnya kamu ini siapa?

Doyoung sengaja mengikis jarak di antara mereka, memajukan selangkah tubuhnya ke depan. Dan lima senti lagi, kedua tubuh itu menempel secara sempurna.

Dagu pria itu lolos bergerak tanpa permisi, Kejora terpejam.

"Kak Doyoung" Kejora berbisik tanpa suara.

Doyoung merengkuhnya dengan hangat, mengelus halus punggung telanjang Kejora. Mengelus lembut surai gadis itu. Sambil berbisik "tolong untuk tetap bahagia, ya?"

Jefrey.

Bahkan dia lupa, tentang Jefrey ketika dia bersama Doyoung.

***

Kejora menghampiri Doyoung yang sudah terlelap sedangkan dirinya masih terjaga. Doyoung tidur di kasur bawah dari kamar tamu yang sedang mereka tempati.

Kejora mengamati pergerakan Doyoung, tidurnya amat lucu. Pria itu memeluk guling di sebelahnya sambil menempatkan kepalanya pada guling. yang sedang dipeluknya.

Mengamati bagian bawah bibirnya yang begitu lembab ketika tidur dan memberanikan diri untuk menyentuhnya.

"Kejora"

Doyoung menangkap pergerakan itu di atasnya, tangannya memegang pergelangan tangan Kejora yang sedikit lagi sampai pada tubuh pria itu.

"Aku nggak bisa tidur" tuturnya, Kejora mendudukan diri di sebelah tidurnya Doyoung.

Doyoung yang melihat itu memberikan space untuk Kejora "tidur sama saya mau?" Tanyanya.

Kejora langsung membaringkan tubuhnya di sebelah milik Doyoung sambil sesekali menatap pergerakan pria itu. "Aku takut" tangannya masuk pada tubuh Doyoung dan Doyoung harus mengikuti gerak tubuh Kejora agar gadis itu nampak nyaman.

"Mimpi buruk hm?" Doyoung mengulas surai itu menjadi lebih rapih.

"Ada suara anak kecil di setiap malam"

"Dia selalu manggil aku, padahal aku bukan Mimanya"

Nafasnya sedikit tercekat. Doyoung terperangah dengan apa yang baru saja ia dengar. Tanpa menggerakan tubuhnya disana ia masih menyimak cerita Kejora yang masih berlanjut.

"Tapi saat itu dia pergi,"

"Nggak tau kenapa, tapi hati aku sakit kak"

Doyoung menghapus air yang baru saja jatuh di pelupuk kanan mata gadis itu.

"Terus habis itu sakit dadanya muncul lagi," dan kini Kejora membayangkan rasa sakitnya kala itu. "Sakit banget kak. Aku nggak mau ngerasain sakit itu lagi" tuturnya.

Semakin lama, Kejora semakin terisak.

"Haechan sama Renjun gak pernah mau beritahu aku, aku tau mereka bohong" sudah pecah genangan yang tertahan. Kejora lelah dipermainkan oleh semua ingatannya yang menghilang.

Kejora meremat baju atasan Doyoung sambil sesekali membiarkan tangisnya meluap.

"Aku punya salah apa sih sama masa lalu aku?" racaunya sambil menyembunyikan kepalanya pada bagian kanan leher Doyoung.

"Sstttt" bisiknya. Surai itu masih terus dielus pelan pelan guna menenangkan Kejora yang masih terisak dalam.

"Kamu hanya perlu bahagia sekarang, dan gak perlu mengingat hal yang harusnya diingat tapi membuat kamu sakit seperti sekarang"

"Aku udah bahagia sama Jefry kak" Doyoung meneduhkan sebentar pandangannya. Entah mengapa ketika nama itu kembali disebutkan, membuat dirinya sering mendidih.

"Tapi itu cuma sementara, sakitnya gak bisa hilang" Doyoung menghapusi semua tumpahan air mata disana. Mengangkat dagu Kejora beruntun bersamaan dengan naiknya garis wajah miliknya.

"Jangan bahas Jefry, kalau kamu sedang bersama dengan saya"

Doyoung menerpa kulit bibir bagian bawah Kejora sambil menyesapnya perlahan lahan. Melumat bagian bawahnya dengan hangat. Lengkungan bibir atasnya ikut tertarik dan diraup bergantian. Napas mereka menyatu, bertubrukan dan saling bertukar harumnya. Doyoung merengkuh gadis itu sambil melumat dalam bagian bawahnya. Dia tidak memberikan jarak sesenti pun untuk Kejora melepaskan tautan bibir mereka. Lenguhan itu acap kali dikeluarkan Kejora ketika Doyoung menyesap rakus bibirnya dalam sekali raupan.

Tengkuknya ditekan lembut, tak ada pergerakan melawan. Sesekali dihisapnya saliva mereka yang saling bertukar rasa di dalam sana, sebab Doyoung berani memainkan lidahnya dengan liar. Memilin sang empunya kewarasan sambil sesekali menarik tubuhnya sangat dalam. Selimut itu tertarik ke arah tubuh mereka masing masing. Doyoung memimpin pergerakan dan menutup rapat rapat kejadian itu di dalam satu selimut yang mereka gunakan bersama.

















Tolong biarkan Doyoung egois untuk satu hari ini saja.

Atau selamanya?




















Continue Reading

You'll Also Like

126K 12.8K 23
Warning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakas...
Hurt By yooitsyoo

Fanfiction

46.5K 3.9K 11
[COMPLETED] Title : Hurt Cast : Im Jangmi (OC), Kim Mingyu, Yoo Hana (OC) Rumah tangga Jangmi dan Mingyu mulai menjauh dari kata bahagia saat Jangmi...
241K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
10.6K 943 40
mimpi apa gue semalem pulang sekolah tiba-tiba gue mau dilamar sama cowo 5 tahun lebih tua dari gue - Janitra Heera note: mungkin akan 18 coret karen...